Bab 6

1310 Kata
Anggita bangun keesokan harinya dengan perasaan berat. Anggita harus mulai terbiasa jauh dari Radhika. Mungkin benar kini Radhika punya dunia lain. Anggita bersiap dan menuju ruang makan untuk sarapan. Anggita memandang wajahnya di cermin sebelum pergi menuju meja makan. "Semangat Ta," Anggita pun mengambil tas sekolahnya dan membawanya keluar dari kamarnya. Anggita membuka pintu kamarnya dan kaget ketika menemukan Radhika berada dirumahnya. Radhika berada di depan pintu kamarnya sambil tersenyum dan menyodorkan sebuah kotak. "Ta, selamat ulang tahun. Maaf Mas kemarin pulang kemaleman jadi nggak keburu makan malem bareng," Ucap Radhika dengan wajah menyesal. "Ini buat kamu," ucap Radhika sambil menyodorkan kotak hadiah darinya. Anggita mengambilnya sambil tersenyum tipis. "Makasih Mas, Nggak perlu repot-repot." jawab Anggita singkat. Anggita meletakannya di kamarnya dan kembali ke hadapan Radhika dan Radhika menyadari respon Anggita yang tidak seantusias biasanya. "Tata marah ya sama Mas Dhika?" tanya Radhika berhati-hati. Anggita tersenyum tipis dan menggeleng pelan. "Enggak Mas, Tata enggak marah. Tata uda sadar kalau kita udah bukan anak kecil. Tata gak bisa lagi selalu sama-sama Mas Dhika terus," Radhika sedikit terkejut mendengar ucapan Anggita. Ada rasa nyeri menyerang hatinya mendengar ucapan Anggita. "Mas Dhika nggak masalah kok kalo Tata-" "Tata ngerti Mas, kita udah dewasa. Mas Dhika nggak perlu sungkan. Mending kita sarapan takut telat." ucap Anggita. Radhika pun menyerah dan mengikuti Anggita menuju meja makan. Radhika makan dalam diam. Sesekali Radhika menjawab pertanyaan Angkasa. Anggita sendiri sesekali mengajak Radhika bicara namun Radhika merasa Anggita berubah sikap padanya dan Radhika tidak menyukai itu. Hingga waktunya Radhika, Anggita dan Angkasa pun berangkat ke sekolah. Anggita dulu suka mengikuti Radhika, namun kini Anggita pergi bersama dengan Angkasa. "Tata bareng Mas Dhika aja," ucap Radhika pada Anggita. Anggita tersenyum tipis, "Enggak Mas, Tata bareng Mas Asa aja," Radhika tersenyum kecut. Radhika tidak suka perubahan Anggita ini. Radhika memilih untuk meninggalkan motornya dirumah dan berangkat bersama Angkasa dan Anggita. "Loe gak bawa motor Dhik?" tanya Angkasa bingung. Radhika menggelengkan kepalanya. "Gue pergi bareng kalian aja," Anggita mengerutkan alisnya sesaat namun mengabaikan Radhika kembali. Anggita melihat HP nya dan membaca pesan masuk dari Gerald. Gerald : Git, kamu uda berangkat ke sekolah? Anggita : Udah Kak, Kakak udah berangkat? Gerald : Udah sampe malahan, nanti jam istirahat makan bareng ya? Anggita : Iya Radhika pun memperhatikan Anggita yang sibuk memandang HP nya sambil tersenyum. Radhika sungguh penasaran dengan apa yang membuat Anggita tersenyum. "Kenapa senyum-senyum sendiri Ta?" tanya Angkasa. Anggita mengalihkan pandangannya dan memandang Angkasa yang duduk dikursi depan. Anggita masih tersenyum. "Ini Gerald ajak jam istirahat makan bareng," Angkasa menghela nafas panjang. Angkasa tidak suka Anggita masih berhubungan dengan Mario. "Jangan terlalu dekat dengan Mario, Ta" ucap Angkasa memperingatkan. "Gerald baik kok sama aku Mas, Mas gak usah khawatir," ucap Anggita dengan nada malas. Tanpa mereka sadari mereka sudah sampai di sekolah, Anggita dengan cepat pergi menuju kelasnya meninggalkan Angkasa dan Radhika. "Kayaknya Tata marah deh sama gue Sa," ucap Radhika pada Angkasa. Angkasa mengerutkan alisnya, "Marah? keliatannya tadi biasa aja," Radhika hanya diam tidak menanggapi, mungkin Angkasa tidak menyadarinya. Radhika pun berjalan kekelasnya dalam diam. Radhika, Angkasa dan Anggita mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasanya hingga tiba waktunya jam istirahat Radhika dengan cepat menuju kelas Anggita namun ternyata Radhika terlambat. Anggita kini sudah tidak berada dikelasnya. Radhika pergi menuju kantin dan mendapati Anggita sedang makan siomay bersama dengan Gerald. Anggita tertawa bersama Mario dan Radhika tidak menyukai pemandangan itu. Dadanya terasa panas karena melihat pemandangan di hadapannya. "Kamu disini ternyata," ucap Leticya sambil menepuk bahu Radhika. Radhika kaget dan melihat Leticya, "Kamu cari aku?" "Iya, aku cari-cari kamu, ternyata kamu udah disini," ucap Leticya dengan nada sebal. Radhika menghela nafas, "Iya tadi aku laper," jawab Radhika asal. "Ya udah yuk cari duduk terus pesan," Radhika duduk sambil memperhatikan Anggita yang sibuk tertawa dengan Mario. Leticya mengikuti arah pandangan Radhika dan mengeram kesal. "Kenapa kamu liatin mereka terus?" tanya Leticya dengan nada tidak suka. Radhika mengeleng mengabaikan pertanyaan Leticya. "Kamu uda mutusin mau lanjutin kuliah ke universitas mana?" Tanya Leticya "Belum, kamu uda kepikiran?" "Aku kepengen coba UI atau Unbraw," Radhika mengerutkan alisnya, "Malang?" Leticya mengangguk. "Aku suka malang, kotanya sejuk," Radhika mengangguk dan saat matanya tidak sengaja tertuju pada meja makan dimana Anggita dan Mario tadi berada, Radhika kaget dan panik karena tidak menemukan keduanya disana. Radhika segera mengedarkan pandangannya ke sekeliling kantin dan membuat Leticya semakin kebingungan. Leticya mengikuti Radhika mencari tau apa yang sedang Radhika cari. "Kamu cari apa?" tanya Leticya bingung Radhika menggelengkan kepalanya, mood Radhika runtuh dalam sesaat hanya dengan melihat Anggita tersenyum dengan Mario. Ditempat lain Anggita kini sedang berjalan menuju kelasnya bersama Mario atau Anggita lebih akrab memanggilnya Gerald. Anggita nyaman bersama Gerald, walau Angkasa dan Radhika tidak menyukai Gerald tapi dimata Anggita Gerald tidak seperti yang mereka ucapkan. Angkasa memandang Anggita yang baru saja berpisah dengan Mario. Angkasa diam ditempat dan menunggu Mario mendekatinya. "Seinget gue, gue uda ingetin loe buat jauhin adek gue," ucap Angkasa dengan nada datar dan tatapan dingin memandang Mario yang kini berdiri dihadapan Angkasa dengan kedua tangan berada disaku celananya. Mario tersenyum sinis. "Gue tau loe kesel sama gue karena Prisca tapi Prisca nggak sebaik yang loe pikirin dan semua cerita yang loe tau nggak semuanya bener," Angkasa tetap memandang datar Mario. "Gue nggak peduli. Jauhin adek gue," ucap Angkasa masih dengan nada datar dan tatapan dingin. Mario berjalan melewati Angkasa dan menepuk bahu Angkasa. "Gak usah khawatir berlebihan, gue gak ada niat jahat sama adek loe, honestly gue suka sama adek loe tapi gue gak pernah berani deketin dia karena dia terlalu susah didekati," Angkasa menyingkirkan tangan Mario dari bahunya. "Jangan harap gue akan biarin loe deketin adek gue," Mario memutar bola matanya, Angkasa terlalu keras kepala. "Capek yah ngomong sama loe," ucap Mario kemudian pergi meninggalkan Angkasa. Jam pelajaran pun kembali berjalan hingga akhirnya jam pulang sekolah pun tiba, Angkasa tidak langsung pulang kerumah karena Angkasa harus pergi ke toko buku untuk mencari buku soal latihan untuk mengikuti ujian masuk universitas negri sementara Anggita hari ini ada pelajaran tambahan. Angkasa pergi ke toko buku diantar oleh supir yang datang menjemput Angkasa ke sekolah sementara Anggita masih berada disekolah. Setelah menunggu sekitar setengah jam lamanya barulah diumumkan bahwa pelajaran tambahan hari ini ditiadakan. Anggita pun bersama teman-temannya pulang dan saat hendak memesan ojek online Radhika muncul dihadapan Anggita. "Kamu kenapa belum pulang?" tanya Radhika disamping Anggita dan membuat Anggita yang sedang menatap HP nya. "Tadi harusnya ada pelajaran tambahan tapi nggak jadi, Mas Dhika belum pulang?" tanya balik Anggita pada Radhika. "Mas mu pergi ke toko buku sedangkan Mas Dhika mau langsung pulang, Mas nunggu dijemput, kamu pulang bareng Mas aja," ucap Radhika dengan nada perintah terselip didalamnya. Tiba-tiba sebuah motor muncul dihadapan Radhika dan Anggita. Si pengendara menggunakan helm full face dan ketika helm full face itu dibuka ternyata Mario lah si pengendara itu. "Kamu belum pulang Git?" tanya Mario yang baru membuka helmnya. Anggita menggelengkan kepalanya, "Pulang bareng aku yuk," ajak Mario sambil menyerahkan helm lain yang ia bawa. Radhika menarik tangan Anggita untuk menjauh dari Mario, "Anggita pulang bareng gue," Anggita melepaskan tangannya dari genggaman tangan Radhika, "Aku pulang bareng Kak Gerald aja Mas," Radhika menatap Anggita tidak percaya, "Ta," ucap Radhika dengan nada memperingatkan. Mobil jemputan Radhika pun sampai didepan lobby berbarengan dengan Mario yang menyodorkan helm pada Anggita. "Ta, Oma bilang-" ucapan Radhika terpotong. "Mas, Tata udah dewasa. Tata bisa jaga diri Tata sendiri, Mas gak perlu terbebani dengan ucapan Oma, Aku pulang bareng Kak Gerald, Bye," ucap Anggita pada Radhika, kemudian Anggita mendekati Mario dan mengambil helm yang Mario sodorkan untuk Anggita. Anggita naik ke atas motor Mario dan meninggalkan Radhika yang mematung ditempat. Radhika merasa Anggita membangun tembok yang tinggi diantara mereka. Radhika pun pulang dengan menaiki mobil yang menjemputnya. Sepanjang perjalanan Radhika merasa kesal pada dirinya sendiri karena kebodohannya melewatkan ulang tahun Anggita kini hubungannya dengan Anggita menjadi seperti ini. Radhika harus meminta maaf kembali pada Anggita.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN