Bab 10

1046 Kata
Anggita kini berada didalam kamarnya. Anggita menyendiri. Ulang tahun Anggita tahun ini sungguh meninggalkan bekas pada hati Anggita. Bukan bekas yang indah yang akan ia kenang dengan penuh senyum saat mengingatnya namun sebuah senyum kecut karena seseorang yang ia harapkan justru tidak datang dan jelas melupakannya setelah sekian tahun Radhika tidak pernah melewatkan ulang tahun Anggita. Kini satu hal lain muncul dengan perginya Radhika bersama keluarganya membuat Anggita semakin merasa tahun ini bukan tahun yang baik untuknya. Kini Anggita merebahkan tubuhnya dikasur sambil mendengarkan lagu Elvis Presley mengalun menggema di kamar Anggita. Anggita mendengarkan lagu itu sambil teringat dengan Radhika. Ya, Anggita merindukan Radhika. Radhika begitu menyukai lagu ini maka dari itu Anggita pun menyukai lagu ini. Anggita memang menyukai apapun yang Radhika sukai. Satu bulan sudah Radhika dan keluarganya pergi entah kemana. Kedua orang tua Anggita sudah mencoba menghubungi mereka namun nomer telepon mereka sudah tidak bisa dihubungi. Anggita merasa kehilangan Radhika. Anggita sungguh merindukan Radhika saat ini. Dulu saat Radhika masih berada disamping Anggita, Radhika sering memutar lagu ini berulang-ulang tanpa bosan. Terkadang Radhika bernyayi dengan kemampuan bernyanyinya yang pas-pasan. Anggita tersenyum teringat akan kenangannya bersama Radhika. Berada jauh dari Radhika membuat Anggita sadar, perasaannya pada Radhika sudah berubah. Beranjak dewasa sering bersama Radhika dan segala perlakuan Radhika membuat Anggita merasakan perasaan lain pada Radhika. Semakin dewasa Anggita semakin sadar perasaannya pada Radhika adalah perasaan seorang wanita pada seorang pria dan bukan lagi perasaan kagum pada seorang Kakak seperti yang Anggita rasakan pada Angkasa. Kini Anggita sungguh berharap dimana pun Radhika berada keadaannya kini baik-baik saja. Anggita kini tinggal di Bandung bersama Devano dan Diandra. Angkasa sudah mulai tinggal di rumah kos berlatih hidup mandiri. Anggita sejujurnya kini merasa kesepian karena Angkasa tidak berada dirumah dan kini pun Radhika bersama adik-adiknya tidak tau dimana keberadaannya. Anggita menghela nafas sejenak dan mulai memejamkan matanya. Anggita merindukan kehidupannya yang dulu. Rasanya Anggita ingin kembali menjadi anak kecil berusia lima tahun dimana Radhika dan Angkasa selalu ada disisinya. Anggita baru memejamkan matanya ketika HP nya bergetar dan nama Angkasa muncul disana. Anggita tersenyum dan mengangkat panggilan Angkasa. "Hallo Mas," ucap Anggita dengan nada riang. Angkasa disebrang sana mengerutkan dahinya suara Anggita yang terdengar begitu riang. "Seneng amat Ta?" Anggita terkekeh mendengar ucapan Angkasa. "Tata bosan. Nggak ada Mas Asa, Nggak ada Mas Dhika. Rasanya sepi sekali disini," ucap Anggita dengan nada sedih. Angkasa tersenyum tipis. Angkasa tau Anggita pasti kesepian. "Mas Asa tau, makannya Mas Asa telepon kamu, kamu lagi apa?" tanya Angkasa dengan nada perhatian. Anggita tersenyum. "Mas Asa lagi apa?" "Lagi teleponan sama kamu lah Ta, kamu gimana sih," Anggita memutar bola matanya malas. Angkasa ini benar-benar terlalu jujur. "Bukan itu maksud Tata," ucap Anggita dengan nada sebal. "Kamu lagi putar lagu?" tanya Angkasa mendengar sebuah lagu mengalun di kamar Anggita. "Iya, tadi lagu Mas Dhika, ini lagu Mas Asa," jawab Anggita. "Kamu kesepian ya?" "Iya, Mas Asa udah dapet kabar dari Mas Dhika?" Terdengar helaan nafas Angkasa. "Belum," "Mas Dhika kemana ya Mas? Tata khawatir Mas Dhika pindah nggak bilang-bilang," "Mas juga, apa lagi terakhir kali liat Radhika, Mas liat Dhika lari terburu-buru. Mas sendiri khawatir," Anggita menghela nafas sejenak. "Semoga semua baik-baik aja ya Mas," "Iya, semoga semua baik-baik aja. Kamu belajar yang rajin Ta, kan uda mau kelas tiga, lulus nanti kan sudah SMA," "Iya Mas, Tata nggak akan ngecewain Papa, Mama sama Mas Asa," "Mas tau, Mas cuma mengingatkan aja," "Iya, terima kasih sudah diingatkan," "Mas, kalau Mas Dhika kasih kabar ke Mas Asa bilang ya sama Tata, bilang juga sama Mas Dhika kalau Tata khawatir," Angkasa tersenyum. "Iya nanti Mas sampaikan, ya sudah kamu istirahat besok kan sudah mulai sekolah," "Iya, Mas Asa juga istirahat jangan tidur malam-malam walau belum mulai kuliahnya," "Iya, selamat malam Ta," "Selamat malam Mas Asa," Panggilan Anggita dan Angkasa pun berakhir. Anggita membiarkan HP nya berada di kasur sementara Anggita menatap langit-langit kamarnya. 'Mas Dhika apa kabarnya? Semoga semua baik-baik aja. Tata kangen Mas Dhika,' -------- Hari-hari pun berganti, tanpa terasa waktu berlalu dan kini Anggita sudah duduk dibangku SMA kelas dua. Anggita pun semakin beranjak dewasa. Penampilan Anggita pun kini sudah berubah. Anggita yang waktu SMP berambut panjang kini memilih memotong rambutnya menjadi pendek sebahu, tubuh Anggita berubah perlahan menjadi seorang gadis dewasa sesuai dengan teman-teman seusianya. Anggita yang awalnya pendiam waktu SMP kini menjadi lebih ceria. Di bangku SMA, Anggita memiliki sahabat baik bernama Kiara Diratama, keduanya berkenalan pada saat masa orientasi siswa. Anggita dan Kiara duduk bersebelahan dan menjadi sahabat baik hingga kini. Selama dua tahun Anggita menjalani kehidupannya dengan baik walau sesekali Anggita teringat pada Radhika, Anggita berhasil menjalani kehidupannya tanpa Radhika dan Angkasa disampingnya. Angkasa sesekali pulang ke Bandung pada saat liburan semester namun tak jarang Angkasa lebih memilih berada dikosannya untuk belajar. Kini Anggita lebih sering bersama dengan Kiara. Keduanya bahkan seperti anak kembar yang tidak terpisahkan saat disekolah. Keduanya pun berada dikelas yang sama bahkan keduanya duduk satu meja. Kedekatan keduanya ini membuat Anggita merasa sedikit terobati. Anggita tidak lagi merasa kesepian. "Git, kok loe bengong?" ucap Kiara sambil menatap Anggita bingung. Anggita menggeleng. Hari ini ulang tahun Radhika. Anggita tidak mungkin melupakannya. Anggita hanya tersenyum tipis pada Kiara sementara Kiara merasakan Anggita bertingkah aneh hari ini. "Loe pulang naik apa?" tanya Kiara lagi. Anggita menatap Kiara sejenak berfikir. "Gue pulang naik ojek. Loe dijemput?" Kiara mengangguk. "Abang jemput, Abang lagi di bandung," Anggita mengangguk dan memesan ojek online dari HP nya. Saat memesan tiba-tiba Kiara berucap, "Loe pulang bareng gue aja deh Git, gue berasa loe aneh hari ini. Perasaan gue jadi gak enak," Anggita mengalihkan pandangannya dari HPnya. "Telat, gue uda dapet ojeknya nih," "Cancel aja," "Sembarangan. kasian abang gojeknya kan dia lagi cari rezeki buat keluarganya Ki," Kiara menghela nafasnya. "Ya ya ya... Ya udah, loe hati-hati ya pulangnya nanti. Gue duluan," Anggita mengangguk dan Kiara meninggalkan Anggita. Anggita pun melambaikan tangannya pada Kiara yang semakin lama semakin menjauh. Anggita pun menunggu sesaat dan ojek yang Anggita pesan pun sampai. Anggita pun pulang ke rumahnya dengan menaiki ojek tersebut. Anggita memperhatikan jalanan dengan seksama namun tiba-tiba sebuah benturan dari samping membuat Anggita merasakan tubuhnya melayang. Anggita merasakan tubuhnya menjadi ringan kemudian perlahan tapi pasti pandangannya menjadi kabur. Namun satu hal yang pasti Anggita melihat banyak orang mengerumuni dirinya dan beberapa saat kemudian semuanya menjadi gelap.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN