Hari ulang tahun adalah sebuah moment dimana pada hari itu dalam setahun sekali kamu akan merasakan banyak orang-orang akan mendoakan kamu dan memperhatikan kamu seharian penuh. Anggita pun sangat antusias menyambut hari ulang tahunnya.
Pada tahun - tahun sebelumnya, ulang tahun Anggita memang tidak dirayakan secara besar-besaran. Tidak ada pesta meriah ataupun perayaan mewah. Devano dan Diandra selalu mengajarkan kesederhanaan pada Angkasa dan Anggita. Setiap tahun keluarga Djaya akan merayakan ulang tahun dengan makan malam bersama dan mengundang keluarga Nugraha karena kedekatan hubungan keluarga mereka.
Hari ini pagi-pagi Kedua orang tua Anggita sudah masuk kedalam kamar Anggita bersama dengan Angkasa dan adik kecilnya Anika dengan membawa seloyang kue buatan Diandra.
"Selamat ulang tahun Princess!!" Teriak Devano, Diandra, Angkasa dan Anika.
Anggita yang masih tertidur lelap tiba-tiba terbangun mendengar suara kencang keluarganya. Anggita membuka matanya dan terduduk dikasur dan tersenyum mendapati keluarganya kini berada dikamarnya dengan sebuah kue ulang tahun.
"Selamat ulang tahun Putri Mama," ucap Diandra sambil memeluk putri sulungnya dengan erat putri sulungnya itu.
"Terima kasih semua," ucap Anggita sambil tersenyum menatap satu per satu anggota keluarganya.
"Tiup lilinnya dulu dong Kak," ucap Anika dengan nada bersemangat.
Anggita mengangguk.
"Jangan lupa berdoa dulu," timpal Angkasa.
Anggita pun memejamkan matanya dan berdoa Semoga tahun depan aku bisa jadi lebih dewasa, apa yang aku cita-citakan bisa terwujud dan Mas Dhika bisa kembali seperti dulu, Aku rindu Mas Dhika.
Anggita pun membuka matanya dan tersenyum lalu meniup lilin diatas kue ulang tahun yang dibawa Diandra. Diatas kue itu terdapat tulisan 'Selamat Ulang Tahun Anggita' dan lilin angka satu dan tiga.
Devano, Diandra, Angkasa dan Anika tersenyum dan memeluk Anggita. Anggita merasa beruntung dilahirkan ditengah-tengah keluarga yang begitu menyayanginya. Anggita yakin hari ini akan berjalan dengan baik karena setiap ulang tahunnya adalah hari yang paling menyenangkan bagi Anggita dan Anggita selalu menunggu-nunggu hari ulang tahunnya.
"Ya udah, Kakak siap-siap dulu sana. Nanti telat berangkat sekolah," ucap Diandra.
Anggita menangguk dan memeluk kembali Diandra.
"Terima kasih Ma, Terima kasih semua. Tata sayang kalian," ucap Anggita kemudian tersenyum lebar.
Satu per satu keluarga Anggita pun meninggalkan kamar Anggita, mereka bersiap melakukan aktivitas mereka masing-masing. Anggita sendiri langsung pergi mandi dan menggunakan seragam putih abu-abu yang sudah dua tahun ia gunakan.
Anggita berlari menuju ruang makan dan cukup kaget ketika Radhika tidak berada disana. Tahun-tahun sebelumnya Radhika selalu datang pagi-pagi ke rumahnya untuk mengucapkan selamat ulang tahun kemudian mereka akan sarapan bersama. Tapi tahun ini Anggita cukup kaget karena Radhika tidak lagi ada disana.
Angkasa bukannya tidak menyadari perubahan sikap Anggita. Angkasa sendiri kaget karena tidak menemukan Radhika di rumahnya karena tahun-tahun sebelumnya Radhika pasti datang pagi-pagi untuk mengucapkan selamat ulang tahun pada adiknya itu. Angkasa pun memutuskan untuk menanyakannya pada Radhika nanti disekolah. Mungkin Radhika lupa.
Disisi lain ketidakhadiran Radhika sedikit banyak merubah mood Anggita. Anggita berusaha menutupinya dengan tetap tersenyum. Anggita selalu berhasil menutupi persaannya yang sebenarnya.
Selesai makan Anggita dan Angkasa berangkat dengan diantar Pak Maman. Selama perjalanan Anggita hanya terdiam dan menghela nafas. Anggita melihat ke rumah Radhika dan mendapati motor milik Radhika sudah tidak ada disana.
"Mungkin Dhika kelupaan," ucap Angkasa memecah keheningan.
Anggita tersenyum tipis, "Mungkin, Kak Asa hari ini jajanin Tata ya, kan Tata ulang tahun." ucap Anggita kemudian tersenyum lebar.
Angkasa mendengus. "Mana ada gitu sih Ta, yang ada yang ulang tahun traktir,"
Anggita tertawa. "Ya Mas Asa kan uang jajannya lebih banyak, Mas Asa lah yang traktir,"
Angkasa memutar bola matanya malas.
Angkasa dan Anggita pun sampai disekolah, mereka menuju kelas masing-masing dan memulai kegiatan sekolah mereka. Satu per satu jam mata pelajaran berlalu hingga waktunya jam istirahat. Angkasa pun berniat menemui Radhika namun Angkasa menemukan Radhika sedang bersama Leticya. Angkasa mengurungkan niatnya. Angkasa akhirnya memilih pergi menuju tempat Anggita berada.
Angkasa akhirnya makan bersama Anggita di kantin belakang sekolah. Sesuai perkataan Anggita akhirnya Angkasalah yang meneraktir Anggita. Keduanya memakan siomay yang menjadi makanan favorite Anggita.
Anggita sedikit melupakan Radhika karena begitu banyak teman-teman sekolahnya yang memberikan ucapan selamat atas hari ulang tahunnya. Beberapa teman dekatnya juga memberikan kado membuat Anggita tersenyum lebar melupakan Radhika teman kecilnya.
Tanpa disadari jam sekolah pun usai. Anggita dan Angkasa pun pulang dengan menunggu jemputan mereka di lobby sekolah seperti biasa. Angkasa dan Anggita sedang berbincang ketika keduanya melihat Radhika lewat didepan mereka menaiki motor miliknya bersama dengan Leticya.
"Mas, Mas Dhika pacaran sama kakak itu?" tanya Anggita penasaran.
Angkasa sendiri bingung. "Mas Asa juga gak tau Ta, tapi Dhika inget kok ulang tahun kamu, Dhika udah ada kado buat kamu, nanti malem pas makan malem dia mau bawa,"
Anggita tersenyum lebar mendengar penuturan Angkasa. Anggita mengangguk dan tidak sabar menanti makan malam. Anggita ingin tau kado yang Radhika berikan tahun ini.
Angkasa dan Anggita pun pulang dengan dijemput Pak Maman. Keduanya pulang ke rumah mereka dan langsung menuju kamar mereka masing-masing untuk membersihkan diri kemudian beristirahat. Selesai beristirahat Anggita dan Angkasa pun mengerjakan tugas sekolah mereka dan selesai itu keduanya menuju ruang keluarga untuk menonton tv disana.
"Kado Kakak banyak banget tadi Nika liat," ucap Anika yang kini berusia sepuluh tahun.
Anggita mengangguk dengan cepat. "Tadi ada yang kadoin kakak boneka lucu, nanti kita main bareng ya," ucap Anggita dengan nada bersemangat.
"Anika mau liaatt!" ucap Anika dengan nada bersemangat.
"Nanti kita liat habis Kakak makan buah strawberry ya," ucap Anggita sambil mengangkat Strawberry yang berada ditangannya.
Anika mengangguk dengan semangat.
Angkasa yang sedang duduk sambil memainkan game di HP nya pun tersenyum mendengar percakapan Anggita dan Anika. Kedua adiknya itu memang sangat menyukai boneka.
Saat sedang asik diruang keluarga tiba-tiba Diandra datang dengan Belinda disampingnya tersenyum sambil membawa seloyang kue ditangan Belinda.
"Selamat ulang tahun Tata anaknya Ibu," ucap Belinda sambil menyodorkan kue yang berada ditangannya.
Anggita kaget dan tersenyum begitu lebarnya. Satu lagi kejutan yang ia dapatkan.
"Ayo ditiup lilinnya Ta, tapi jangan lupa berdoa dulu," ucap Belinda.
Anggita memejamkan matanya sesaat dan meniup lilin angka tiga belas yang menyala itu.
"Terima kasih Ibu," ucap Anggita setelah meniup lilin kue ulang tahunnya.
Belinda tersenyum. "Sama-sama Ta, Ayah lagi keluar kota jadi Ibu aja yang bawa kuenya, Ibu uda gak sabar nunggu nanti malam jadi Ibu kesini deh,"
Anggita memeluk Belinda yang sudah Anggita anggap seperti Mama nya sendiri. "Terima kasih Bu,"
"Sampe ketemu nanti malam ya Ta, Ibu nanti kesini sama Dhika ya," ucap Belinda lagi.
Anggita mengangguk semangat.
Waktu pun berjalan dengan cepat, tanpa terasa jam makan malam pun sudah hampir tiba. Anggita bersemangat menantikan kado yang Radhika bawa nanti karena Angkasa bilang Radhika sudah memiliki kado untuknya.
Semua sudah duduk dimeja makan termasuk Belinda namun Radhika masih belum bisa dihubungi. Anggita tersenyum kecut. Radhika tidak datang pada acara makan malam perayaan ulang tahunnya. Makan malam pun tetap berlangsung, Anggita tetap berusaha menunjukan perasaan bahagianya dan mengesampingkan rasa penasaran dan kecewanya.
Selesai makan Belinda mendekati Anggita. "Maaf ya Ta, Dhika udah Ibu hubungi tapi belum bisa, Mungkin Dhika ada urusan mendesak. Ibu juga khawatir,"
Anggita tersenyum tipis. "Gak apa-apa Bu, Tata ngerti,"
Belinda pun pulang ke rumahnya untuk kembali mencoba menghubungi Radhika sementara Anggita kembali ke kamarnya dengan hati kecewa.
Tahun ini Anggita begitu sedih dan sejujurnya Anggita begitu merasa kehilangan Radhika. Seminggu sebelum ulang tahun Anggita, Anggita tidak bertemu dengan Radhika. Begitu sulit menemukan Radhika dirumahnya, bahkan disekolah Anggita tidak bisa berbicara dengan Radhika karena Radhika selalu bersama Leticya.
Pintu kamar Anggita diketuk dan Angkasa membuka pintu kamar Anggita.
"Ta, Mas Asa boleh masuk?"
Anggita mengangguk dan Angkasa pun masuk kedalam dan menutup kembali pintu kamar Anggita.
"Ta, Mas Asa mau ngomong," ucap Angkasa dengan anda berhati-hati.
Anggita menatap Angkasa bingung. "Ngomong apa Mas?"
Angkasa menghela nafas sesaat. "Ta, usia kamu kan sudah tiga belas tahun, Mas yakin kamu cukup mengerti dengan apa yang Mas akan bilang sama kamu. Kamu sama Dhika sekarang bukan lagi dua anak kecil yang selalu bermain hal yang sama, mungkin kamu harus mulai jaga jarak sama Dhika, kita sudah dewasa bukan lagi anak kecil. Radhika mungkin sudah punya dunia lain.
Anggita terdiam mencerna ucapan Angkasa.
"Tata ngerti maksudnya Mas Asa kan?" ucap Angkasa lagi.
Anggita menghela nafas berat dan mengangguk. Angkasa pun menepuk-nepuk puncak kepala Anggita dan pergi keluar kamar Anggita meninggalkan Anggita sendiri untuk berfikir.
Anggita terdiam. Ucapan Angkasa memang benar. Seharusnya Anggita sadar kalau mereka kini bukan anak kecil yang selalu bermain bersama. Anggita tersenyum kecut. Memikirkan kalau Anggita harus mulai terbiasa jauh dari Radhika rasanya.. Hati Anggita tidak rela..