Hay, selamat pagi. Jangan lupa tambahkan ke perpustakaan kalian ya. Biar semakin rajin di update.
Kesal dengan keputusan Faraz yang tidak mau menikahi Nila. Sore itu Sarah sengaja meminta izin kepada kedua orang tua Nila untuk membawa Nila pergi ke dokter. Akan tetapi Sarah tidak bodoh, tetap saja dia akan memperjuangkan hak Nila untuk bisa menikah dengan Faraz karena bayi yang sudah terlanjur ada di rahim Nila saat ini.
Kali ini mereka berdua berada di dalam perjalanan menuju rumah Faraz. Jika bukan karena ia memikirkan nasib Nila. Tentu saja dia tidak akan pernah melakukan hal seperti ini. Apalagi sekarang Nila sedang bisu karena perbuatan Faraz waktu itu sangat keterlaluan.
"Kamu tenang aja ya!" Sarah memang tidak memberitahu mengenai penolakan Faraz yang beberapa waktu lalu menolak menikahi Nila karena alasan bisu. Tapi bukan itu yang membuat Sarah menyerah. Justru dia akan mendatangi kediaman Faraz. Sekalipun ancamannya adalah dia akan dipecat dari hotel dan menjadi pengangguran. Tapi itulah risiko yang harus ditanggung karena dia yang memerintahkan Nila membersihkan kamar Faraz malam itu.
Sarah yakin jika nanti ketika mereka tiba di rumah kediaman tuan Danendra—Ayah Faraz. Maka pria itu tidak akan pernah mampu berkutik dihadapan orang tuanya langsung. Bukan karena dia yang terlalu penurut. Tapi Sarah membawa bukti nyata ketika Faraz berada di kamar hotel berusaha membantu Nila bangun waktu itu yang di mana gambar itu sempat diambil oleh Sarah secara diam-diam untuk menjadi senjata yang bisa membuat Faraz mengakui perbuatannya. Apalagi sekarang ini Nila dalam keadaan bisu karena perbuatannya.
Sengaja dia berangkat agak sorean agar dia bisa bertemu dengan Faraz nanti dan juga keluarga besarnya di rumah. Karena Sarah sudah terbiasa ke sana jika diundang oleh ayah Faraz untuk makan malam bersama dengan beberapa orang penting lainnya. Sarah merupakan orang kepercayaan kelurga itu. Tapi mengenai Bianca yang dikatakan oleh Faraz waktu itu, sama sekali dia tidak peduli dengan keberadaan gadis itu. Yang penting sekarang ini adalah Faraz harus bertanggung jawab apapun caranya.
Setibanya di kediaman Danendra, hari sudah gelap. Sore berganti malam. Jarak rumah Faraz dengan hotel dan juga tempat tinggal Nila memang cukup jauh. Belum lagi karena macet. Tapi tidak menyulutkan semangat Sarah untuk membawa Nila ke rumah Faraz.
Dia langsung mengajak Nila turun dari mobil.
Ketika dia hendak melangkah menuju rumah itu, Nila menariknya seolah bertanya bahwa itu rumah siapa? Tapi dia tidak menjawab sama sekali dan justru merangkul Nila agar tetap mengikuti ke manapun dia pergi untuk saat ini. Sarah tahu bagaimana harus mencari pertanggungjawaban. Sekalipun nanti Nila ditolak oleh keluarga besar itu. Akan tetapi dengan adanya bukti yang kuat. Tidak mungkin Faraz bisa mengelak lagi dan pasti akan mau bertanggung jawab kemudian menikahi Nila secepatnya sebelum perut Nila membuncit. Apalagi Danedra merupakan keluarga terpandang yang mungkin orang-orang pasti akan malu sekadar bertamu ke rumahnya karena rumah yang begitu mewah dan juga hanya beberapa orang yang dekat dengannya.
Ketika pintu dibuka. Langsung nampak begitu indah pemandangan yang ada di dalam rumah dengan barang antik yang harganya ratusan juta hingga milyaran terpampang di sana. beberapa orang juga sudah mengenal Sarah dengan baik. Hingga pada akhirnya begitu dia tiba di sana dia langsung dipersilakan masuk begitu saja oleh asisten mereka.
Nila yang kagum dengan rumah yang sangat besar itu. Bahkan dia tidak percaya dengan rumah yang begitu megah untuk pertama kalinya dia datangi seperti sekarang ini. "Nila, ayok!" ajak Sarah.
Baru saja dia masuk ke ruang tamu ketika dituntun oleh asisten. Ayah Faraz di sana bersama dengan mamanya langsung menyambut kedatangan Sarah. "Sarah, apa kabar? Tumben datang kemari?" sapa mama Faraz dengan ramahnya. Tapi Sarah sendiri tahu bahwa mama Faraz ini adalah orang yang keras kepala. Takut jika terjadi apa-apa dengan Nila nantinya. Tapi lebih baik jujur dibandingkan Nila tidak menikah dan mengurus anaknya sendirian. Apalagi dalam keadaan bisu seperti sekarang ini.
