WCC 10 – Upaya Mempersiapkan Informasi

1304 Kata
Keke kembali ke kantornya dengan wajah sumringah. Dia kembali membayangkan kalau dia sebentar lagi akan menikah dengan Danu.    "Kenapa kamu senyum-senyum seperti itu?" tanya Lusi di mejanya yang tepat di depan ruangan Danu.   "Sebentar lagi aku akan menikah." jawab Keke.   Kali ini Lusi tidak langsung percaya pada Keke karena dia merasa kalau Keke sudah sering membohonginya. Mungkin tidak sepenuhnya bohong hanya saja kerap kali tidak terbukti.   "Aku ke ruanganku dulu. Bye, Sayang!" kata Keke sambil terkekeh.   "Hei, kamu belum memberitahuku ke mana kau kemarin!" seru Lusi.   "Ekhm!" suara seseorang berdehem.   Lusi menoleh ternyata ada Danu, bos sekaligus orang yang disukainya diam-diam tengah ada di sampingnya.   "Maafkan saya, Pak." kata Lusi takut-takut.   Keke yang melihat Danu langsung berhenti. Danu melotot. Kekepun mengirimkan ciuman dari jarak jauh. Melihat Danu yang hendak melayangkan protes, Keke langsung pergi.   Sesampainya di ruangannya, Keke kembali terlihat senang. Hatinya berbunga-bunga.   "Bagaimana?" tanya Zahra penasaran dengan hasil Keke.   "Tentu saja berhasil. Keke!" kata Keke sambil pura-pura membetulkan poninya.   "Kau tidak bohong padaku kan?" tanya Zahra.   "Tentu saja tidak. Potong poniku kalau aku sampai bohong." kata Keke.   Wajah Zahra kini berubah menjadi sumringah. Dia benar-benar menjadi sangat senang mendapati penuturan Keke. Dia tidak akan lagi menerima omelan sana sini bila buku Keke segera terbit.   "Wahhh, terima kasih, Ke. Kamu memang yang terbaik." kata Zahra.    "Tentu saja yang terbaik. Keke yang sudah mau jadi istri. Hahahaha." kata Keke.   "Hahahaha." Zahra tertawa.   Zahra tidak memperdulikan kata-kata Keke karena tidak sadar. Namun semenit kemudian, Zahrapun sadar.   "Eh, apa kamu tadi menyebut kata istri?" tanya Zahra.   "Iya, Istri." kata Keke.   "Kamu mau menikah?" tanya Zahra.   "Semua wanita di dunia ini juga menginginkannya, Za." kata Keke sambil terkekeh.   "Ah, kau tahulah maksudku." kata Zahra sambil memutar bola mata.   "Iya, doakan saja ya. Nanti sebentar lagi aku akan memberikan undangan." kata Keke sambil sedikit berbisik.   “Kau tidak sedang membohongiku bukan?” tanya Zahra.   “Kutraktir kau makan malam di tempat mewah bila sampai aku berbohong padamu.” kata Keke.   “Baiklah, aku akan menagih janjimu itu.” kata Zahra.   “Ayolah, katakana selamat dulu kepadaku.” Kata Keke sambil tertawa.   “Baiklah, selamat ya, Keke!” seru Zahra.   “Terima kasih!” kata Keke, dia hendak memeluk Zahra.   Namun Zahra langsung bangkit dari tempat duduknya dan memegangi pipinya.   “Aku tidak mau dipeluk dan dicium olehmu lagi!” seru Zahra.   Keke terkekeh melihat tingkah Zahra yang dimatanya terlihat sangat lucu. Begitulah Keke.   ***   Hari ini Keke memilih pulang lebih awal karena dia ingin melancarkan aksinya. Dia memang tidak akan langsung datang ke sayembara pencarian istri tersebut. Hanya saja dia perlu mempersiapkan banyak hal. Salah satunya adalah dia harus tahu bagaimana cara mendaftar untuk mengikuti sayembara tersebut.   “Aku harus pulang lebih cepat!” serunya.   Keke mengambil ponselnya dan mencari kontak Lusi, untuk memberitahunya kalau dia akan pulang lebih awal, jadi untuk hari ini Keke tidak bisa pulang bersamanya. Keke tentu tidak bisa mengatakan apa yang sedang terjadi. Keke benar-benar harus menjaga rahasia ini.   “Aku harus memberitahu Lusi kalau aku pulang lebih awal.” gumam Keke pada dirinya sendiri.   Lusi, aku pulang lebih awal, jangan mencari dan merindukanku ya. Hati-hati dijalan untuk nanti.   Send.   Pesan itu langsung Keke kirimkan kepada Lusi.   Di seberang sana Lusi yang sedang tidak ada kerjaan langsung mengambil ponselnya setelah ponsel itu bergetar. Membaca pesan itu, Lusi terkekeh sebentar. Lalu dia pun membalas pesan Keke.   Oke.   Send.   Hanya satu kata.   Keke yang menerima pesan itu hanya mendecak sebal, “Irit sekali. Apa dia terkena virus Kak Danu?” kata Keke.   Tanpa membalas lagi, dia memasukkan ponselnya ke dalam tas. Lalu dia mulai berpamitan pada Zahra.   “Zahra! Aku pulang dulu ya.” kata Keke.   “Lho, kenapa pulang cepat?” tanya Zahra bingung.   “Iya, karena aku.. Emmm mendadak pusing.” kata Keke.   “Tak perlulah kamu berakting di depanku.” kata Zahra.   “Siapa yang berakting?” tanya Kake sambil pura-pura memijit pelipisnya.   “Sudah-sudah. Kamu pulang saja sana. Hati-hati ya.” kata Zahra.   “Terima kasih.” kata Keke.   Keke hendak mendekati Zahra untuk memeluknya namun lagi-lagi Zahra bisa menghindari Keke.   “Kau jahat sekali padaku.” kata Keke pura-pura sebal.   Zahra hanya tertawa di tempatnya. Kekepun keluar ruangan. Sebelum keluar kantor, Keke terlebih dahulu pergi ke toilet untuk mengganti roknya. Dia tidak mau sang ibu memarahinya bila dia ketahuan memakai rok yang kini dipakainya. Rok yang sangat seksi.   Sebelum sampai di luar kantor, Keke sudah memesan taksi online. Dia tidak mau naik angkutan umum untuk saat ini. Dia  perlu waktu cepat untuk sampai di rumah dan mencari tahu tentang sayembara itu. Ini kali pertama dia mendengar ada sayembara semacam itu.   ***   Kekepun sampai di rumah. Rina, sang mama yang mengetahui anaknya sudah pulang langsung menghampirinya dengan khawatir. Pasalnya, Keke tidak pernah pulang kantor secepat ini. Rina curiga ada yang tidak beres dengan anaknya.   “Lho, kok kamu sudah pulang, Nak?” tanya Rina.   “Mama, aku sebenenarnya masih merasa pusing jadi aku memutuskan untuk izin pulang.” kata Keke.   Keke mulai berakting lagi, dia mulai memijit dahinya dan merubah raut wajahnya dengan wajah nelangsa.   “Ya ampun, Nak. Duduk dulu, duduk!” kata Rina.   Rina membawa anaknya untuk duduk di ruang keluarga. lalu, sebagaimana seorang ibu, dia langsung memceramahi anak semata wayangnya itu.   “Kan mama sudah bilang, kamu tidak perlu ke kantor dulu. Kamu bisa istirahat dulu sampai sembuh.” kata Rina langsung memulai ceramahnya.   “Iya, Ma. Maafkan aku ya, Ma.” kata Keke.   “Yasudah, kamu istirahat saja. Lain kali kalau masih pusing izin saja, tidak perlu ke kantor.” Kata Rina.   Diam-diam Keke sangat mengagumi Rina. Sebagaimana Ibu yang begitu menyayangi Rina. Rina termasuk ibu yang sempurna di mata Keke. Tiap melihat bagaimana ibunya memberikan kasih sayang kepadanya dan kepada ayahnya, Keke selalu bermimpi menjadi seorang istri dan ibu yang baik seperti Rina, ibu yang sangat disayanginya.   “Terima kasih, ya. Ma.” kata Keke sembri memluk Rina dengan sayang.   “Iya, sama-sama ya Sayang. Kamu masuk sana ke kamar, kamu istirahat agar tidak pusing lagi.” kata Rina.   “Oke, Mama.” kata Keke.   Saat Keke hendak berdiri, Rina langsung mengatakan sesuatu.   “Eh, tunggu. Kamu makan dulu ya, Nak. Mama ambilkan makan dulu, nanti kalau kamu sudah makan baru kamu ke atas.” kata Rina.   “Baik, Ma.” kata Keke, menurut.   Rinapun ke dapur untuk mengambil makanan untuk Keke. Setelah mengambilnya. Rina datang lagi dan menyodorkan piring yang berisi nasi, sayur capcai, dan ayam goreng kepada Keke, lengkap dengan sendok dan garpunya. Rina juga mengambilkan minum.   “Makanlah, Nak.” kata Mama.   Keke langsung mengangguk kembali menuruti permintaan ibunya. Kebetulan perutnya sangat lapar sejak tadi belum sempat makan.   Keke pun menyuap makanan ke dalam mulutnya. Ayam goreng adalah makanan kesukaan Keke. Rina sangat tahu akan hal itu. Setelah selesai makan, Rina memberikan Keke obat kepada Keke. Keke menerimanya.   “Ayo, diminum obatnya, Nak.” kata Rina.   “Iya, Ma. Nanti saja di kamar. Aku ke kamar dulu ya, Ma. Aku sayang Mama.” kata Keke mencium pipi Mama. Lalu melesat pergi ke kamarnya.   Rina hanya menggelengkan kepalanya melihat bagaimana kelakukan anaknya.   “Jangan lari-lari, nanti kamu jatuh!” seru Rina.   “Tidak akan jatuh, Ma!” seru Keke.   Rina hanya menggeleng.   BRUG!   Dan benar saja, tepat ketika Keke mengatakan bahwa dia tidak akan jatuh, diapun terjatuh saat tepat di depan kamarnya yang berada di lantai dua.   “Kamu tidak apa-apa, Nak?” seru Rina dari ruang keluarga yang berada di lantai satu.   “Aduh..” ringis Keke pelan.   “Aku tidak apa-apa, Ma.” kata Keke.   L:alu Kekepun langsung masuk ke dalam kamarnya sambil memegangi lututnya yang terasa nyeri karena sang lutut telah rela berciuman dengan lantai. Benar-benar sakit. Namun sakit itu sifatnya tidak lama. Karena beberapa waktu kemudian, rasa nyeri itu hilang begitu saja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN