Felisia mengerutkan kening ketika melihat aksi Jonathan yang sedang bersimpuh padanya. Dia diam, sedang menikmati segala eskpresi dari sang anak. Tak dapat dipungkiri, bahwa Jonathan sudah sebesar ini, sebentar lagi dia akan menikah, memiliki anak tentunya. Wanita itu ingin Jonathan bahagia bersama dengan gadis yang sangat di cintai. Meskipun dia anak adopsi, tapi kasih sayang itu di curahkan layaknya anak kandung. Terlihat jelas sekali, sang anak tampak gugup, gelisah bersamaan. “Ibu,” panggilnya dengan penuh kelegaan. Lega karena bicara mulai lancar. Sumpah, Jonathan merasa sedang di sidang karena sebuah pengakuan. “Berjanjilah jangan marah padaku, berjanjilah kau mau menerimanya.” Semakin Jonathan berbicara, Felisa pusing dibuatnya karena dia terlalu berbelit-belit. “Em..., oke. A