Orang tua Faraz langsung mempersilakan duduk.
"Gimana? Ada masalah di hotel?" tanya Papa Faraz tanpa basa-basi. Tapi dia tidak ingin juga membahas hal yang tidak penting. Ia akan langsung bicara mengenai Faraz yang sudah menghamili gadis yang bekerja di hotel mereka.
"Pa, itu mobil siapa di luar?" tanya Faraz yang tiba-tiba datang. Tapi Sarah sama sekali tidak takut. Ketika dia bertemu dengan Faraz, raut wajah pria itu langsung berubah. "Ngapain kamu di sini? Bawa perempuan itu lagi," tunjuk Faraz.
"Kamu tuh kebiasaan banget ya ngomongnya blak-blakan banget," protes mamanya.
Sarah tidak peduli dengan apa yang diucapkan oleh Faraz. "Aku nanya sama dia, Ma,"
"Maaf Pak Danendra. Kedatangan saya kesini bukan untuk membahas perihal hotel dan sebagainya, tapi saya datang bersama dengan perempuan ini karena Faraz lari dari tanggung jawabnya setelah dia menghamili perempuan ini," ucap Sarah yang langsung membuat Faraz geram dengan ucapan perempuan itu.
"Sarah bohong, Pa,"
"Diam!" perintah papanya hingga membuat Faraz terdiam ketika dia berusaha menyangkal apa yang terjadi antara dia dengan Nila.
"Waktu itu Faraz menginap di hotel selama dua malam, dia datang karena dia frustrasi akhirnya dia mabuk pada malam kedua dia menginap. Dan waktu itu Nila yang membersihkan kamar dia, tapi karena dalam keadaan mabuk. Akhirnya Faraz memperkosa Nila hingga hamil seperti sekarang ini. Tapi waktu saya ngomong, dia nggak mau tanggung jawab dan bilang kalau dia nggak mau nikahin perempuan yang nggak bisa ngomong,"
Papanya langsung melirik kearah Faraz. "Serendah itu kamu nilai perempuan yang sudah kamu hamili? Darah daging kamu tumbuh di rahim perempuan itu dan sekarang kamu nggak mau mengakuinya?"
"Pa, aku bisa jelasin,"
"Pa, kok bisa nyalahin dia sih," protes mamanya juga.
Sarah yang sepertinya memang tahu jika hal ini akan terjadi yaitu ketika orang tua Faraz akan membela kesalahan Faraz. Tapi tidak dengan papanya, maka dari itu dia memberanikan diri untuk meminta pertanggungjawaban ke rumah Faraz langsung.
Begitu Sarah mengeluarkan ponselnya yang mengambil gambar ketika Nila menutup tubuhnya dengan selimut. Serta Faraz yang berusaha membantu Nila bangun dari tempat duduknya. Dia juga sempat merekam kejadian itu dan di mana Faraz mengatakan bahwa dia akan bertanggung jawab. Akan tetapi justru sekarang ini kabur dari masalahnya.
"Pa," protes Faraz. Ketika papanya sedang melihat bukti yang diberikan oleh Sarah beserta video yang mengatakan bahwa Faraz akan bertanggung jawab.
"Lusa nikahkan mereka berdua!" perintah papanya singkat.
Faraz langsung menatap papanya dengan kebencian. "Nggak bisa, Pa,"
"Apa? Karena dia nggak bisa ngomong? Karena dia nggak bisa berantem sama kamu? Kamu sudah hamilin anak orang, Faraz. Otak kamu di mana? Kamu nggak mau tanggung jawab sampai segitunya lari dari masalah. Papa pikir kamu itu bertanggung jawab. Tapi apa? Justru kamu nggak bisa selesaikan masalah kamu sendiri, justru sampai dicari ke rumah hanya untuk tanggung jawab. Nggak mau tahu, kau harus nikahin dia. Bagaimana kalau anak ini adalah anak kamu yang pertama dan terakhir hingga kamu nggak bisa punya anak lagi kalau nikah sama yang lain?"
Faraz ingin protes terhadap papanya. Tapi jika papanya yang berkata demikian, tentu saja dia tidak akan pernah bisa untuk mengelak lagi. "Pa, please!"
"Daripada kamu bikin keluarga malu, Mama setuju kamu nikahin dia karena sudah terlanjur hamil. Lagian siapa suruh sih kamu hamilin anak orang segala? Nggak ada perempuan lain apa? Kamu yang gila, Faraz. Jadi apapun keputusan Papa kamu, turutin!" ucap mamanya dengan dingin.
"Nila juga nggak bisa ng—" Nila langsung menyentuh tangan Sarah dan menggeleng. Yang Nila pikirkan bukan karena dia malu ketahuan. Tapi karena takut jika Faraz akan membencinya lebih dari ini.
Sarah akhirnya mengangguk pelan dan akhirnya menyetujui apa yang diminta oleh Nila.