WCC 12 - Kandidat Pilihan

1322 Kata
Keke buru-buru mengambil ponselnya. Dan betapa terkejutnya dia sebuah notifikasi muncul di layar ponselnya. Sepertinya hari ini dia mendapat keberuntungan. Sebab, di layarnya kini muncul ucapan selamat dari admin sayembara pencarian istri untuk CEO.   SELAMAT! ANDA TERPILIH SEBAGAI KANDIDAT SAYEMBARA PENCARIAN ISTRI UNTUK CEO PENERBIT WIJAYA!   “Aaaaa!” seru Keke tiba-tiba.   Rina yang heran, langsung menatap anaknya bingung. Rina sangat bingung mengapa Keke bisa langsung teriak seperti itu.   “Ada apa, Nak?” tanya Rina.   Keke memeluk ibunya. “Anakmu akan menikah, Ma!” seru Keke.   “M-menikah?” tanya Rina.   Keke mengangguk. “Iya, Ma. Aku akan menjadi seorang istri.” kata Keke.   Rina semakin bingung dengan penjelasan yang diberikan Keke. Pasalnya, Rina bahkan tidak pernah tahu kalau anaknya memiliki pacar. Yang Rina tahu, semua teman-teman Keke adalah perempuan, itupun hanya ada dua, Lusi dan Zahra.   “Apa maksudmu, Sayang?” tanya Rina semakin tidak mengerti.   “Pokoknya, aku akan menikah sebentar lagi, Ma.” kata Keke, matanya mulai berkaca-kaca, dia terharu dengan pemikirannya sendiri.   Rina terdiam. Masih bingung harus merespon bagaimana kepada anaknya itu.   “Ma, bolehkah aku menikah dalam waktu dekat?” tanya Keke.   Keke benar-beanr nekad. Meski dia belum memenangkan sayembara itu, dan dia baru lolos tahap paling awal, namun hatinya terus yakin kalau dia akan menikah dengan Danu sebentar lagi.   “Tapi usiamu masih 22, Sayang.” kata Rina.   “Ma, 22 itu usia produktif. Jadi, bisa cepat punya anak. Apa Mama mau kalau Keke menjadi perawan tua?” tanya Keke.   “Tentu saja Mama tidak mau.” kata Rina.   Dalam hati, Rina benar-benar menyetujui apa yang dikatakan Keke. Kali ini Keke sangatlah benar. Usia anaknya sudah cukup untuk menikah. Hanya saja sebagai seorang ibu, dia belum siap untuk melepas anaknya ke jenjang pernikahan. Baginya Keke tetaplah anaknya yang selalu merasa masih kecil.   “Memang kamu mau menikah dengan siapa?” tanya Rina.   “Aku akan menikah dengan CEO tampan.” kata Keke.   “Benarkah? Kamu akan menikah dengan CEO tampan?” tanya Rina.   “Iya, Ma. Aku tidak bohong.” kata Keke.   “Siapa namanya, Nak?” tanya Rina.   “Rahasia. Hehehe.” kata Keke.   Keke hendak memberikan kejutan kepada Ibu dan teman-temannya. Jadi, dia tidak akan menyebutkan nama Danu sampai waktunya tiba. Bagi Keke nama Danu akan menjadi kejutan paling indah yang bisa dia berikan kepada semua orang.   “Kamu ada-ada saja. Kapan dia akan kamu bawa ke sini?” tanya Rina.   “Hm.. Sebulan lagi, Ma.” kata Keke mantap.   “Baiklah, Mama tunggu. Bawalah dia ke sini. Jangan pacaran di luar batas. Kamu tidak boleh membuat aib untuk keluarga. ingat kamu anak Mama dan Papa satu-satunya.” kata Rina.   “Iya, Ma. Siap laksanakan. Aku pasti tidak akan emmbuat kedua orang tuaku kecewa.” kata Keke.   Keke memeluk Rina dengan sayang.   “Tapi, bagaimana dengan Papa, Ma?” tanya Keke.   Seketika benaknya mengantarkannya pada bagaimana sikap Papanya menanggapi anak kesayangannya ingin menikah.   “Tenang saja. Nanti biar Mama yang bicara sama Papa. Tapi kamu tidak bohong, kan?” tanya Mama.   “Ma, untuk urusan menikah aku tidak akan bohong.” kata Keke.   “Baiklah, sekarang kamu mandi, lalu mama tunggu kamu untuk sarapan di bawah ya?” kata Mama.   “Baik, Ma.” kata Keke sangat antusias.   “O iya tunggu bagaimana? Apa kamu masih pusing, Nak?” tanya Rina.   “Tidak, Ma. Aku tidak merasakan pusing sama sekali.” kata Keke.   “Betul?” tanya Rina memastikan.   “Iya, Ma. Aku tidak bohong. Ini coba saja, Mama pegang.” Kata Keke seraya membawa tangan Rina ke keningnya untuk memastikan.   Rina tersenyum melihat tingkah anaknya.   “Bukankah kemarin ada yang mengatakan pada Mama kalau rasa pusing tidak ada kaitannya dengan suhu badan?” kata Rina, menyindir secara halus kata-kata anaknya kemarin.   Keke tertawa. Dia sangat ingat bagaimana dia pernah mengatakan hal serupa saat pura-pura sakit kemarin. Keke hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, menetralkan salah tingkahnya.   “Yasudah, Mama turun dulu. Cepat mandi dan turun untuk sarapan ya.” Kata Rina mengulangi kata-katanya.   “Aye-aye captain!” seru Keke.   Rina hanya tertawa dan beranjak keluar dari kamar Keke. Keke langsung mandi dan mengganti baju rumahan seperti biasanya. Hari ini hari Sabtu, jadi dia tidak perlu ke kantor. Lagi pula dia tidak bisa ke kantor karena perjanjian itu.   Dalan perjanjian antara Keke dan Danu, tertulis bahwa jika Keke berani bertemu dengan Danu, maka perjanjian itu batal. Keke tentu tidak akan mau kalau Danu membatalkan perjanjian itu. Lagi pula dia sudah mengatakan pada setiap orang kalau dia akan menikah. Meski dia tidak menyebutkan nama Danu, namun tetap saja, semua orang kini tahu bahwa dia akan menikah.   “Aku harus bisa menahan rinduku pada Kak Danu.” kata Keke dengan mendramatisir sambil mengatupkan kedua tangannya.   Selesai mandi dan berganti baju, Keke mengambil ponselnya. Lalu dia mengklik ucapan selamat itu. Lalu dia mulai membaca isi aturan main sayembara pencarian istri tersebut.   BAGI KANDIDAT YANG TERPILIH, SILAKAN HARI SENIN DATANG KE LOKASI YANG ADA DI BAWAH INI.   HTTP…   PERSYARATAN: 1.     KANDIDAT HARUS BERSEDIA TINGGAL DI TEMPAT YANG DI SEDIAKAN SELAMA 27 HARI, TERHITUNG DARI HARI SENIN. 2.     KANDIDAT WAJIB MENANDATANGANI SURAT PERJANJIAN DI AWAL MASUK. 3.     SILAKAN MEMBAWA 52 STEL PAKAIAN. UNTUK DIPAKAI SELAMA KARANTINA. TIDAK BOLEH LEBIH, TIDAK BOLEH KURANG. BARANG AKAN DI PERIKSA DAN DIHITUNG OLEH PANITIA. 4.     TIDAK BOLEH MEMBAWA MAKANAN DAN MINUMAN APAPUN. 5.     PESERTA HARUS SEHAT. AKAN ADA PEMERIKSAAN KESEHATAN. 6.     TIDAK BOLEH MNEGOBROL DENGAN KANDIDAT LAIN SELAMA KARANTINA. 7.     TIDAK BOLEH MEMBAWA PONSEL 8.     TIDAK BOLEH MEMBAWA KAMERA ATAU ALAT ELEKTRONIK LAINNYA. 9.     TIDAK BOLEH MEMBAWA BENDA TAJAM 10.  TIDAK BOLEH MEMBAWA MAKE UP   Keke mangangguk mengerti. Meski peraturan yang tertulis di sana sedikit aneh, namun dia tidak menaruh curiga sama sekali. Baginya setiap sayembara atau kontes apapun pastilah memiliki aturan dan persyaratannya tersendiri.   Setelah membaca peryaratan itu, Keke langsung menuju ruang makan, menemui Rina yang sedang menyiapkan makanan untuknya. Keke berencana memberitahukan Rina setelah Keke selesai sarapan.   “Mama!” seru Keke seperti bertahun-tahun tidak bertemu dengan sang ibu.   Rina hanya tersenyum dan menggeleng melihat kelakuan Keke.   Keke langsung duduk tanpa disuruh.   “Lho, kok cuma satu piring, Ma?” tanya Keke.   “Iya, Mama dan Papa sudah makan tadi.” kata Rina.   “Papa kemana, Ma?” tanya Keke.   “Oh, Papamu katanya masuk kantor hari ini.” kata Rina.   “Bukannya hari sabtu libur ya, Ma?” tanya Keke.   “Iya, sepertinya ada pekerjaan yang harus diurus oleh Papamu.” kata Rina.   “Oh..” kata Keke ber-oh ria.   Keke pun mulai makan. Sedangkan Rina duduk di depannya mengawasi Keke sekaligus menemani Keke makan. Bukankah kalau makan ada yang menemani, makan akan bisa habis?   “Masakan Mama memang tidak ada duanya.” kata Keke setelah selesai makan.   “Ah, kamu hanya ingin membuat hati Mama senang saja, kan?” kata Keke.   “Tentu saja tidak. Masakan Mama memang top.” kata Keke.   “Mama tebak ada yang ingin kamu sampaikan kepada Mama.” kata Rina.   Keke terkekeh. Kekehannya membetulkan kata-kata yang dikatakan Rina. Keke mengangguk. Dia memang sudah bersiap memberitahukan Rina kalau dia harus pergi 27 hari.   “Ma, aku ada pekerjaan di luar kita.” kata Keke.   “Oh ya, berapa hari?” tanya Rina.   “27 hari, Ma.” kata Keke.   “Apa? Mengapa lama sekali, Nak?” tanya Rina.   Keke menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia sungguh lupa memikirkan jawaban atas pertanyaan ini. Kini dia terlihat bingung menjawab. Semakin dia lama menjawan, Rina semakin curiga anaknya tidak benar-benar melakukan pekerjaan dari kantornya.   “Penerbit kami sedang mengadakan touring untuk peluncuran n****+ terbaru aku, Ma.” kata Keke seada di kepalanya.   Hanya alasaan itu sajalah yang menurut Keke sangat nyambung untuk kebohongannya kali ini.   “Pokoknya berikan Mama surat dinasnya baru Mama akan izinkan kamu pergi.” kata Rina.   Rina masih tidak percaya akan penjelasan dari Keke. Kekepun mau tak mau harus menuruti permintaan Rina.   “Baik, Ma. Aku akan ambil surat dinasnya hari ini juga.” kata Keke.   “Baik, Mama tunggu.” kata Rina.   Keke mengangguk pasrah. Dia pun mulai mencari cara. Bagaimanapun dia harus bisa mencari cara agar bisa mendapatkan surat dinas yang legal dengan cara yang tidak legal sekalipun. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN