POV Dewi Wildan membenarkan ciumannya di saat aku setengah tertidur. Ekspresinya yang tertangkap basah tak bisa mengelak itu membuatku semakin gugup. Dinginnya sendok yang sedang aku pegang seolah menjalar dari ujung jariku. Tanganku mendadak terasa dingin, detak jantungku juga seolah berdetak dengan kencang, hingga semua suara seakan menghilang dan menyisakan debaran jantung yang tak bisa lagi aku kendalikan. Aku berpikir berkali-kali, apakah kami sedekat itu hingga mengucapkan selamat tidur dengan sebuah ciuman di kening. "Kenapa?" Hanya pertanyaan itulah yang mampu untuk aku utarakan padanya. Padahal aku tahu, lebih baik aku tak usah membahasnya. Sebab aku sendiri tidak siap dengan apapun yang akan menjadi jawaban Wildan. Wildan masih diam, dia tak menjawab pertanyaanku. Apakah