Sebulan berlalu dengan cepat, setelah Camilla dan Danieru mengambil langkah besar dalam hidup mereka, kini merasa lega dan kehidupan mereka juga baik-baik saja.
Mereka mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga masing-masing, dan mereka juga saling mengasihi.
Berita kehamilan Camilla sudah tersebar luas, banyak sekali orang yang tak senang dengan kabar itu, dan mereka kemudian berdoa dengan sungguh-sungguh untuk memberkati Camilla.
Camilla dan Danieru masih tinggal di mansion lama mereka, keduanya tak ingin meninggalkan tempat itu dan pindah ke mansion keluarga. Mereka lebih suka menikmati waktu berdua di tempat yang sepi dan jauh dari orang-orang.
Pagi itu cukup cerah, dan waktu yang sangat pas untuk menghabiskan waktu dengan membaca buku sambil menikmati kopi. Danieru juga melakukan hal yang sama, ia terlihat begitu santai dengan kegiatannya, bahkan ponselnya sudah beberapa kali berdering, dan Camilla juga beberapa kali mondar-mandir untuk mencari sesuatu yang entah apa.
“Doggie ... di mana kau menyimpan cokelat yang semalam ku beli?” tanya Camilla dengan suara yang cukup lantang.
Danieru yang sedang duduk di ruang tengah lantai atas menatap ke arah Camilla.
“Apa kau menghabiskannya?” tanya Camilla lagi. Kali ini matanya menyorot tajam ia menatap lekat-lekat suaminya.
Danieru yang mendengar pertanyaan itu hanya mengangguk. Ia semalam begitu lapar dan tak ingin pergi ke dapur.
Camilla yang melihat suaminya dengan polos mengangguk menatap tak percaya. Apa pria itu tahu jika ia sedang sangat menginginkan cokelat itu sekarang ini? Ingin sekali rasanya Camilla berteriak, mengata-ngatai suaminya, atau bahkan menendang b****g pria itu.
“Ada apa? Kelihatannya kau sedang sangat kesal.” Danieru lagi-lagi bertanya. Dengan nada yang sangat polos, dan juga wajah yang benar-benar tak berdosa.
Camilla menggigit bibirnya, ia kemudian membalas, “Aku ingin sekali menendang bokongmu.”
Danieru yang masih bingung dengan istrinya menggaruk kepala. Sebenarnya ada apa? Kenapa Camilla terlihat marah saat cokelat itu ia makan? Apa yang salah?
“Kau menyebalkan!” Camilla merengut.
“Kitty, ada apa ini? Kenapa kau tak bicara saja? Aku benar-benar tak mengerti denganmu.”
“Pria menyebalkan! Kau hanya bisa membuatku berbadan dua, dan setelah itu kau bahkan tak mengerti dengan keadaanku. Lihat ... Ayahmu sangat menyebalkan!” Camilla segera meninggalkan Danieru, ia masuk ke dalam kamar.
Brak ...
Danieru mengelus dadanya. Camilla benar-benar aneh sejak hamil, dan ia tak mengerti dengan hal itu. Pria itu menatap ke arah pintu kamar, masih menerka-nerka apa yang membuat istri cantiknya itu kesal.
“Danieru ... kau menyebalkan! Dasar pria jelek, dasar pria jahat, aku benci padamu!”
Danieru semakin bingung dengan keadaan Camilla. Ada apa sebenarnya? Kenapa wanita itu banyak berubah dan tidak berterus-terang saja? Huh ... ini lumayan menyebalkan, dan Danieru merasa kepalanya sedikit pusing.
“Aku mau bercerai! Kau menyebalkan, dasar suami tak pengertian!” Suara Camilla lagi-lagi terdengar sama dari dalam sana.
Danieru masih berusaha untuk sabar, ia kemudian menutup buku di tangannya, segera berdiri, dan kemudian menuju ke arah pintu kamar.
Tok ...
Tok ...
Tok ...
“Sayang, ada apa ini? Buka pintunya, ayo kita bicara.”
“Tidak mau. Kau suami yang jahat, kau tak akan mengerti perasaanku. Aku mau bercerai, aku ingin pulang!”
Danieru yang mendengar ucapan istrinya hanya bisa mengembuskan napasnya pelan, ia masih berusaha untuk tetap sabar.
“Kitty ... ayo kita pergi, aku akan membelikan banyak cokelat untukmu.”
Hening ... dan Danieru tak tahu apa lagi yang Camilla lakukan di dalam sana. Ia kembali menarik dan mengembuskan napasnya pelan, kemudian Danieru kembali ke tempat duduknya dan membaca buku. Pria itu menatap ke arah ponsel. Ada panggilan dari Rachel, dan ia juga segera meraih ponsel itu guna menjawab telepon yang masuk.
“Ya, ada apa, Rachel?” tanya Danieru sambil bersandar. Ia melirik ke arah pintu, sepertinya Camilla juga sedang melakukan beberapa hal. Hah ... sebaiknya ia membiarkan Camilla tenang lebih dulu, dan semuanya akan baik-baik saja.
“Danieru, kau sudah siap bekerja di kantor pusat? Semua urusan yang di tinggalkan Hatsu dan Ayah sudah kuurus dengan baik. Kau hanya perlu datang dan kita akan mengadakan acara untuk pemimpin yang baru.”
Danieru yang mendengar hal itu hanya diam, ia memijat keningnya. “Entahlah, keadaan Camilla tidak terlalu baik. Dia juga tak bisa jauh dariku sejak hamil.”
Terdengar suara embusan napas di seberang sana, dan Danieru tahu jika Rachel kecewa dengan jawabannya. Ia merasa tak enak hati akan hal itu.
“Kau ingin mengabaikan tanggung jawabmu? Aku yakin Camilla bisa mengerti dengan semuanya.”
Danieru tak tahu harus melakukan apa, ia sudah tahu jika kesibukan akan segera menghampirinya dan bisa saja membuatnya tak bisa membagi waktu bersama istrinya yang sedang hamil. Pria itu kembali mengembuskan napas, beberapa detik memikirkan jawaban apa yang bisa membuat Rachel puas.
“Kenapa kau hanya diam? Kau mulai dikendalikan oleh perasaanmu sendiri. Kau seharusnya berpikir tentang masalah perusahaan. Jika kau terus seperti ini, maka perusahaan bisa saja bangkrut, dan kau akan membuat Kakek kecewa padamu. Gunakan logika!”
“Rachel, dengarkan aku. Beri aku waktu untuk merencanakan semuanya dengan baik. Camilla sedang mengandung, dan kau juga sama. Beristirahatlah, aku akan memikirkan hal ini dengan baik. Jangan terlalu lelah, kau harus memikirkan bayimu juga.” Danieru segera mematikan sambungan telepon, ia meletakkan ponselnya di atas meja dan mencoba untuk berpikir.
Apa yang harus ia lakukan sekarang? Membujuk istrinya yang merajuk saja ia tak bisa, dan malah Rachel ingin ia cepat-cepat mengurus masalah perusahaan. Masih beruntung ia harus mengurusi perusahaan Malaike, bagaimana jika sampai perusahaan keluarga Alistair juga ia urusi.
“DOGGIE ....” suara Camilla terdengar begitu nyaring.
Danieru yang sedang melamun lekas menutup kedua bagian telinganya, ia menatap Camilla yang sudah terlihat bersiap-siap untuk pergi.
“Gendang telingaku nyaris pecah,” ujar pria itu. Telinganya berdengung, dan suara Camilla masih terdengar menggema di benaknya.
“Kau!” Camilla menunjuk tepat pada dahi Danieru. “Aku sudah bicara lembut sejak tadi, tetapi kau tetap saja diam dan tak memerhatikanku.”
Danieru menahan rasa kesal. Ia tak boleh memarahi Camilla, ia harus menjadi suami yang pengertian.
“Ayo kita pergi, aku ingin makan di luar.” Camilla tersenyum.
Danieru yang melihat tingkah istrinya hanya mengangguk, ia sepertinya juga sudah terbiasa dengan mood Camilla yang naik turun, walau kesal ia tetap mengerti dan tak ingin mengajukan protes tentang hal itu.
“Kau ingin makan di restoran mana?” tanya Danieru.
“Mei Jin Ramen,” balas Camilla.
Danieru yang mendengar jawaban istrinya tersenyum, ia kemudian mengecup kening Camilla. Setelah selesai Danieru menatap istrinya.
“Apa kau tak ingin mencari cokelat?” tanya Danieru.
Camilla terlihat berpikir, ia kemudian menggeleng. “Cepatlah, aku ingin segera menikmatinya.”
Danieru segera meraih ponsel dan kunci mobilnya, ia meraih tangan Camilla, dan melangkah pelan.
Camilla tetap diam di tempat, lalu Danieru menatap ke arah istrinya itu.
“Kitty, ada apa?” tanya Danieru.
“Gendong.”
Danieru segera menggendong tubuh Camilla, dan Camilla juga menyandarkan kepalanya di d**a pria itu.
“Kau tak merasa mual?” tanya Danieru.
“Tidak, aku lebih banyak kesal padamu.”
“Baiklah ... aku mengerti,” balas Danieru,. Ia segera melangkah, menuruni anak tangga, dan tak berapa lama tiba di lantai dasar.
“Doggie, aku tak sabar ingin melihat anak kita.”
Danieru segera melumat bibir istrinya. “Ya, aku juga sama sepertimu.”
Danieru segera melangkah ke arah pintu, seorang pelayan membukakan pintu untuknya dan juga Camilla.
“Doggie, apa kau tak akan menduakanku? Perutku akan membuncit dalam beberapa bulan ke depan, aku juga pasti akan terlihat gemuk karena selalu makan dengan porsi yang besar.”
Danieru berhenti melangkah. “Sayang, jangan berpikir yang tidak-tidak. Aku akan tetap mencintaimu.”
“Benarkah?” tanya Camilla.
“Ya, aku bersungguh-sungguh.”
Camilla yang mendengar jawaban Danieru merasa begitu senang. Ia tahu suami pilihannya adalah yang terbaik. Meski Danieru tidak setampan Zinan, tetapi pria itu tetap orang yang begitu tampan di matanya.
“Kenapa kau tersenyum?” tanya Danieru.
“Karena aku bahagia bersamamu.”
Danieru yang mendengar jawaban itu begitu senang, ia kemudian melangkah ke arah mobil, dan lagi-lagi seorang sopir membukakan pintu untuknya.
Danieru segera memasukkan Camilla ke dalam mobil, ia kemudian menatap sopir yang tadi membantunya. “Terima kasih.”
Sopir itu membungkuk, dan Danieru segera menuju ke sebelah kemudi. Ia masuk ke dalam mobil, menutup pintu, lalu menatap Camilla.
“Kau tak ingin memasangkan sabuk pengaman untukku?” tanya Camilla.
Danieru segera melakukan tugasnya, setelah selesai ia mengecup kening Camilla. “Aku mencintaimu.”
“Aku juga mencintaimu,” balas Camilla.
Mereka kemudian meninggalkan mansion, menuju ke 1574 2nd Ave, New York City, NY 10028-2617, lokasi restoran yang Camilla inginkan.