Berusaha menutupi

1575 Kata
“Clara …,” desahnya samar sambil menggelengkan kepalanya. Clara merasa sangat bingung dengan sikap pria itu. Sementara itu Mr. Fredrinn menyilangkan kedua tangannya di depan d**a sambil menatap ke arah gadis urakan itu, tatapannya sinis dengan senyum yang terlihat mengerikan. “Siapa pria tua yang menurutmu menyebalkan itu, Clara?” tanya Mr. Fredrinn datar namun terdengar sangat mengerikan suaranya. Tubuh Clara menegang sesaat lalu menoleh ke arah pria tua itu, mendelik tanpa ada minat untuk tersenyum. “Kenapa memangnya? Anda merasa menjadi pria tua yang menyebalkan?” sarkas Clara, kembali membuat Luke melotot sempurna dengan sikap gadis itu. Buru-buru Luke mendekati Clara dan menggenggam tangannya, mencegah agar tidak lagi mengatakan hal-hal yang buruk. “Clara … apa yang kau lakukan? Jaga bicaramu,” bisik Luke memperingatkan. “Kenapa? Apa yang salah? Aku hanya menyebut pria tua, kenapa Mr. Fredrinn merasa? Oh apa jangan-jangan, Mr. Fredrinn ini memang pria tua yang menyebalkan ya?” Clara memandang ke arah Mr. Fredrinn sambil memiringkan kepalanya dan tersenyum sinis. “Clara, tutup mulutmu!” tegas Luke penuh penekanan. “Hei, kau … berani sekali membentak aku seperti itu, pria cupu!” geram Clara merasa tidak terima dengan sikap dari pria yang saat ini masih menggenggam tangannya agar tidak mengatakan hal-hal yang buruk pastinya. Luke menundukkan kepalanya, merasa sudah salah bicara pada gadis itu, sampai membuatnya marah. Tapi, kalau tidak dicegah dan diperingatkan, pria itu khawatir jika kata-katanya akan semakin tidak karuan dan nantinya membuatnya merasa susah sendiri berhadapan dengan Mr. Fredrinn. “Ti-tidak … a-aku ti-tidak bermaksud seperti itu, Clara,” desahnya terbata, takut melihat sorot mata tajam dari gadis itu. “Kau terlambat! Dan aku, tidak suka dengan karyawan yang tidak tepat waktu!” kata Mr. Fredrinn, enggan meneruskan untuk melihat drama yang ada di depan matanya itu. “Ini pertama kalinya kau terlambat atau sudah sering, gadis urakan?” tanya Mr. Fredrinn menaikkan satu alisnya, menatap Clara dan menuntut jawaban. “Pertama kali,” jawab Luke. “Sering,” jawab Clara. Keduanya menjawab secara bersamaan, namun jawabannya sangat berbeda jauh sekali. Luke memejamkan matanya, karena berusaha untuk menyelamatkan gadis itu, tapi ternyata Clara sendiri yang menggali lubang kehancurannya di depan Mr. Fredrinn. “Wow, kalian begitu sangat serempak sekali untuk menjawab, tapi sayangnya … jawaban kalian sungguh berbeda jauh sekali. Dan, itu sudah dapat dipastikan bahwa salah satu dari kalian itu berbohong,” tekan Mr. Fredrinn, suaranya mampu membuat bulu kuduk Luke meremang. “Pria cupu ini yang berbohong! Selalu saja menutupi semuanya demi menyelamatkan aku. Padahal, aku biasa saja, tidak masalah jika sampai mendapatkan masalah, karena selalu telat,” sergah Clara. “Luke … aku tahu … kau bukan orang yang suka berbohong. Tapi … kenapa kamu berbohong padaku? Demi untuk menyelamatkan gadis urakan ini?” “Ma-maaf, Mr. Fredrinn ….” “Sudahlah … sudah …. Aku tidak ingin melihat drama atau percakapan kalian yang tidak akan ada habisnya itu!” tegasnya penuh penekanan, menatap Clara dan Luke secara bergantian. “Segera siapkan berkas fisiknya dan kalian, temui aku di dalam ruangan!” “Baik, Mr. Fredrinn.” Pria tua itu masuk ke dalam ruangannya sambil menggelengkan kepala, merasa lucu dengan tingkah konyol keduanya yang satu ingin menyelamatkan tapi satunya lagi justru sebaliknya. “Mereka memang aneh, bisa-bisanya sikapnya itu jauh berbeda sekali. Yang satunya selalu merasa takut dan berusaha untuk menyelamatkan, tapi satunya lagi justru seakan tidak pernah takut akan hal apapun itu dan tidak masalah jika mengalami masalah besar, karena sudah terlalu sering mengalaminya,” gumam Mr. Fredrinn, melangkah ke arah kursi kebesarannya dan langsung menghempaskan bokongnya. Berbeda kondisi dengan Luka dan Clara yang sekarang masih ada di luar ruangan. “Kau itu, kenapa sih selalu berusaha menyelamatkan aku? Hah? Sudahlah! Tidak usah terlalu peduli dengan apa yang aku lakukan! Fokus saja dengan dirimu sendiri, pria cupu! Karena aku, tdiak suka dibela oleh siapapun!” tekan Clara. “Aku bukan tipe gadis yang mudah tersanjung dengan apa yang dilakukan olehmu atau orang lain! Bahkan, aku tidak pernah takut akan hal apapun itu. Jika mendapatkan masalah yang besar, ya sudah pasti aku akan menghadapinya!” “I-iya, maaf. Aku hanya tidak ingin kamu mendapatkan masalah saja. Tapi, rupanya kamu memang senang dan sering mendapatkan masalah. Pantas saja, tidak pernah merasa takut akan hal apapun itu.” Entah itu sebenarnya sindiran atau sarkasme yang diberikan oleh Luke, tapi mampu menohok ke hati Clara. Namun, sekali lagi … gadis itu sama sekali tidak peduli, karena dia sudah bisa menghadapi hal apapun sendirian. Jadi, jika hanya sedikit bermasalah dengan pria tua itu, tak membuatnya gentar sedikitpun. “Sudah! Cepat bersiap! Kita akan ke ruangan Mr. Fredrinn, aku akan menyiapkan terlebih dahulu berkasnya.” Clara memutar bola matanya malas, kesal karena merasa ditekan dan disuruh tanpa basa-basi seperti itu. Namun, karena tak ingin lagi ada perdebatan panjang, akhirnya ia pun menurut dan langsung bersiap menyiapkan berkas yang dibuat olehnya juga lalu diserahkan pada Luke untuk dijadikan satu. Melempar tasnya begitu saja pada kursi yang sedang bertengger manis, lalu mengambil dokumen dengan kasar. Kembali melangkah ke ruangan Luke dengan santai dan melemparkan dokumen tersebut tepat di hadapan pria cupu itu. “Tuh, dokumen yang menurutmu susah, sudah selesai aku kerjakan dan juga rapikan. Lain kali, lebih rapi lagi dalam menyiapkan sesuatu, karena Mr. Fredrinn tidak suka dokumen yang acak-acakan!” kata Clara yang begitu tahu sekali tentang pria itu. “Kau … bisa menjadikan pekerjaanku itu sebagai acuan, agar kedepannya lebih baik lagi mengerjakan sesuatu.” Clara berlalu pergi dari hadapan Luke dan melangkahkan kakinya menuju ke ruangan Mr. Fredrinn. Sementara, pria muda itu masih terpaku melihat semua dokumen yang begitu sangat rapi itu. Gadis urakannya itu benar-benar membereskan semuanya dengan begitu sangat rapi. Senyumannya begitu sangat merekah, tanpa menyadari kalau gadis itu sudah tidak ada di hadapannya. Seperti biasanya, Clara masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu dan nyelonong begitu saja, langsung duduk di hadapan pria tua itu. Mr. Fredrinn sudah tidak terkejut lagi dengan sikap gadis itu, hanya menggelengkan kepala saja melihat tingkahnya. “Biasanya mengetuk pintu! Jangan seenaknya terus!” tegasnya. “Aku tidak peduli! Lagi pula, aku sudah tahu kau berada di dalam dan sedang menungguku, ya kan?” “Aku sedang menunggu Luke, kamu hanya sebagai pelengkap saja. Jadi, kalau sebenarnya kamu tidak ikut masuk ke sini juga, tidak masalah,” jawab Mr. Fredrinn cuek. “Dan aku, tidak peduli! Proyek ini, aku ikut andil di dalamnya! Aku tidak mau mengulang kesalahan yang dulu. Terlalu percaya pada seseorang, tapi dalam pekerjaan, aku justru dikhianati.” “Sepertinya … kau mulai merasa betah bekerja di kantor pusat, Clara ….” “Ah, tidak juga. Aku hanya mencoba untuk menemukan sesuatu yang baru di sini. Tidak seperti di kantor cabang, yang begitu sangat membosankan dan banyak yang cari muka.” “Lalu, apakah kau menemukan sesuatu yang baru atau yang berbeda di sini?” tanya Mr. Fredrinn, namun belum sempat dijawab, sudah terdengar ketukan pintu. Tok. Tok. “Masuk, Luke!” teriak Mr. Fredrinn. Luke membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan setelah menutupi kembali pintunya. Merasa sedikit terkejut karena kedatangan Clara yang lebih dulu berada di ruangan tersebut. “Bukannya datang bersama, ini malah duluan! Kebiasaan sekali,” batin Luke menggerutu. “Clara, rupanya kau sudah berada di sini …. Aku tadi mencarimu sampai ke ruangan tapi–” “Kau terlalu sibuk dengan dokumen yang disiapkan dan yang aku berikan, sampai tidak menyadari kalau aku sudah tidak ada di hadapanmu, bahkan sudah ada di dalam ruangan ini.” “Ah iya … mungkin seperti itu. Maaf ya, aku harus kroscek ulang semuanya dulu, agar tidak ada kesalahan,” jawab Luke. Pria cupu itu langsung duduk di kursinya setelah dipersilahkan oleh Mr. Fredrinn. Menyerahkan dokumen fisik dan pria tua itu kembali mengeceknya lagi. Memastikan bahwa semuanya benar-benar tidak ada yang terlewatkan dan juga tdiak ada kesalahan di dalamnya. Mr. Fredrinn sudah mengecek semuanya secara detail, lalu menatap keduanya bergantian. Dan mengatakan secara langsung di depan mereka berdua. “Aku begitu merasa sangat bangga sekali dengan pekerjaan kalian ini, Luke, Clara.” “Proyek ini akan bisa selesai dengan cepat, tepat waktu dan juga hasil yang begitu sangat luar biasa sekali pastinya. Kalian benar-benar bisa bekerjasama dengan baik dan juga begitu menginspirasi pastinya.” Luke tersenyum lembut, melirik ke arah Clara yang terlihat biasa saja dalam hal ini. Tapi, ia akan mengatakan langsung di depan gadis itu, bahwa memang dia ikut andil di dalamnya. “Terima kasih banyak, Mr. Fredrinn. Semua ini juga berkat bantuan dari Clara. Karena sejak awal, ikut andil dalam proyek besar ini. Andai saja, aku yang mengerjakannya sendirian, mungkin … mungkin ya tidak akan selesai tepat waktu, Mr. Fredrinn.” Mr. Fredrinn mengangguk-anggukkan kepalanya, menatap ke arah Clara dengan sorot mata yang sulit sekali dijelaskan oleh kata-kata. “Jadi, rupanya kau sudah mulai bisa bertanggung jawab dengan sesuatu yang penting, Clara?” “Tidak juga, semua ini pun berkat bantuan dari Luke. Aku tidak mengerjakan semuanya sendirian, jika dikatakan aku ikut andil di dalamnya, ya memang itu benar,” jawab Clara bersikap dingin. “Tapi, bukan berarti aku yang mengerjakan semuanya sendirian, karena aku hanya mengerjakan beberapa dokumen yang sulit saja. Lagi pula, kita ini adalah tim. Bukankah sudah seharusnya saling membantu?” “Ya … aku cukup paham sekali dengan karaktermu, Clara. Dan, aku memang sejak awal begitu sangat yakin, kalau kalian bisa melakukannya dan menyelesaikan proyek besar ini dalam tepat waktu. Kalian memang tim yang bisa diandalkan dan teruslah bekerjasama dengan baik, agar menghasilkan banyak proyek dengan tepat waktu.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN