WCC 9 - Perjanjian

1188 Kata
Kali ini Danu benar-benar menyerah, karena melihat tingkah Keke yang kian menjadi-jadi. Meski sudah ditolak secara terang-terangan, namun nyatanya Keke justru makin gencar mendekatinya.   Danu tidak mau hal ini terus terjadi.   "Ada satu syarat bila kau ingin saya memenuhi kedua persyaratanmu barusan." kata Danu dengan wajah liciknya.   "Apa itu, Kak?" tanya Keke.   "Lepaskan saya dulu!" seru Dani.   "Baiklah." kata Keke sambil melepaskan pelukannya pada Danu.   Setelah Keke melepaskan pelukannya. Danu langsung berdiri dan duduk di tempat duduk Keke semula atau di seberang tempat duduknya yang sekarang.   Danu melonggarkan dasinya dengan wajah dingin.   "Apa persyaratannya, Kak? Ayo katakan!" seru  Keke tak sabaran.   Danu mengambil blazer milik Keke yang ada di dekatnya lalu melempar blazer itu pada Keke. Keke pun menangkapnya dengan gesit.   "Pakai!" seru Danu mendikte.   Keke hendak melayangkan protes namun Danu buru-buru menghentikannya.   "Pakai atau perjanjian kita batal." kata Danu dengan wajah licik.   Mau tak mau, Keke pun langsung memakai blazernya meski dengan keadaan menggerutu. Danu tersenyum miring melihat Keke yang seketika menjadi penurut.   "Sudah. Sekarang, cepatlah katakan apa persyaratan itu?" tanya Keke tidak sabaran.   Bagi Keke ini adalah kesempatan langka. Hanya hari ini Keke dapat mendengar Danu ingin menerima tawarannya meski dengan syarat. Keke sangat bersemangat dan antusias. Dalam hati dia bertekad untuk memenuhi satu syarat dari Danu.   Hanya satu syarat, jadi aku tentu bisa melakukannya. -batin Keke.   "Menangkan sayembara pencarian istri untuk Hardi Tri Wijaya, CEO Penerbit Wijaya. Kalau kau menyetujuinya novelmu besok terbit. Kalau kau memenangkan sayembara itu, saya akan menjadikanmu istri." kata Danu.   Keke menatap Danu lekat-lekat. Mendengar Danu akan menjadikannya istri bila memenangkan sayembara itu membuat Keke sangat gembira. Awalnya dia bahkan tidak berpikir sejauh itu. Dia hanya ingin Danu membalas perasaannya. Namun, ternyata Danu justru menjanjikan sesuatu yang lebih.   "Kalau kau tidak setuju, kau bisa keluar dari ruangan saya." kata Danu.   Sayembara pencarian istri untuk CEO Penerbit Wijaya itu sangatlah populer. Danu berpikir kalau Keke tentu tidak akan mau mengambil resiko mengikuti sayembara tersebut. Danu mulai mencium bau-bau lepas dari Keke. Memikirkan hidup tanpa direcoki Keke sungguh suatu yang luar biasa.   "Aku mau. Aku akan memenangkan sayembara itu! Sungguh aku akan menang!" seru Keke.   Danu mendesah dalam hati. Nyatanya Keke masihlah Keke yang keras kepala dan gigih dalam memperjuangkan cintanya kepada Danu.   Namun nasi sudah menjadi bubur. Danu tidak bisa menarik kembali kata-kata yang sudah dilontarkannya.   "Baiklah." kata Danu.   "Tunggu bila aku bisa memenangkan sayembara itu, benarkah kau akan menepati janji untuk menikah denganku?" kata Keke sedikit ragu. "Eh, maksudku. Aku tidak sedang meragukanmu, hanya saja aku.. aku.." Keke mulai mencari kata-kata yang tepat untuk diucapkan agar tidak menyakiti hati Danu, cinta pertamanya.   Danu mengambil kertas dan menulis sesuatu. Keke memperhatikannya dengan seksama. Sebetulnya Keke tidak benar-benar memperhatikan tulisan Danu, namun dia memperlihatkan wajah Danu. Wajah serius Danu yang di matanya terlihat sangat tampan.   "Ini." kata Danu lalu menyodorkan sebuah kertas yang telah ia tulis kepada Keke.   Kekepun salah tingkah. Melihat bagaimana Keke salah tingkah, Danu mendesis muak.   Keke mengambil kertas itu lalu mulai membacanya. Kertas itu berisi perjanjian kalau Danu akan menikahi Keke bila Keke bisa memenangkan sayembara itu.   Surat Perjanjian   Saya, Danu Wijaksana berjanji akan menikahi Keke Larasati bila Keke memenangkan Sayembara Pencarian Istri untuk Hardi Tri Wijaya, CEO Penerbit Wijaya. Dengan syarat, sebelum memenangkan sayembara, Keke tidak boleh menemui saya atau mencoba mendekati saya. Saya berhak membatalkan perjanjian ini apabila Keke tetap menemui/mendekati saya sebelum memenangkan sayembara tersebut. Perjanjian ini bersifat rahasia jadi tidak boleh ada yang mengetahui selain saya dan Keke. Bila perjanjian ini sampai bocor, saya juga berhak membatalkan perjanjian.   Tertanda, Danu Wijaksana   "Kau bisa menyimpannya." kata Danu.   "Baiklah aku akan menyimpannya dengan baik. Aku tidak akan membiarkan kertas ini lecek begitu saja." kata Keke. Lalu dia mencium kertas itu lama.   Danu hanya mengalihkan pandangannya ke arah lain.   "Dasar wanita aneh." celetuk Danu.   Danu tak sengaja melihat kertas tersebut. Tidak ada noda bekas bibir Keke di kertas itu meski Keke telah mencium kertas itu.   Danu hanya mengangkat bahu acuh tak acuh dengan apa yang dilihatnya.   "Kembalilah ke mejamu!" seru Danu dingin.   Keke hendak menghampiri Danu namuan kini Danu memiliki cara untuk menjauhkan Keke.   "Pergi ke ruanganmu atau perjanjian kita batal!" seru Danu mengancam.   "Duh, calon suamiku.." kata Keke.   "Sebelum kau memenangkan sayembara itu, kau bukanlah calon istriku. Menjauh dariku. Kau tak perlu repot-repot datang ke kantor. Kau cukup ikuti sayembara itu saja." kata Danu.   Keke hanya mencemberutkan bibirnya sebentar.   "Baiklah." kata Keke.   "Keluar dari ruangan saya!" seru Danu.   "Oke, Kak. Jangan rindu padaku yaaa. Dahhh.." kata Keke.   "Jangan bermimpi." kata Danu.   Keke hanya terkekeh. Lalu keluar meninggalkan ruangan denga. Penuh semangat. Sebelum pergi dia mengambil surat perjanjian itu. Di perjalanan dia terus memandangi surat perjanjian tersebut dengan bahagia.   Mama, anakmu sebentar lagi akan menikah! Aku harus memberitahu Mama sepulang dari sini. - batin Keke.   Di ruangan, Danu masih memikirkan tentang sayembara tersebut. Senyumnya tersungging begitu saja. Meski kecewa karena alih-alih menolak, Keke justru menyanggupi persyaratan darinya, namun Keke tetaplah bisa merasa lega karena dia tahu tidak akan ada yang bisa memenangkan sayembara tersebut. Hardi. Nama saingan terberatnya dalam dunia penerbitan.   Danu tahu persis siapa Hardi Tri Wijaya. Karena Hardi memang teman sekelasnya dulu ketika SMA. Jadi, dia tahu persis bagaimana perangai Hardi kepada perempuan. Dan mengenai kontes tersebut, sudah rahasia umum mengetahui tidak pernah ada wanita yang memenangkan sayembara itu. Sayembara menakutkan dan sangat berbahaya. Senyum Danu mengembang lagi.   ***   Danu sedang bersama kawan-kawannya. Hari ini hari Senin. Hari di mana dia dan teman-teman masih menggunakan seragam putih-putih. Danu memandangi seorang teman laki-lakinya yang kini sedang berduaan dengan seorang gadis. Namun, bukan bermesraan, justru Sang laki-laki terlihat jelas-jelas melemparkan sorot marah pada di gadis.   "Apa yang kau lihat?" tanya kawan Danu yang bernama Andi.   "Kau kenal dia?" tanya Danu.   "Hardi?" tanya Andi.   "Jadi, namanya Hardi?" tanya Danu.   "Iya dia Hardi. Di sekolah ini, kau bisa mencari gara-gara apapun, asalkan tidak mencari gara-gara dengannya." kata Andi.   "Memang kenapa?" tanya Danu.   "Dia psikopat." celetuk Hendri. Dia juga ikut antusias ketika membicarakan Hardi.   Hardi memang selalu menjadi buah bibir sejak pertama kali masuk sekolah. Meski terlihat dingin dan menakutkan, sebetulnya Hardi termasuk anak yang tampan.   "Lihat-lihat!" seru Hendri.   Tangannya menunjuk ke arah Hardi yang kini tengah mencengkeram kerah baju gadis yang bersamanya. Gadis itu pun menangis seperti meminta ampun dan meminta tolong.   Danu tidak bisa menangkap jelas apa yang dikatakan oleh gadis itu, karena jarak dirinya dengan gadis itu sangatlah jauh.   Danu berdiri lalu hendak menghampiri Hardi untuk menyelamatkan gadis itu.   "Jangan macam-macam dengan dia. Dia itu iblis!" seru Andi, sambil mencekal lengan Danu.   "Sudahlah, ayo kita main bola saja!" seru Hendri.   Hendri dan Andi lekas membawa Danu pergi. Mereka benar-benar tidak mau terlibat masalah apapun dengan Hardi. Meski Hardi masih seusia mereka, namun Hardi begitu menakutkan. Hal ini membuat mereka lebih suka menghindar dari apapun yang menyangkut Hardi.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN