“Kakak, coba buka sedikit hati Kakak untuk memikirkan hal ini. Aku tahu, Kakak orang yang baik dan sayang sama aku.” Airin memohon ke kakaknya. Dia yang awalnya berdiri, saat ini kembali dalam posisi bersimpuh di hadapan Kakaknya meski berjarak. Zein juga menitikkan air mata. Dia terharu menatap adiknya yang begitu terpukul melihat tingkahnya selama ini. Dia melangkah mendekat ke arah adiknya. Dia perlahan membantu adiknya untuk berdiri dan dengan cepat merengkuh tubuh adiknya dengan erat. “Maafkan Kakak, Rin. Kakak yang seharusnya menjagamu, tetapi justru mengurungmu. Kakak justru kekanak-kanakan akan hal ini,” gumam Zein dengan suaranya yang sesenggukkan. Jesica dan yang lain sebenarnya khawatir dengan Zein memeluk adiknya. Mereka takut terjadi apa-apa dengan Airin. “Zein.” Jesica me