Menatap Masa Depan

1017 Kata
Jeruk Purut dan Jambu Manis masih tetap menatap kedepan, memperhatikan lalu lalang kendaraan beserta orang-orang dengan beragam ekspresi. Kebanyakan dari mereka, menampilkan ekspresi lelah, ekspresi penuh harap, ekspresi buru-buru, ekspresi  kepanasan dibawah terik matahari. Sebagian dari mereka juga duduk santai menikmati hidup, berrcengkrama bersama teman-teman dan bermain gaplek. Cuaca memang sangat panas, 32 derajat selsius. Setiap hari sepanas ini seharusnya mereka sudah tidak mengeluh dengan keadaan. Tubuh mereka toh sudah menyatu dengan panas. Panas akan berkurang hingga lima derajat saja  di musim barat. Dimusim langit mendung dan mencurahkan air hujan. Mengisi bak-bak kosong. Mengisi ledeng. Mengisi saluran air bahkan mengisi jalan raya. Tidak hanya itu, angin kencangpun ikut menabrak apa saja yang dilewati. Menumbangkan pohon-pohon rapuh yang jatuhnya mengenai apa-apa dibawahnya. Pohon tumbang membuat kerusakan-kerusakan kecil yang sudah menjadi langganan orang-orang disini. Mereka akan sedih dan segera melupakan kejadian buruk itu. Menata hidup baru, memperbaiki yang rusak dan mengamankan diri dari bencana alam. Kejadian-kejadian yang lalu disimpan, dikenang dan dijadikan pelajaran bagi yang mau mengambilnya, sisanya terurai dengan kehidupan-kehidupan masa kini yang menyatu dan menguar. menghilang bersama anging yang bertiup sepoi-sepoi membawa debu dan meninggalkannya pada permukaan benda. Semua akan berlalu dan semua akan berlarut. Menata hidup baru, memperbaiki yang rusak dan mengamankan diri dari bencana alam. Dalam sepuluh tahun terakhir apa yang berubah, dalam sepuluh tahun kedepan apa yang akan berubah. Semua berlangsung namun sedikit orang yang menyadari. Sibuk dengan perubahan masing-masing. Sibuk dengan apa yang menjadi tujuan hidup masing-masing. Mereka adalah bagian dari kemajuan masyarakat bumi. Masyarakat Bumi yang selalu memiliki imajinasi kehidupan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Selalu menganggap apa yang tidak dimiliki itulah yang baik. Itulah yang menjadi tujuan hidupnya. Yang menjadikan bekerja keras untuk itu semua. ... Jambu manis masih menyetir dengan siaga, Jeruk Purut menikmati pemandangan yang ada sekali-kali matanya memperhatikan apa saja yang bisa diperhatikan, bwekal- kali membaca tulisan-tulisan yang berserakan diantara baliho, papan nama toko, rambu – rambu, tulisan di kendaraan, di baju, dimana saja yang bisa dilihat matanya. “Tulisan-tulisan ini benar-benar butuh ditertibkan” Pikir Jambu Purut yang mulai bosan dengan tulisan. Tulisan tersebut memiliki kepentingan masing-masing. Bisakah tulisan tulisan itu dibuat lebih indah, lebih kreatif, lebih menyenangkan, lebih menarik untuk dibaca. Apalagi para calon yang mendaftar jadi pemimpin. Seharusnya mereka lebih memanjakan masyarakat, bukan menyengsarakan lewat baliho kampanye. Atau itulah standar kreatif mereka? Mereka yang punya tim kreatif, tim kreatifnya tidak kreatif. Sama saja hasilnya, seperti tahun lalu. Hanya sekedar foto copy, dengan revisi sedikit. Iya, kalau mau foto copy. Kalau hanya sekedar mengiyakan. Even me, I can do. Apa yang menarik dari tulisan tulisan dijalan. Apa memang layak untuk dibaca, sebagai generasi milineal yang mengenal lebih banyak seni-seni yang menarik tentu saja ini adalah sesuatu yang tidak worth. Menurut mereka worth it. Menurut Jeruk Purut tidak. Siapa yang didengar. Tidak ada yang didengar, karena suara-suara kamu hanya sampai dikerongkongan. Tidak tersampaikan dengan baik. Mending suara-suara Kuntilanak yang sudah fenomenal. Pasti di dengar dan ditakuti. Hihihihi. Apalagi kalau sudah malam hari, sepi sekali, gelap gulita. Kelar hidup anda mendengar suara itu. “Apa yang menarik sebagai warga kampung Ikan Bolu?” “Yang menarik, kita punya festifal, kita punya kampung yang baik, kita punya sumber makanan, punya tetangga yang baik, punya keluarga, punya kehidupan, punya kesempatan untuk jalan-jalan keluar. Semua menarik bagi saya”. “Masih ada keluarga raja di kampung Ikan Bolu?” “Masih ada, sama saja kehidupannya sekarang dengan yang lainnya. Tidak ada yang berbeda”. “Sekarang lebih mudah menjadi pemerintahan, tidak seperti dulu lagi”. “Bagaimana kalau kamu menjadi Ibu desa, ibu Camat, Ibu Bupati atau Ibu RT?” “Iya, saya berencana menjadi ibu Desa” “Oh, Bagus itu”. “Bagaimana rencana kedepannya?” “Kalau kita menjadi bagian dari pemerintah, ada kesempatan untuk merubah keadaan sesuai dengan cita-cita, sesuai dengan harapan, berusaha kearah yang lebih baik”. “Jadi, sudah mulai kampanye?” “Ini saya mau pulang, mau bertemu sama teman-teman. Mau bahas perkembangan desa. Sulit kalau ditunggu para yang berkuasa, susah. Kita maunya seperti ini, mereka tidak paham”. Beda generasi. Beda cara. Beda selera. Beda kemauaan. Beda fasilitas. Beda semua beda. Tidak bisa diikuti yang lama, tidak bisa juga ditinggalkan. Pandai-pandai saja memilih-memilah. Mencari ide baru. mengabungkan ide-ide yang menarik. Melihat-lihat apa yang bagus dan bisa dilakukan. Semua dibutuhkan imajinasi dan kreatifitas yang tidak hanya satu hari.  Perjalanan mencari ide adalah perjalanan panjang, melihat kesempatan dan mempeljari. Itulah pentingnya berguru kepada guru yang baik yang sesuai yang benar-benar bisa dilihat hasil kerjanya. Benar-benar mengajari menuju kebaikan. Benar-benar memberi contoh, menemani saat sulit. Benar-benar mau memperbaiki keadaan. Mendorong muridnya untuk maju. Mendorong lebih kreatifitas dan usaha keras. Itulah yang dimau dari proses belajar, belajar mempelajari keadaan, kesempatan, peluang dan potensi-potensi yang ada. Siapa guru yang terbaik? 1. Pengalaman. 2. Anda yang tahu. Bagaimana cara belajar yang baik? 1. Praktek. 2. Anda yang tahu Apa yang menarik untuk dipelajari? 1. Kehidupan. 2. Anda yang tahu Apa yang membosankan? 1. Kebodohan. 2. Kemalasan. 3. Anda Ynag tahu Semua ada di Anda masing-masing, bukan diorang lain. Karena kehidupan anda tangung jawab Anda sendiri bukan orang lain, bukan orang tua, bukan guru, bukan anak Anda. Semua berlalu dan akan diteruskan oleh yang muda, selain belajar untuk diri anda. Belajarlah untuk mengajari orang-orang yang anda sayangi agar bisa membawa kehidupan yang lebih baik.  Kehidupan yang berlangsung secara harmoni antara alam,yang menyediakan sumber daya alam. Kepada Tuhan yang memberikan kehidupan dan manusia sebagai pengatur kehidupan.Selaras, seimbang, sederajat. Tidak boleh saling mencurangi, melukai dan menghianati. (Penulis fiksi sudah menjadi tukang ceramah, itulah yang ada dikepala penulis. Maafkanlah) "Kalau kamu, Jambu Manis menjadi kepala desa. Apa yang paling penting untuk dilakukan menurut kamu".  Semua penting untuk dilakukan, semua juga urgent. Yang paling Penting bagaimana warga bisa tidur dengan nyenyak setiap malam, tidak perlu khawatir dengan kejadian besok.  Semua terpenuhi, dana desa dikelola benar-benar berguna untuk masyarakat. Bukan hari ini selesai program, selesai juga manfaatnya. Hanya lelah, hanya membuang waktu, hanya buang uang. Itu sangat buruk. Tidak apa-apa banyak uang keluar, banyak dana terpakai asal kegiatan berguna dalam jangka panjang. Benar-benar berguna. Benar-benar menyelesaikan masalah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN