DEVON 13 - Sebelum pernikahan

1038 Kata
Pagi ini dengan lesu Devi bangun dari tidurnya. Karena perdebatan nya semalam bersama Darco membuatnya susah tidur dan berakhir di pagi ini dia masih berat untuk membuka mata. Akan tetapi karena teringat jika ia harus bekerja, jadilah dengan langkah gontai Devi masuk ke dalam kamar mandi. Membersihkan dirinya agar terlihat lebih segar kembali. Setelahnya, bersiap memakai baju kerja dan sedikit kesulitan memilih baju apa yang akan ia kenakan, karena sang atasan yang selalu sibuk berkomentar mengenai setiap penampilan nya. Yang katanya terlalu seksi lah, terlalu ketat lah atau apalah yang membuat Devi sakit telinga mendengar ocehan bosnya. Jika tidak karena gajinya yang tinggi mungkin saja Devi tak akan mau bekerja dengan bos yang cerewet seperti Devon. Huft... Hanya mengingat jika sebentar lagi Devon tak hanya menjadi bosnya di kantor, tapi juga sebagai calon suaminya, membuat Devi merasa lemas seketika. Bagaimana mungkin Devi bisa tahan hidup bersama lelaki dingin super arogan seperti Devon. Bisa jadi hidupnya akan tertindas setiap hari. Tapi, lagi - lagi wajah mamanya yang sedang menatapnya dengan tatapan kosong acapkali Devi mengunjunginya, wajah Darco yang terlihat marah kepadanya lalu tergantikan dengan wajah tante Diana yang seolah meminta kepadanya agar mengembalikan suaminya. Semua terasa rumit. Sebenarnya Devi merasa nyaman bersama Om Darco. Lelaki yang begitu baik kepadanya. Selalu ada di setiap saat Devi membutuhkan nya. Tetapi Devi sadar, posisi nya bukan berada di samping Om Darco karena tante Diana lah yang pantas berada bersama lelaki baik itu. Lagi lagi Devi mendesah. Banyak hal yang harus ia tahu dari seorang Devon. Jika dipikir kembali, ada apa sebenarnya diantara Devon dengan Om Darco. Bukankah mereka berdua adalah anak dan ayah. Tapi yang Devi tahu hubungan keduanya tidak baik- baik saja. Devon yang sangat membenci papanya. Begitupun Om Darco yang juga sangat membenci Devon. Mungkin suatu saat nanti Devi akan mengungkap misteri keluarga Devon Jurg. Tanpa sadar ternyata Devi sudah selesai dengan semua ritual paginya. Make up yang ia pakai kali ini tak terlalu mewah dan terkesan natural. Membuat wajah Devi terlihat lebih segar. Setelah menyemprotkan parfum mahalnta, Devi semakin percaya diri. Memakai high heel dan menyambar tas kerjanya, Devi keluar dari kamar. Terasa sepi dan sunyi karena di rumah kontrakan ini dia hanya tinggal seorang diri. Terkadang Om Darco yang akan datang berkunjung, tapi lelaki itu tak pernah menginap. Mana berani Devi menyimpan lelaki di rumah ini jika tidak ingin di grebek warga sekitar. Dengan keberadaan nya di kontrakan ini saja sudah menjadi buah bibir para tetangga. Apalagi jika kedapatan Darco mengunjunginya. Status perempuan simpanan sudah melekat di dalam dirinya. Devi tak peduli dengan semua cibiran para tetangga. Mulut pedas mereka mengalahkan admin lambe turah. Bagi Devi, asal dia tak pernah meladeni mereka maka mereka akan capek sendiri membicarakan nya. Belum lagi sebutan perawan tua yang sering ia dengar semakin membuatnya menjauh dari kehidupan sekitarnya. Setiap hari dia hanya membutuhkan rumah ini untuk pulang dan tidur. Devi membuka pintu rumahnya dan terkejut kala mendapati Devon yang bersandar di samping mobil nya. Devi mengerjabkan matanya jika sekiranya dia salah lihat. Tapi nyatanya, Devon memang benar berada di depan pagar rumahnya. "Pak Devon ngapain disini?" tanya Devi pada dirinya sendiri. Bergegas ia mendekati pagar rumah yang tingginya hanya sebatas lehernya saja. Membuka pintu pagar dan berdiri di hadapan Devon. Mata Devi menyipit menatap Devon. "Bapak ngapain pagi-pagi sudah ada disini?" tanya nya penasaran. Lalu kepala Devi menoleh ke samping kanan. Tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini, beberapa kerumunan ibu-ibu di kompleks perumahan dimana Devi tinggal, sedang mengelilingi abang tukang sayur. Tapi lirikan mata mereka hanya tertuju pada keberadaan Devon yang berada di rumah Devi. Devi yakin jika ibu-ibu itu tengah membicarakan dirinya dan Devi tak mau ambil pusing dengan semuanya. "Ayo...! Cepat masuk ke dalam mobil. Aku tak nyaman terus saja mendapat tatapan nakal mereka." ucap Devon sembari lelaki itu membuka pintu mobilnya. Devi berusaha mencerna setiap ucapan Devon lalu ia putuskan untuk masuk ke dalam mobil. "Maksud Bapak tadi apa?" "Kau tahu sejak tadi aku mendapat tatapan intimidasi dari mereka." Tunjuk Devon dengan dagunya pada kerumunan ibu ibu yang tadi Devi maksudkan. "Lagian, kenapa kau lama sekali tadi?" gerutu Devon. "Bapak kenapa datang tidak bilang - bilang?" "Sudah jangan banyak protes. Kau sudah menyiapkan semua yang kuminta kemarin?" tanya Devon dan Devi mengangguk. "Pagi ini, kita akan mengurus semua dokumen yang dibutuhkan untuk urusan pernikahan kita. Sekarang tunjukkan padaku, dimana rumah Pak RT?" "Sepagi ini dan Bapak memintaku bertamu ke rumah orang?" "Hei... Devi, dengarkan aku. Sudah baik aku mau menemanimu mengurus semuanya. Seharusnya kau bisa berterima kasih kepadaku. Kau tahu... Bisa saja aku hanya menikahimu secara ilegal. Tapi aku tak akan melakukan nya. Aku tetap pada niatku untuk menikahimu baik secara hukum maupun agama. " Devi mendesah lirih. Mengingat Devon yang begitu niat sekali menikah dengan nya. " Kenapa kau justru diam? Cepat tunjukkan dimana letak rumahnya! " Bentakan Devon membuat Devi tergagap, dengan hati yang kesal Devi menunjukkan dimana letak alamat rumah yang Devon tanyakan. Dalam kebisuan keduanya, Devon kembali berkata, "Setelah semua berkas selesai, kita harus segera menyiapkan cincin dan baju untuk pernikahan. Aku tak ingin menunda lebih lama lagi rencana pernikahan ini." Devi hanya bisa pasrah dengan mengangguk setuju. Devon menyeringai, membayangkan jika semua misi nya menghancurkan Darco akan segera terwujud. Untuk sementara waktu, Devon sedikit melupakan keberadaan Denzel. Lagpula kekasihnya itu sedang tidak ada disini. Tapi Devon sudah berniat untuk mengatakan hal yang sebenarnya pada Denzel. Mengenai semua misi dan rencana pernikahan nya dengan Devi. Meski dia nanti menikah dengan Devi, tapi tak ada niat di hati Devon untuk meninggalkan Denzel, kekasih yang sangat ia sayangi. Tak ada yang salah jika Devon tetap menjalin hubungan dengan Denzel. Lagipula pernikahan nya dengan Devi kelak hanyalah sebuah status semata. Devon hanya ingin memisahkan Devi dari Darco agar mamanya tak lagi bersedih hati karena Darco yang selama ini lebih memilih bersama Devi. "Pak... Pak Devon...!" senggolan di lengannya membuat Devon mengerjab. Tersadar akan semua lamunan nya. Ya, sejak tadi ternyata ia hanya melamum karena banyak nya pikiran yang bersarang di pikiran nya. "Ada apa?" tanyanya pada Devi. "Astaga! Pantas saja Bapak hanya diam saja. Padahal sedari tadi saya sudah mengatakan jika di depan sana adalah rumah yang Bapak cari." Devon tampak salah tingkah lalu menggaruk tengkuknya. Menghentikan mobil tepat di rumah Pak RT dimana Devi tinggal selama beberapa tahun ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN