BAB 4. Mendadak Jadi Istri Palsu

1040 Kata
Semua mata sontak menoleh pada Zara. Wanita itu masih berdiri mematung di tempatnya dengan kedua alis terangkat. Karena semua hanya memandangnya tanpa mengatakan apapun, maka dia berdeham sekali. “Hah?! Maksudnya aku?” Mau tak mau Zara ikut mendengar semua pembicaraan di ruangan itu. Jadi tidak mungkin kalau dia tidak tahu apa maksud dari Glenn. Glenn yang pembawaannya terkesan tengil, tidak seperti Vince yang lebih tenang, tampak tersenyum miring pada Zara. “Well … kamu cukup cantik. Dan lagipula kamu kan masih baru bekerja di sini, jadi belum banyak yang mengenalmu. Apalagi nanti kamu dirias ala pengantin wanita Indonesia, maka wajahmu semakin tidak dikenali orang. Atau yang biasa disebut … pangling.” Vincent geleng-geleng kepala mendengar ide gila kakak laki-lakinya itu. Dia melangkah dengan pasti lalu berdiri di antara Zara dan Glenn. “Ayo Zara, waktunya kembali bekerja padaku! Karena kau memang sekertarisku. Tugasmu bukan sebagai pengantin pengganti untuk Glenn!” Glenn segera mengangkat kedua tangannya seraya terkekeh mengejek pada sang adik. “Wow! Santai, bro! Zara memang bekerja untukmu, tapi kan dia bisa lembur di malam hari untukku. Umm maksudku … tentu ada bayaran yang tinggi untuk berpura-pura menjadi istriku. Sekali lagi, ini hanya berpura-pura. Hanya sampai Jessica ditemukan atau sampai publik sudah punya berita baru yang lebih menarik. Mudah, kan.” Lalu Glenn mengedipkan sebelah matanya pada Zara. “Lagipula para kolega kelas atas itu mana mungkin mengenal wajah Jessica, yang mereka tahu hanyalah putra sulung keluarga Albern akan menikah dengan putri tunggal keluarga Francis. Zara, satu juta satu hari untuk honormu, itu di luar biaya extra jika aku membutuhkanmu untuk menemani tugas luar. Bagaimana? Tugasmu mudah sekali Zara, hanya pulang ke mansionku setiap hari tanpa melakukan apapun, kamarmu akan jauh dari kamarku.” “Tidak, Glenn ka—” “Oke.” Suara Zara yang begitu lembut dan hanya satu kata, langsung membius semua orang di ruangan itu. Semua mata memandang ke arahnya. Bahkan dengan satu kata itu saja mampu memotong kalimat penolakan Vince, bosnya sendiri. Kemudian Zara menatap pada Vince seraya tersenyum tipis. “Maafkan aku, Pak Vince. Tapi mengambil pekerjaan tambahan di luar pekerjaan utamaku adalah hak-ku sendiri, bukan? Lagipula aku memang sedang sangat butuh uang.” Hendy Albern tersenyum puas dengan keputusan Zara, wanita muda sang penyelamat bisnis keluarga. Semua orang tidak ada waktu untuk berdebat lagi, karena MC sudah menyerah jika disuruh mengulur waktu lagi, bahkan sudah ada tamu undangan yang pulang dengan terburu-buru. Jadi, pernikahanpun berlangsung. Zara memakai veil pengantin berwarna putih yang senada dengan gaun mewahnya. Agak kebesaran sedikit memang, karena itu seharusnya gaun yang dipakai Jessica. Pernikahan berjalan dengan lancar, semua orang tampak bahagia. Meskipun Glenn hanya sedang berpura-pura bahagia. Dan Vince lah satu-satunya orang yang tidak bahagia karena pernikahan itu. Dia tidak suka sekertarisnya duduk bersanding dengan sang kakak, meskipun itu hanyalah pernikahan palsu. Hanya berselang satu hari dari hari pernikahan itu, Zara telah masuk kerja seperti biasa. Dia membuktikan pada Vince, bahwa menjadi istri bohongan dari Glenn tidak akan mengganggu rutinitas pekerjaannya. Vince memaksa mengantarkan Zara ke mansion mewah milik kakaknya, sepulang kantor. Meskipun Zara sudah menolak. Alasan Vince adalah karena ini hari pertama Zara pulang kesana, dia hanya takut sekertarisnya itu malah akan nyasar. Hari sudah larut malam. “Pak Vince, mau mampir dulu? Eh maksudku … yaa ini kan rumah kakaknya Pak Vince.” Zara segera meralat. Dia tidak mau bersikap seolah dialah sang nyonya rumah. Vince menggeleng. “Aku mau langsung pulang saja, mau istirahat. Kamu pun langsung istirahat, Zara! Kamu tenang saja, Glenn punya banyak pelayan di sini, asalkan kamu jangan berduaan dengan dia dalam satu ruangan, supaya tidak diterkamnya,” ucap Vince dengan sangat serius. Zara justru terkekeh. “Memangnya dia harimau?” “Bukan. Tapi dia buaya darat,” jawab Vince dengan serius. Lalu dia pergi dengan melambaikan tangan dan setelah menyuruh Zara untuk berhati-hati. Pintu utama mansion langsung terbuka begitu Zara akan melewatinya, tanpa ada yang membukakanya. Karena pintu iu otomatis, hanya akan terbuka langsung bagi orang-orang yang sudah terdaftar. Seorang pelayan ternyata sudah menunggu Zara datang. Dia mengantarkan hingga Zara menaiki anak tangga untuk ke lantai dua. Pikir Zara, anak tangganya saja terbuat dari marmer yang mengkilap dan sudah pasti sangat mahal. Apalagi furniture lainnya. Dia melangkah dengan sorot mata yang tak lepas mengagumi kemewahan mansion milik Glenn itu. Pelayan sudah tidak mengikutinya lagi. Sebab katanya, semua pelayan hanya boleh naik ke lantai dua jika ada perintah dari sang tuan rumah. Makanya tadi pelayan sudah menjelaskan lebih dulu yang mana kamar untuk ditempati Zara. Memang benar jarak antara kamar Vince dengan Zara cukup jauh, hanya saja sama-sama di lantai dua. Dan untuk menuju ke kamar Zara harus melewati kamar Vince yang paling besar di sana. Dia sedang melangkah melewati pintu kamar Glenn ketika terdengar desahan-desahan aneh di telinga. Kening Zara mengernyit, dia ragu suara apakah itu. Setiap kali langkahnya semakin mendekati pintu kamar yang ternyata masih ada celah sedikit alias tidak tertutup rapat, maka suara desahan itu akan semakin jelas terdengar. Zara menahan napas sambil terus mendekati pintu, entah kenapa dia sangat penasaran, padahal bisa saja dia tidak peduli dan langsung menuju kamarnya di ujung lantai dua ini. Kedua bola mata Zara membulat sempurna ketika dia berhasil mengintip lewat celah pintu. Vince yang nyaris telanjang dan seorang wanita seksi yang sudah benar-benar telanjang sedang sama-sama berdiri di sana. Glenn menekan wanita itu ke tembok sehingga Zara hanya bisa melihat punggung Vince yang menggeliat dan juga raut wajah wanita berpeluh itu yang sulit diartikan. Antara sakit atau keenakan, Zara tidak mengerti. Sebelah tangan Zara mnecengkeram ujung bajunya sendiri ketika melihat pinggul Glenn terus bergerak menggesekkan tubuh bagian depannya pada wanita itu. Lalu ketika terlihat Glenn mulai mencium bibir wanita itu dengan rakus, Zara menelan salivanya tanpa sadar. Kedua bola matanya masih melotot. Sebenarnya dia cukup merasa indera penglihatannya sedang ternodai oleh pemandangan adegan dewasa tapi … Zara tidak bisa berhenti. Lalu detik kemudian tangan kanan Glenn tiba-tiba meremas p******a wanita itu dengan gerakan perlahan tapi berirama, Zara tidak dapat menahan lagi rasa terkejutnya. “Ahh!” Dengan cepat Zara menutup mulutnya sendiri. Dan kedua mata indahnya semakin melotot ketika melihat Glenn sedikit memutar kepalanya lalu melirik ke belakang. Ada segaris senyuman di bibir Glenn ketika pandangan mereka bertemu. “Ohh tidak!” desis Zara cemas lalu langsung pergi menuju kamarnya sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN