Catatan Nelayan

533 Kata
“Bagaimana kabar keluarga?” “Alhamdulillah baik, keluarga anda?” “Alhamdulillah baik juga, ade kamu yang perempuan bagaimana?” “ masih sementara sekolah”. “ade kamu yang laki-laki, apa kabar?” “Sementara magang sekarang. Semoga lulus tahun ini”. Keluarga kita memang tidak pernah bertemu langsung. Namun, kita sangat dekat. Kamu yang sering menceritakan keluarga. Menceritakan apa saja yang membuat kamu bahagia. Menceritakan apapun hal-hal yang konyol yang kamu lakukan. Menceritakan hal-hal yang mengerikan yang membuat kamu sedih. Itulah kedekatan kita. Itulah yang membuat kita dekat. Membuat kita merasa seperti saudara. Memahami dengan perasaan empati. Memahami dengan perasaan simpati. Membuat kita semakin dekat. Roda kendaraan semakin mejauhi kota menuju kecamatan Ikan Bolu. Dan itu masih jauh. Semua bergerak menuju tujuannya masing-masing. Dalam perjalanan ini, perjalanan yang melelahkan. Ada bagian-bagian membuat kita bahagia, ada bagian-bagian yang membuat kita sedih, ada bagian bagian yang membuat kita penasaran, ada bagian-bagian yang membuat kita ingin memiliki, semua adalah bagian dari perjalanan. Perjalanan menuju suatu arah yang kita mau. Perjalanan-perjalanan yang menyulitkan. Membuat kita belajar menghargai, belajar memiliki setiap kesempatan untuk maju, belajar untuk membuat kita bersabar, belajar membuat kita memahami semua memiliki waktu yang tidak sebentar. Teruslah melaju, melaju menuju tujuan yang diinginkan. Teruslah bergerak agar ada perubahan. Sejatinya kitalah yang merubah keadaan agar lebih baik. “Apa yang akan kita lakukan di rumah?” “Ada yang ingin saya temui, bersama teman-teman. Rapat kecil-kecilan. Apa kamu cari disini”. “Ada temanku disini, kami mau berkunjung ke keluarga yang mereka tempati dulu. Saya juga mau survey kehidupan nelayan untuk proyek kampus”. “Iya. Disini banyak nelayan”. Nelayan selalu hidup dipinggir lautan, mereka bekerja keras ditepi lautan. Mereka sangat dekat dengan lautan. Disinilah mereka mencari rizki untuk menghidupi keluarga. Mereka juga yang menjaga laut, mereka juga yang bisa menghancurkan laut. Mereka bisa meracun laut, mereka juga bisa menyelamatkan laut. Mereka mengetahui bagaimana aroma laut, nafas laut, kematian laut bahkan hantu lautpun mereka sangat paham. Mereka bisa menaklukan laut. Bisa juga ditaklukan laut. Kehidupan mereka dengan laut seperti ayah kepada anaknya. Ibu kepada anaknya. Paman kepada keponakannya, bibi kepada keponakannya. Nenek kepada cucunya. Kakek kepada cucunya. Saudara kepada saudaranya. Teman kepada temannya. Hubungan mereka memang sangat unik dan magis. Dalam sejarah kita mengatakan bahwa laut adalah milik umum, semua orang bisa datang dan mencari rezeki di laut. Bebas. Terbuka 24 jam. Terbuka untuk umum. Anak-anak sampai orang tua bebas datang kelaut. Tidak ada penghalang bagi siapaun. Welcome to the ocean. Hingga saatnya, masa itu datang. Masa pembagian jatah teritori. Jatah wilayah. Jatah penguasa. Jatah kekuasaan. Jatah kehidupan. Jatah dan jatah. Kebebasan nelayan direngut. Mereka dibuatkan hukum agar tidak bebas. Kehidupannya dipersempit. Potensinya dimatikan. Kemampuannya dikurangi. Wibawanya dihancurkan. Kekuasaanya dihapuskan. Semua adalah hukum, hukum yang tidak bisa dipahami oleh nelayan. Ya. Para nelayan patuh. Ya, para nelayan taat hukum itu. Ya, para nelayan tidak melawan hukum. Ya, para nelayan tidak menggugat kebebsannya. Ya, para nelayan bekerja sesuai aturan yang berlaku.Ya, para nelayan tidak nakal. Ya, para nelayan tetap menjadi nelayan seperti nenek moyang mereka. Apakah mereka menikmati hukum yag tidak berpihak kepada nelayan? Mari kita melihat kenyataannya. Sebagai warga Negara yang baik. Yang menghormati pancasila dan UUD 1945.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN