Jelous Bilang Bos.

1048 Kata
"Dokter itu benar benar tidak bisa dibiarkan!" Saka mengepal eratkan tangannya. Ia mendengar dari orang suruhannya bahwa Sekar, saat ini tengah bersama Adrian. Saka tentu saja tidak senang dengan keadaan ini. "Baiklah, sepertinya Sekar sangat senang menantangku." Saka beranjak dari kursi kebesarannya, mengambil kunci mobil yang tersimpan di atas mejanya. Lantas keluar dari ruangannya itu, mengabaikan seorang skretaris yang hendak mengatakan sesuatu padanya. "Pak, kita aka--" "nanti saja!" Saka mengangkat sebelah tangannya. "Tapi meeting ini sangat penting Pak." sanggah sekretaris itu. "Baiklah, hari ini kita akan jadi meeting. Tapi tidak untuk jam sekarang. Mungkin bisa malam sambil makan malam kan?" tanya Saka lagi, dengan tatapan yang seakan tidak ingin dibantah. Membuat sang sekretaris tidak lagi bisa mengatakan 'tapi'. Merasa kalau tidak ada lagi yang mau dibicarakan oleh skretarisnya itu. Saka pun pergi keluar dengan langkah ringan dan lebarnya. Sampai pada tempat yang di tuju, ia mendapati Adrian tengah berbicara dengan tukang, juga dengan Sekarnya. Ah, perempuan itu. Kenapa baru sekarang Saka melihatnya semakin anggun. Atau memang Saka baru merasakan perasaan hangat, setelah perempuan itu bukan lagi miliknya. Kenapa perasaannya sejahat itu, kenapa tidak dari dahulu Saka memiliki perasaan itu. "Anda?" tanya Adrian, dengan sebuah kerutan di dahi. Dan pertanyaan itu pun membuat Sekar ikut menatap pada seseorang yang baru saja bergabung dengannya. Yang tidak lain adalah Saka. Saka yang mulai menjadi pusat perhatian itu, hanya tersenyum santai penuh percaya diri. Oh, ayolah. Saka ini lelaki tampan juga pewaris Global! Kenapa ia harus tidak percaya diri. Perempuan mana yang tidak takluk padanya. Perusahaan mana, yang tidak akan mau bekerja sama dengannya. "Sepertinya saya yang harus bertanya pada anda." sahut Saka. Ia menatap Adrian dengan lekat dan penuh tantangan. "Bukankah seorang Dokter harus ada di rumah sakit? lalu anda malah berada di sini hanya untuk pekerjaan anda ini?" pertanyaan Saka, membuat Adrian senyum kecil. "Wah, anda perhatian sekali pada karir saya, ternyata." sindir Adrian. Saka melirik sekar, yang sedang sibuk dengan tukang itu. Tanpa memedulikan dirinya dan Adrian. Ah, apakah perempuan itu merasa kalau wajah tukang itu lebih tampan ketimbang dirinya? "Tentu saja, ayah saya sangat mengandalkan anda. Kalau terjadi sesuatu pada karir anda. Ayah saya, akan malas mencari Dokter yang lain." "Wah, saya sangat tersanjung. Mari pak kita bisa ngobrol di tempat lain saja. Jangan sampai pembicaraan kita, malah mengganggu konsentrasi Bu Sekar dan pekerja saya. Anda tahukan, saya sangat memimpikan rumah sakit ini." "Oh, tentu. Mari kita bicara di tempat yang lebih layak lagi." Saka mengikuti Adrian yang berjalan ke tempat yang agak jauh dari sana, namun melewati Sekar. Sehingga dengan mudah, Saka menyentuh tangan perempuan jelita, mantan istrinya itu. Sehingga Sekar menatap padanya dengan kaget. Kedua mata cantik itu terlihat melebar, seolah akan menghunus nya. Namun Saka hanya tersenyum sembari megedipkan sebelah mata. Aih, entah sejak kapan Saka menjadi lelaki segenit ini. Mungkin karena ia menjadi dudanya Sekar. Mendadak Saka tersenyum sendiri, dan menggeleng gelengkan kepalanya seperti orang linglung. Membuat Adrian yang berjalan lebih dulu darinya, melirik aneh, karena merasakan gerakan aneh dari lelaki dibelakangnya itu. "Wah, anda sepertinya mulai menjadi orang yang lebih religius, ya Pak!" tanya Adrian, membuat Saka menautkan kedua alisnya tidak mengerti. "Memangnya kenapa Pak? apa saya aneh?" tanya Saka balik. Adrian dan Saka berhenti di sebuah kursi yang memang sengaja di tempatkan di sana, untuk para tukang beristirahat. Adrian duduk dan menyandarkan punggungnya di kursi itu. "Saya melihat anda terus berzikir, sepanjang jalan barusan!" *** "Saya tidak salah dengar Pak?" tanya Adrian. karena baru saja ia mendengarkan sebuah ajakan kerja sama dari Saka. "Yah, apa saya pernah berbohong?" tanya Saka. Adrian tersenyum tipis. Tatapannya tertuju pada seorang perempuan yang saat ini terlihat khusu bersama seorang kepala tukang. "Saya sama sekali tidak meragukan anda. Hanya saja, saya perlu bertanya. Apakah tujuan anda bekerja sama dengan saya itu. Pure karena anda tertarik dengan rumah sakit yang akan saya bangun. Atau ...," Adrian menggnatung kalimatnya, dengan melirik Saka curiga. "Anda ingin mendekati mantan anda?" tebakan jelas yang diungkapkan Adrian, cukup membuat Saka terkekeh. Lebih tepatnya terkekeh demi bisa menutupi kegugupannya. "Saya ini orangnya jujur, Pak. Tapi kalau menurut anda saya ini seperti yang anda pikirkan. Saya juga tidak akan menolak. Ya..., anda tahulah, kalau kami berdua ini pernah hidup bersama, dan menciptakan seorang anak yang cantik seperti sharla!" Adrian kembali tersenyum kecil. Ia tentu saja tahu apa yang dimaksud Saka. Lelaki itu ingin memperlihatkan padanya, bahwa ia lebih berarti di sisi Sekar. ketimbang dirinya orang baru, dan tidak memiliki hubungan darah dengan Sharla. "Oh, begitu." Adrian mananggapinya dengan sangat santai. "Dan saya pun sepertinya pernah mendengar, bagaimana kisah manis anda bersama Bu Sekar. Kalian sangat manis, memang." tambah Adrian. Semakin membuat senyumnya Saka melebar penuh percaya diri. "Ya, tentu saja. Karena pernikahan kami yang megah, kan? Ah, sayang sekali. Saat ini Pak Dokter sedang di luar negri!" ungkap Saka bangga. Adrian menganggukan kepalanya terlihat mengakui apa yang dikatakan Saka. "Namun sangat disayangkan, karena pernikahan itu malah berakhir dengan tidak layak, menurut saya." tambah Adrian lagi. Yang tentu saja, menghadirkan tatapan tidak senang dari saka. "Ya ..., karena setiap hubungan memang tidak mudah, Pak. Ah, saya lupa, kalau anda memang belum pernah merasakan bagaimana indahnya sebuah pernikahankan?" Sepertinya Saka memang sedang mengejeknya. Adrian sekali lagi hanya menanggapinya dengan santai saja. Lelaki itu terlihat menaikan kedua alisnya beberapa saat. Lalu, "Jika memang pernikahan anda itu indah. Lalu kenapa anda mentalak istri anda, setelah malam pertama. saya rasa, anda terlalu jahat padanya!" Adrian berdiri, dan meninggalkan Saka yang mengepal eratkan kedua tangannya. Sore ini, Sekar akan pulang. Ia menunggu taksi, kala sebuah mobil berhenti di depannya. Sekar tahu siapa pemilik mobil mewah itu. Dan karenanya, ia cuek saja melihat ponselnya. "Ayo masuk! Aku sekalian mau bertemu Sharla!" ucap Saka dari dalam mobilnya. "Duluan aja! aku udah pesan taksi!" jawab Sekar, dengan tangannya yang mulai sibuk pada benda pipih ditangannya. "Ayolah! nanti kita akan kemalaman. Bagaimana kalau sharla sudah tidur. Saya bisa tidak bertemu dengannya." Saka terdengar merengek. "Kalau gitu, anda duluan saja!" kesal sekar. Namun karena seorang Saka ini tidak bisa menerima sebuah penolakan dari siapapun. Maka yang dilakukan laki laki itu, adalah dengan keluar dari mobilnya, lalu mendekat ke arah Sekar. Meraih tangannya, merebut ponsel ditangan perempuan itu, dia membatalkan pesanan taksinya. "Apa yang kamu lakuin sih?" kesal Sekar. Saka meraih tangan perempuan itu, lalu meletakan ponselnya di telapak tangannya Sekar. "Aku pastikan, kamu akan naik mobilku!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN