POV Dewi Bagaikan sebuah kebiasaan baru di antara aku dan Wildan saat ia diam-diam mendekatiku. Menyentuhku perlahan dan berakhir pada genggaman hangat yang kami lakukan. Sentuhan yang kerap Wildan berikan padaku begitu saja. Seperti kali ini, saat kami harus lembur mendadak. Mataku memang berat untuk mampu melihat setiap data yang seolah terlihat sama semua itu. Kepalaku mulai pusing dengan angka yang tak sanggup lagi aku pikirkan. "Ya Tuhan, kenapa aku jadi ikutan lembur!" gerutuku kemudian yang membuat Wildan terkekeh geli. Aku menyerah dengan data yang menumpuk di atas mejaku. Aku menatap layar komputerku yang seolah tak ada kemajuan dengan pekerjaan kami. Memang masih awal waktu, matahari baru saja tenggelam. Tapi, lembur tetaplah sebuah bencana bagi para pekerja kantoran seper