Bab 9

1187 Kata
       Dihari kelulusan Radhika, Radhika menunggu kedatangan Pandu dan Belinda. Hingga berakhir acara pengumuman kelulusan Radhika, Pandu dan Belinda belum juga hadir padahal sebelumnya Pandu dan Belinda sudah mengabari kalau keduanya sudah berada dijalan menuju sekolah Radhika.         Radhika hendak menuju lobby sekolah ketika HP nya bergetar dan muncul nomer telepon yang ia tidak kenal. Radhika mengangkat telepon itu.         "Halo, dengan Radhika?" sapa seorang wanita disebrang sana.         "Ya betul, Maaf saya berbicara dengan siapa?" jawab Radhika.         "Saya Suster Aini dari Rumah Sakit Medika, Saat ini kedua orang tua anda sedang berada di IGD Rumah sakit Medika karena mengalami kecelakaan beruntun,"         Radhika membulatkan matanya kaget. "Saya segera kesana," ucap Radhika dengan panik.         Radhika yang panik segera berlari menuju motor miliknya yang berada diparkiran sekolah dan pergi menuju Rumah Sakit Medika dimana kedua orang tuanya berada. Radhika sampai dirumah sakit dan segera menghubungi keluarganya yang lain. Radhika pun menghubungi Oma nya dan Radhika menunggu di depan ruang IGD sesuai instruksi Oma nya.         Radhika dan keluarganya kini tengah panik bukan kepalang karena Ibu Radhika mengalami kecelakaan. Beruntung Ayah Radhika hanya mengalami luka lebam karena benturan dan beberapa goresan. Pandu keluar dari ruang  IGD setelah mendapat penanganan.          Radhika, Oma Radhika dan Pandu kini berada di depan ruang operasi menunggu operasi yang sedang berjalan. Wajah Pandu dan Radhika sama-sama pucat. Adik-adik Radhika, Raisa, Raina dan Ricky sementara berada dirumah Om mereka.         Radhika yang tadinya sedang berada disekolah untuk mendengar pengumuman kelulusan pun dibuat kalang kabut mendengar kedua orang tuanya terlibat kecelakaan beruntun. Beruntung Pandu tidak mengalami benturan parah seperti yang dialami Belinda, istrinya. Pandu sendiri hanya mengalami luka gores dan lebam akibat benturan keras, berbeda dengan Belinda istrinya yang memang sedang melepas sabuk pengaman untuk mengambil sesuatu yang berada dikursi belakang.         Kondisi Belinda yang mengharuskan mendapatkan perawatan khusus membuat keluarga Pandu harus bertolak ke luar negri. Dengan dibantu keluarga besar mereka Pandu dan keluarganya pun pergi ke Singapura untuk pengobatan Belinda lebih lanjut.         Dalam waktu kurang dari 3 hari, keluarga Pandu pun menetap di Singapura demi pengobatan Belinda. Pandu, Radhika, Raisa, Raina dan Ricky tinggal disebuah apartemen di Singapura. Pandu fokus dengan kondisi Belinda yang berada di rumah sakit ternama di Singapura sementara Radhika mengurus ketiga adik-adiknya.         Dalam hitungan hari kehidupan keluarga Pandu berubah drastis. Pandu yang berfokus dengan kesembuhan istrinya dan Radhika yang berfokus dengan adik-adiknya. Beruntung masih ada beberapa bulan sebelum Radhika kuliah di Australia. Radhika masih bisa membantu mengurus ketiga adiknya selama Ayah Radhika berfokus pada kesehatan Ibunya.         "Dhik, kamu udah siapin makanan buat adik-adik kamu?" tanya Pandu yang baru kembali dari rumah sakit.         Radhika mengangguk dan mengambil barang yang dibawa Pandu.         "Ayah udah makan?" tanya Radhika sambil membawa barang bawaan Pandu dan meletakannya di samping meja ruang tamu.         "Sudah, kamu makan dulu sama adik-adik kamu, Ayah mau istirahat sebentar," ucap Pandu dengan nada lelah.         Radhika mengangguk menjawab ucapan Pandu, ayahnya. Radhika pun memanggil ketiga adiknya dan makan bersama dimeja makan.         "Kak, Ayah masih dirumah sakit?" tanya Raisa.         Radhika yang baru duduk pun menatap Raisa, "Iya baru pulang. Ayo kita makan setelah itu istirahat," ucap Radhika sambil mengambil piring kosong dan meletakan nasi putih disana.         "Rain mau jenguk Ibu," ucap Raina dengan nada sedih.         "Iky juga mau jenguk Ibu," ucap Ricky menimpali.         Radhika menghela nafas. Radhika sendiri ingin ke rumah sakit untuk menjenguk dan melihat keadaan Ibunya namun Ayahnya melarangnya kesana. Ayah Radhika meminta Radhika fokus pada ketiga adiknya disaat Ayahnya Fokus dengan Ibunya dirumah sakit.         "Kakak janji, nanti Kakak tanyain Ayah ya, siapa tau besok kita semua bisa jenguk Ibu," ucap Radhika sambil tersenyum menatap ketiga adiknya bergantian.         Raisa, Raina dan Ricky begitu bahagia mendengar janji yang Radhika ucapkan. Radhika bersama ketiga adiknya pun makan bersama dengan tenang sementara Pandu beristirahat setelah seharian menjaga Belinda istrinya.         Pandu menyesal meminta tolong Belinda untuk mengambil barang yang berada di kursi belakang, seandainya Pandu menunggu hingga sampai di sekolah Radhika, Belinda mungkin tidak mengalami kecelakaan sefatal ini.         Pandu baru ingin memejamkan matanya ketika mendapat telepon bahwa Belinda baru saja siuman. Pandu bersama anak-anaknya pun kembali ke rumah sakit untuk melihat kondisi Belinda. Sesampainya di rumah sakit Pandu menangis karena merasa bersalah melihat kondisi Belinda.          Satu bulan berlalu dan kondisi Belinda berangsur-angsur semakin membaik. Radhika dan ketiga adiknya bergantian datang untuk menjenguk Belinda. Tinggal di singapura selama satu bulan membuat Pandu memutuskan untuk menetap di Singapura demi kemudahan Belinda menjalani pengobatannya.         Raisa, Raina dan Ricky pun kini sudah masuk bersekolah di sebuah sekolah yang tidak jauh dari Rumah yang Pandu beli. Sementara Radhika mempersiapkan dirinya untuk pergi ke Australia demi melanjutkan pendidikannya disana.         Satu bulan kesibukan keluarga Nugraha membuat Radhika melupakan Anggita dan Angkasa yang berada di Bandung. Segala sesuatu milik Pandu di Bandung sudah diurus oleh keluarganya bahkan kepindahan sekolah Radhika dan adik-adiknya pun diurusi oleh keluarga Pandu.         Keadaan Belinda yang sedang masa pemulihan membuat semua orang berfokus pada Belinda. Pandu sendiri merasa nyaman tinggal di Singapore apa lagi Pandu mendapatkan investor yang bersedia bekerja sama dengannya hingga Pandu berhasil mendirikan sebuah perusahaan di Singapore.         Hari ini Radhika melihat kalender yang menunjukan tanggal delapan agustus. Radhika yang sedang merebahkan diri di kasurnya langsung teringat dengan Angkasa. Hari ini ulang tahun Angkasa. Radhika secepat kilat mengangkat gagang telepon dirumahnya dan mencoba melakukan panggilan ke rumah Angkasa namun sayang tidak ada yang mengangkatnya.         Radhika kesal bukan main karena Radhika tidak mengingat nomer telepon Anggita ataupun Angkasa. HP Radhika hilang ketika Radhika berada dirumah sakit di Bandung. Radhika pun mencoba menghubungi Angkasa dan Anggita melalui sosial media mereka namun belum ada balasan.          Radhika pun tidak kehabisan akal. Radhika mencoba menghubungi Ayahnya untuk meminta nomer telepon Devano atau Diandra. Ketika mendapatkan nomer telepon mereka tidak ada satu pun diantara keduanya yang mengangkat teleponnya.         Radhika bingung ketika semua orang di keluarga Nugraha tidak ada yang bisa ia hubungi.Radhika pun mencoba menghubungi Devano dan Diandra beberapa kali namun tidak ada satu pun panggilan nya yang berhasil tersambung.         Melihat Radhika uring-uringan Raisa pun mengerutkan alisnya.         "Kak Dhika kenapa uring-uringan gitu?" tanya Raisa penasaran.         Radhika menghela nafasnya kasar. "Kakak udah coba hubungin Tata sama Asa tapi nggak ada yang berhasil Kakak hubungi, rumah Papa Devan juga gak ada yang angkat. Kakak kirim pesan di ig Tata dan Asa juga belum ada yang read sampe sekarang,"         Raisa mengangguk mendengar ucapan Radhika. "Mungkin mereka lagi ada acara Kak," ucap Raisa berusaha menenangkan Radhika.         Radhika mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. Mengingat Anggita dan tidak berhasil menghubunginya. Terlebih hari ini adalah hari ulang tahun Angkasa. Mood Radhika pun langsung terjun ke dasar jurang. Apa lagi kini perasaan Radhika tiba-tiba tidak enak.         "Perasaan Kak Dhika kok nggak enak ya Rai," ucap Radhika sambil memegang dadanya yang terasa sesak.         Raisa mengusap bahu Radhika. "Cuma perasaan Kakak aja, mending Kakak berdoa supaya semua baik-baik aja," ucap Raisa berusaha menenangkan Radhika.         Radhika mengangguk 'Ya semoga semua baik-baik saja.'  ucap Radhika sambil tersenyum pada Raisa.          Radhika pergi keluar ruang keluarga dan menuju kolam renang yang berada di sisi rumah mereka. Radhika pun memandang langit yang kebetulan hari ini sangat cerah namun sejuk. Pergantian musim membuat cuaca terkadang tidak menentu.         Radhika membatin sambil tersenyum menatap langit biru. Tahun ini, tahun pertamanya tidak merayakan ulang tahun Anggita dan Angkasa padahal semenjak kecil mereka selalu bersama-sama. Radhika lagi-lagi mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN