Camilla dan Danieru sudah sampai di tempat tujuan, mereka juga sudah duduk sambil menunggu pesanan. Tempat itu cukup sepi hari ini, dan Camilla merasa senang karena hal itu.
Danieru menatap istrinya, ia tersenyum kala wanita itu menatap padanya. Camilla Alistair ... wanita yang tanpa sengaja berurusan dengannya dalam masalah takdir, dan wanita itu kini menjadi bagian dari hidupnya.
“Kenapa kau menatapku?” tanya Camilla yang bingung dengan kelakuan suaminya.
“Baiklah, aku akan menatap wanita lain jika demikian.” Danieru membuang muka.
Camilla yang mendengar ucapan suaminya menjadi kesal sendiri, ia merengut. “Kau menyebalkan!”
Danieru melirik istrinya, ia bisa melihat mata wanita itu berkaca menahan tangis. Tidak hanya emosi Camilla yang berubah-ubah, kadang wanita itu akan begitu mandiri, kadang juga akan begitu manja dan mudah menangis.
Danieru mengulurkan tangan, ia segera menggenggam tangan Camilla. “Aku tak akan melirik wanita lain. Aku sudah mempunyai istri, dan itu tak akan terjadi.”
Camilla yang mendengar ucapan Danieru malah menangis. “Kau pasti ingin membuat drama. Aku pernah mendengar kata-kata itu di dorama jepang, dan akhirnya si suami juga menduakan istrinya.”
Danieru yang mendengar penuturan istrinya menepuk kepala. Ia agak kesal dengan ucapan Camilla, dan tak menyangka jika istrinya itu sudah sangat mudah terpengaruh dengan tontonan yang ada di beberapa stasiun televisi.
Pria itu mencoba memaklumi Camilla, ia mendengar penjelasan dari ibunya jika seorang wanita yang sedang mengandung memang memiliki emosi yang naik dan turun. Wanita hamil sangat sensitif dan memerlukan kesabaran ekstra untuk menghadapinya.
Tak berapa lama para pelayan segera datang, mereka membawa pesanan Camilla dan Danieru, lalu meletakkannya di atas meja.
Camilla yang melihat pesanan mereka sudah tersaji hanya diam, sedangkan Danieru hanya bisa terpaku.
Ada sekitar sepuluh mangkuk ramen dengan ukuran jumbo, dan sialnya Danieru tak terlalu menyukai makanan itu. Ia menatap Camilla, melihat mata istrinya yang sudah berbinar-binar. Matilah dia ... jangan sampai kejadian minggu lalu saat mereka makan bersama terulang lagi. Camilla memintanya menghabiskan lima porsi nasi goreng karena bosan, dan ia langsung memuntahkan semua makanannya.
“Kenapa kau terlihat pucat?” tanya Camilla. Ia menatap suaminya dengan saksama, menunggu reaksi pria itu.
“T-tidak ...” Danieru meraih gelas yang berisi air mineral. Ia segera meminumnya hingga tandas, lalu meletakkan gelas di atas meja. “Tidak, bukan apa-apa.”
Camilla yang mendengar hal itu hanya diam, ia kemudian menatap ke atas meja, lalu melirik para pelayan yang sudah meninggalkan mereka berdua.
“Kitty, apa kau yakin bisa memakan Sembilan mangkuk sendirian?” tanya Danieru agak ragu. Ia melirik kiri dan kana, ada banyak orang yang memerhatikan mereka berdua. Hah ... ia tak menyangka jika istrinya memiliki pola makan yang benar-benar besar sekarang ini.
Danieru menarik semangkuk ramen agar lebih dekat dengannya, tetapi ...
“Jangan sampai kau menyentuhnya! Semuanya milikku,” ujar Camilla sambil mengarahkan dua sumpit ke arah Danieru.
Danieru menghentikan ulahnya. “Apa kau yakin bisa menghabiskan sepuluh mangkuk?”
Camilla tak menjawab, ia segera menikmati makanannya. Wanita itu juga terlihat sangat menikmati makanan itu, ia tak memerhatikan Danieru.
Danieru bisa melihat Camilla agak terganggu dengan rambutnya yang terurai. Ia segera berdiri, menghampiri istrinya, dan menyanggul rambut Camilla.
Camilla yang mendapatkan perlakuan demikian merasa senang, dengan begitu ia bisa makan dengan tenang.
Danieru kembali duduk, ia tersenyum saat melihat istrinya. Apa semua wanita hamil seperti Camilla? Sejenak Danieru memikirkan Rachel. Wanita itu mengandung tanpa seorang suami ada di sampingnya, sudah pasti Rachel juga sangat berat menjalani hari-harinya saat mengandung.
Camilla yang sejak tadi menikmati ramen sama sekali tak memedulikan Danieru, tiba-tiba saja wanita itu meraih gelas, ia meminum air di dalam sana, lalu menelannya.
Camilla mengelus perutnya, masih terasa lapar walau empat mangkuk ramen sudah ia habiskan. Ia menatap enam mangkuk yang tersisa, lalu memulai aksinya lagi.
...
Setelah menemani Camilla menikmati ramen, sekarang Danieru malah terjebak dengan kegilaan istrinya yang ingin menyaksikan film horor, mereka sedang berada di sebuah bioskop, menyewa semua kursi, dan hanya berduaan di dalam sana.
Jujur saja Danieru sangat membenci film menakutkan itu, ia bahkan menutup mata agar tak melihat ke depan sana. Suasana yang gelap membuat semuanya semakin mencekam, suara dari film itu mau tak mau harus Danieru dengar. Ia ingin menguatkan diri, tetapi sialnya itu tak bisa.
Sedangkan Camilla yang duduk di samping suaminya hanya diam, ia menikmati film yang sedang berlangsung, sesekali juga memasukkan popcorn ke dalam mulutnya.
Camilla tak mengerti mengapa ia bisa sangat menyukai film horor, padahal ia juga bukan orang yang berani menyaksikannya dulu.
“Kitty, bisa kita hentikan ini sekarang?” tanya Danieru yang sudah tak tahan lagi. Ia menatap Camilla, keringat dingin juga sudah meluncur bebas dari pori-pori kulitnya.
Camilla menatap. “Kau pikir kita membayar tempat ini untuk menikmatinya setengah jalan?”
Danieru menggeleng, ia tahu menyewa tempat itu bukan dengan biaya yang juga murah. “Aku ... aku takut.”
Camilla yang mendengar jawaban suaminya menjadi geli sendiri, ia tak menyangka jika pria seperti Danieru tak berani menyaksikan film horor.
“Kenapa kau menatapku?” tanya Danieru bingung. Pikiran pria itu melayang ke mana-mana.
Camilla meraih tangan suaminya, ia meletakkan tangan itu pada payudaranya dan tersenyum kala Danieru menatapnya bingung.
“Kitty ... a-apa yang-”
Camilla segera melumat bibir suaminya, wanita itu juga meraba bagian d**a Danieru dan memejamkan mata.
Danieru yang tak punya pilihan lain juga tak ingin kalah, ia segera membalas lumatan bibir istrinya. Mereka saling meraba, mereka juga sama-sama mengabaikan keadaan sekitar.
Camilla tak menyangka jika suaminya akan membalas ciumannya, baguslah ... setidaknya pria itu tak akan membawanya pulang ke rumah untuk saat ini. Lagi pula ... bercinta sambil menyaksikan film horor sudah pasti memiliki sensasi yang berbeda.
Danieru melepaskan ciuman mereka, ia segera menjilati leher putih Camilla, tangannya membuka baju yang Camilla kenakan.
Camilla hanya bisa pasrah dengan permainan suaminya. Ia menikmatinya dan menggigit bibirnya agak keras.
“Achhh ....” Akhirnya suara itu lulus dari bibir Camilla.
Danieru yang mendengarnya merasa cukup senang, ia kemudian memainkan p****g p******a Camilla dengan tangan kanannya.
“Acchhh ... Danieru,” ujar Camilla lagi dengan lirih. Ia menggeliat pelan, Danieru masih terus menjilati lehernya.
Danieru yang merasa senang tak mengindahkan film yang sedang berlangsung. Saat ini semuanya sudah kalah dari birahinya yang menggebu-gebu, pria itu segera menyudahi jilatannya pada leher Camilla, ia malah menyerang bagian p******a Camilla.
Camilla yang merasakan kuluman Danieru pada payudaranya memejam erat, detak jantungnya berpacu dengan cepat, dan napasnya juga berembus dengan kasar.
“Danieru ... ahhh ... yahhh ....” Camilla menggenggam tangannya, ia mati-matian menahan diri agar tetap bertahan agar Danieru segera memasukinya.
Danieru yang merasakan respons tubuh Camilla hanya menyeringai. Ia kemudian melumat p****g p******a Camilla yang lain, menggigitnya pelan. Tangan Danieru tak tinggal diam, ia membuka pelan celana pendek yang Camilla kenakan.
“Dani-eru ....” Camilla memejamkan mata semakin erat.
Danieru yang sudah berhasil menelanjangi istrinya merasa senang. Ia segera meraba kewanitaan Camilla, memasukkan dua jarinya ke dalam sana dengan cepat.
“Emsss ... ah ... ah ... ah ....” Camilla mengapitkan kedua pahanya saat Danieru memainkan gundukan kecil nan kenyal pada bagian tengah kewanitaannya.
Danieru menyudahi lumatannya pada p******a Camilla, ia kemudian menyudahi semua aksinya. Dilepaskannya Camilla, lalu tersenyum.
“Kenapa kau berhenti?” tanya Camilla.
“Sayang, sebaiknya kita melakukan percintaan di rumah,” ujar Danieru. Ia sengaja menahan diri, takut bila terlalu kasar saat menyentuh Camilla tercinta.
“Tapi ... aku menginginkannya,” ujar Camilla.
“Pasang pakaianmu, kita akan segera pulang. Apa kau mengerti wanitaku?”
Camilla merengut, dan Danieru segera memberikan pakaian Camilla.
“Jangan merajuk, aku berjanji akan memberikannya nanti. Di sini tak nyaman untukmu, ingatlah ... kau sedang mengandung buah hati kita.” Danieru segera mengecup kening Camilla, sedangkan Camilla hanya diam.
Camilla kemudian bergegas memasang bajunya, dan setelah selesai ia langsung pergi meninggalkan Danieru. “Pria menyebalkan!”
Danieru segera mengikuti istrinya, ia melakukan hal itu juga agar anak mereka dan Camilla dalam keadaan baik-baik saja.