Mr. Fredrinn memberikan mereka berdua bonus, sesuai dengan apa yang dijanjikan olehnya itu. Luke merasa sangat senang sekali, berbeda dengan Clara yang terlihat biasa saja. Karena bonus yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh pria itu.
Mereka berdua keluar dari ruangan Mr. Fredrinn dengan senyuman yang menghiasi wajah tampan Luke. Pria muda itu sudah memikirkan banyak hal untuk menggunakan bonus tersebut.
Luke berusaha untuk berbicara dengan Clara, setelah presentasi mereka berdua selesai. “Kita sudah benar-benar menyelesaikan semuanya ini, Clara. Kita sudah berhasil!” Luke memekik kegirangan, berhasil menyelesaikan proyek sebelum waktunya, karena biasanya selalu selesai pada saat waktu yang diberikan.
“Aku masih benar-benar tidak bisa percaya akan semua ini. Aku dan kamu bisa menyelesaikannya sebelum waktu yang ditentukan,” lanjutnya. “Kau tahu, Clara? Biasanya, aku selalu menyelesaikan semuanya ini begitu sangat lambat sekali, karena banyak dokumen-dokumen yang sulit dikerjakan, tapi sekarang … berkat bantuan darimu, semuanya bisa selesai lebih cepat. Dan aku bahagia sekali, terima kasih, Clara.”
Luke tiba-tiba memeluk tubuh ramping itu dari samping, membuat Clara merasa terkejut karena semuanya secara tiba-tiba. Gadis itu menegang di dalam pelukannya sang pria cupu. Sambil memejamkan mata, menikmati kehangatan yang diberikan secara tiba-tiba itu. Namun, seketika tersadar bahwa mereka melakukan hal salah.
“Hei, mau sampai kapan kau memelukku seperti ini? Hah? Aku tidak bisa bernafas!” kata Clara datar, namun detak jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. Benar-benar hatinya dibuat tidak karuan oleh pria itu.
Luke melotot sempurna, merutuki kebodohannya itu. Bagaimana bisa, melakukan tindakan yang benar-benar tidak benar, segera melepaskan pelukannya dan merasa salah tingkah karena perbuatannya sendiri itu.
“Ma-maaf, Clara. Aku tidak sengaja, sungguh!” Wajahnya seakan merasa sangat bersalah sekali karena tindakan tiba-tibanya itu. “A-aku … aku hanya merasa begitu sangat bahagia, sampai lupa diri.”
“Yakin? Kau hanya merasa bahagia, atau memang mencari kesempatan dalam kesempitan untuk memelukku secara tiba-tiba?” sindir Clara dengan wajah dingin, sambil kedua tangannya disilangkan di depan dadanya.
“Ti-tidak!” seru Luke. “Sungguh, aku tidak mencari kesempatan apapun darimu, Clara.”
“Lalu, apa namanya kalau bukan mencari kesempatan, Luke?” Tatapannya datar namun mematikan, membuat bulu kuduk pria itu meremang. Sengaja, ia hanya sedang berusaha untuk menormalkan kembali detak jantungnya yang tidak biasa itu.
“Clara ….” Luke menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. “Kalau memang aku mencari kesempatan, maka aku tidak akan hanya memeluk saja. Aku pasti akan melakukan yang lebih.”
“Oh ... jadi … kau berharap untuk bisa melakukan hal yang lebih padaku? Iya?” Clara menaikkan satu alisnya, menatap tanpa berkedip.
Luke memejamkan matanya, merutuki dirinya sendiri yang lagi-lagi salah bicara. Memukul-mukul pelan kepalanya itu, membuat Clara mengulum senyum melihat tingkah konyol pria cupu yang ada di hadapannya itu.
“Tidak, Clara …. Maaf, aku salah bicara,” jawabnya menundukkan kepala.
“Sudahlah! Tidak masalah! Anggap saja, itu satu keberuntungan kamu bisa memelukku, karena kita sudah berhasil menyelesaikan berkas ini dengan cepat dan mendapatkan bonus,” kata Clara. “Aku senang bisa bekerjasama denganmu, Luke. Tapi jangan terus cari kesempatan untuk memelukku, ya.”
“Eh, tidak … tidak … maafkan aku ya,” jawabnya meminta maaf dari hati. “Kau benar-benar bisa mengubah pandanganku tentang banyak hal, Clara.”
“Ya, memang aku ini pandai dan bisa membuat siapa saja merasa beruntung karena mengenal aku,” jawabnya sombong. “Mungkin setelah ini, kita bisa bekerjasama lagi di proyek berikutnya.”
“Aku juga mengharapkan hal yang sama, Clara. Kita sudah membuktikan pada Mr. Fredrinn, bahwa kita adalah tim yang hebat dan juga kuat.”
“Ya, aku setuju sekali denganmu. Akhirnya, aku mendapatkan partner kerja yang benar-benar baik tanpa mencari muka di depan pria tua itu.”
“Clara, apakah kau tidak bisa berhenti memanggilnya pria tua?” tanya Luke begitu sangat hati-hati sekali.
“Hei, memang apa masalahnya? Kau mau melarangku? Iya?”
“Tidak … bukan begitu. Aku sama sekali tidak bermaksud untuk melarangmu, Clara. Hanya saja … sepertinya kurang sopan kalau memanggil bos dengan panggilan yang seperti itu. Kita juga saat ini bekerja dengannya, jadi bukankah seharusnya bisa menghormatinya sama seperti kita menghormati diri sendiri?”
“Hah … sudahlah! Kamu jangan terlalu banyak mengaturku, Luke! Aku sudah biasa memanggilnya seperti itu, jadi tidak masalah. Lagi pula, memanggilnya pria tua pun bukan saat bersama dengannya, iya kan?”
“Iya, sih. Tapi–”
“Sudahlah! Jangan banyak bicara! Bagaimana, kalau kita merayakan selesainya proyek ini, Luke?”
“Merayakan?” cicitnya menatap Clara dengan tatapan bingung.
“Iya, merayakan. Kita bisa bikin pesta kecil-kecilan seperti makan malam bersama? Hanya kita berdua saja, tidak ada yang lain. Karena, memang tim kita hanya berdua,” kekeh Clara mencoba untuk mencairkan suasana.
“Hm … sepertinya, itu ide yang sangat bagus, Clara. Aku akan senang sekali, kalau kita bisa meluangkan banyak waktu bersama.”
“Jadi, kau setuju?” tanya Clara menaik-turunkan alisnya sambil menyeringai.
“Iya, aku setuju.”
“Tapi, kamu yang mentraktir aku, ya?” Clara kembali menaik-turunkan alisnya, membuat Luke menghela nafas lalu setelahnya mengangguk.
“Baiklah … karena kamu sudah menjadi partner yang baik, aku akan mentraktir makan malam.”
“Ye! Aku setuju!” seru Clara begitu bahagia, benar-benar menunjukkan sisi kekanak-kanakannya itu.
Luke sempat terkejut, namun setelah tersenyum dan tertawa melihat tingkahnya yang ajaib itu. Dan selebihnya, bahagia karena bisa melihat tawa dan senyuman yang tidak pernah dilihat olehnya, selama mengenal gadis itu.
Entah mengapa, darahnya berdesir saat melihat gadis itu berseru dengan penuh kebahagiaan. Hati kecilnya merasa ingin sekali memberikan kebahagiaan yang bertubi-tubi pada gadis urakan itu. Selama mengenalnya, memang jarang melihat Clara yang begitu sangat bahagia sekali seperti itu. Dan juga, rasanya gadis itu lebih banyak merasa kesal dan wajahnya selalu tidak bersahabat.
Tapi, kali ini … Luke benar-benar melihat sisi lain dari Clara. Sosok gadis yang selalu dianggap urakan dan tidak bisa menyesuaikan diri di kantor, ternyata begitu sangat bisa membawa dirinya dalam hal dan kegiatan apapun. Semua orang memang memandangnya sebelah mata, tapi mereka tidak tahu sisi lain dari gadis itu. Dan, pria cupu itu merasa sangat beruntung sekali karena bisa mengetahui banyak hal tentang gadis itu.
Dalam perjalanan mereka menyelesaikan proyek besar ini, Luke dan Clara, keduanya sama-sama saling belajar banyak hal tentang satu sama lainnya. Mereka berdua satu sama lain mengembangkan rasa saling menghargai, menghormati dan mengagumi.
Mereka menemukan banyak hal dan salah satu halnya adalah bahwa penampilan tidak selalu mencerminkan bagaimana seseorang itu tidak punya kemampuan. Karena, bisa menjadi sebaliknya, begitu sangat mengagumkan, memiliki kemampuan yang luar biasa dan juga bisa bekerjasama dengan baik, karena semua itu bisa datang dari tempat yang sama sekali tidak terduga pastinya.
Akhirnya, proyek besar ini bukan hanya sebuah pencapaian dalam sebuah keprofesionalan tetapi juga awal dari persahabatan mereka berdua dan kerjasama yang akan selalu terjalin kedepannya, hal itu benar-benar sangat berharga sekali.
Mereka berdua sudah belajar banyak hal, terutama saling menghargai dan mendukung satu sama lainnya. Perubahan Clara juga sudah mulai terlihat, gadis yang sebelumnya terlihat begitu sangat urakan dan tidak peduli dengan sebuah tanggung jawab, kini berubah menjadi sosok yang begitu sangat tanggung jawab dengan segala macam hal apapun. Dia juga cukup cerdas dan tidak lepas dari pengaruh positif Luke, pastinya.
Sementara itu, Luke juga belajar yang tadinya begitu sangat tertutup sekali, kini mulai lebih terbuka pada seseorang, dan berusaha menerima bahwa penampilan memang tidak selalu mencerminkan kemampuan seseorang. Dalam hal ini, pria itu belajar begitu banyak hal sekali.
Proyek ini benar-benar menjadi titik awal dari banyaknya proyek sukses yang lainnya dan pastinya akan mereka kerjakan bersama-sama. Mereka berdua pastinya akan menjadi tim yang diandalkan dan juga dihormati oleh perusahaan. Membuktikan bahwa dengan kerjasama dan saling pengertian, mereka berdua bisa mencapai hal-hal yang besar pastinya.
*
Clara melangkah dengan cepat menuju ke ruangan Mr. Fredrinn, wajahnya benar-benar menunjukkan ketidaksenangan yang begitu sangat ketara sekali. Sejak awal bekerja sama dengan Luke dalam proyek besar ini, diam-diam pria tua itu menjanjikan bonus yang besar, jika proyek tersebut sukses diselesaikan dalam waktu yang cepat.
Maka dari itu, Clara berusaha semaksimal mungkin bekerjasama dengan Luke agar proyek selesai sebelum waktunya. Gadis itu merasa telah menepati janjinya dan juga memberikan kontribusi yang signifikan dalam menyelesaikan proyek tersebut, namun bonusnya yang diterima benar-benar jauh dari apa yang dijanjikan oleh Mr. Fredrinn.
Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Clara langsung membuka pintu dan masuk tanpa ada keraguan di dalam hatinya. Mr. Fredrinn, pria paruh baya yang masih sangat terlihat kekar dan tampan dengan rambut abu-abu dan juga sorot mata yang tajam, duduk di balik mejanya. Tampak begitu serius dan juga sibuk dengan dokumen yang sedang menumpuk itu.
Mr. Fredrinn tahu betul, siapa yang datang dan masuk ke ruangannya itu. Dan, begitu sangat yakin tujuannya masuk ke dalam ruangan pasti akan melayangkan protes yang tidak menyenangkan pastinya.
Clara menatap sengit pria paruh baya itu dan segera melangkahkan kakinya ke depan meja. Tiba-tiba duduk di atasnya sambil menyilangkan kakinya dengan sikap yang begitu sangat menantang sekali. Membuat Mr. Fredrinn menghela nafas dan menatapnya tidak suka.
“Hei, pria tua! Jangan pura-pura sibuk seperti itu!”
“Ada apa, Clara?” tanya Mr. Fredrinn menatapnya tidak berminat.
Clara bicara dengan suara yang lantang. “Kita perlu bicara, sekarang juga, pria tua!”