Eve terbangun karena suara ketukan pintu yang lebih mirip dengan suara gebrakan membabi buta. Siapa datang malam - malam begini? Ada manusia yang tidak punya sopan santun seperti itu?
Eve tentu saja emosi. Karena sejak tadi ia sulit tidur. Begitu tidur, malah ada orang gila menggebrak pintu seperti itu.
Jarak kamar Eve dengan pintu masuk cukup jauh. Selama berjalan ke pintu itu, nyawanya mulai terkumpul. Hati nuraninya juga mulai bekerja.
Jangan - jangan orang yang sedang mengetuk pintu itu bukannya tidak tahu sopan santun. Tapi karena ia butuh pertolongan yang sifatnya mendesak. Karena itu lah ia mengetuk pintu secara membabi buta di tengah malam seperti ini.
Ya, Eve berusaha berpikir positif seperti itu. Meski di sisi lain ia juga takut. Iya kalau seandainya yang datang hanya seonggok hantu, yang hanya bisa menakuti, namun tak bisa menyakiti.
Kalau yang datang seorang manusia psikopat bagaimana? Bisa habis dia.
Astaga ... Eve menggeleng seraya terus melanjutkan langkahnya.
Eve sebelumnya mengintip dulu dari layar interkom. Ada seseorang bertubuh tinggi. Sepertinya laki - laki. Tak terlalu jelas karena ia membelakangi kamera. Eve melihat ke bawah. Kakinya menapak tanah. Yang memastikan bahwa yang datang adalah manusia.
Tapi tidak tahu juga sih. Hantu zaman sekarang canggih - canggih. Siapa tahu sudah ada ilmu menapak ke tanah di dunia mereka.
Ah, entah lah. Eve memutuskan untuk tidak peduli jenis makhluk apa si pengetuk pintu itu. Yang jelas pintunya segera dibuka saja. Untuk menjadikan tujuan orang itu jelas.
Perlahan Eve menyentuh knop pintu dan memutarnya. Ia mengernyit karena lorong begitu gelap. Ingin memperjelas siapa gerangan yang datang.
"Siapa ya? Ada yang bisa saya bantu?" Eve bertanya dengan sopan.
Noah sang tamu tengah malam langsung melangkah mendekat. Saat itu lah wajahnya mendapat pancaran cahaya dari dalam apartemen Eve.
Dan saat itu juga, Eve melotot saking kagetnya tahu bahwa Noah lah yang datang.
"M - mau apa lo ke sini, hah?" Eve saking kaget -- sekaligus panik -- sampai terbata - bata seperti itu.
Eve otomatis mundur. Ia ingin tidak takut, tapi mau tak mau tetap takut juga. Noah tiba - tiba ke sini tengah malam, beberapa hari setelah diberi bintang 1 oleh Eve. Bisa jadi Noah ke sini ingin balas dendam, kan?
Eve menggeleng. Astaga ... ia tak menyangka Noah akan jadi nekat seperti ini. Apa kira - kira yang akan Noah lakukan padanya.
Selangkah demi selangkah Eve mundur. Selangkah demi selangkah juga Noah maju.
Noah baru saja menutup pintu apartemen Eve. Dan itu semakin membuat sang pemilik apartemen semakin diserang rasa panik.
Eve semakin takut saja. Apa lagi menatap Noah menatap begitu tajam padanya.
"Jangan masuk ... lo pikir lo siapa? Awas aja kalau lo sampai berani macem - macem!" Eve sok berani. Tapi langkahnya tak bisa berbohong, menunjukkan bahwa ia sedang sangat takut. Karena ia terus mundur.
Eve sampai tak tahu jika di belakangnya ada sebuah keset yang cukup tebal. Membuatnya tersandung lalu jatuh. Hal itu menghambat pergerakannya. Sementara Noah masih terus maju.
Eve pikir tak ada waktu untuk berdiri. Maka ia tetap berada dalam posisi terjatuhnya, sebisa mungkin bergerak menjauh dari Noah.
"Berhenti atau gue akan teriak. Biar semua penghuni apartemen ini pada gebukin lo!" Eve belum kehilangan akal untuk terus mengancam Noah, supaya pemuda itu takut.
Tapi sayangnya ... usaha itu hanya sia - sia belaka. Karena Noah sama sekali tak gentar.
Kedua mata Eve tiba - tiba membulat. Karena pergerakannya tiba - tiba terhenti. Karena tubuhnya baru saja menabrak sebuah dinding.
Noah terus mendekat, dan mendekat.
Eve tak tahu harus bagaimana lagi. Pikirannya seakan telah buntu.
Eve bisa saja pasrah. Tapi nyatanya Eve adalah manusia yang cukup gigih.
Eve pun langsung berteriak sekeras yang ia bisa.
Noah hanya menyeringai. Eve itu bodoh atau apa? Apartemen mewah seperti ini, pasti lah kedap suara. Mau teriak sekeras apa pun, mana mungkin akan ada yang mendengarnya apa lagi menolongnya.
Ah, Noah lupa. Bukan kah Eve memang bodoh?
Sudah tahu tengah malam, ada orang mengetuk pintu malah dibukakan.
Sudah tahu hidupnya bergelimang harta penuh kemewahan, malah berniat untuk mengakhiri hidupnya.
Betapa bodohnya.
Noah kembali menyeringai. Rasanya menyenangkan melihat Eve ketakutan seperti itu. Apa lagi Eve sekarang sudah terpojok. Tak tahu harus berusaha seperti apa lagi.
Eve tampak memejamkan matanya. Sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi kepadanya. Pasrah dengan apa yang akan Noah lakukan padanya.
Noah semakin mendekat ... semakin mendekat, bahkan sudah membungkukkan badannya, wajahnya sudah berada tepat di depan wajah Eve. Sampai embusan napas dari hidungnya dapat Eve rasakan.
"Cewek bego ... kemarin gaya - gayaan mau bunuh diri. Giliran didatengin orang malam - malam, malah takut. Bukannya kamu harusnya senang ... karena orang asing ini bisa jadi akan membantu kamu melancarkan keinginan kamu untuk melenyapkan nyawamu sendiri itu."
Eve memberanikan diri membuka matanya. Ia tidak tahu Noah akan jadi se - mengerikan ini. Tapi entah dirinya gila atau bagaimana. Ia masih sempat - sempatnya terkagum - kagum dengan ketampanan Noah.
Jujur Eve belum pernah melihat cowok lain setampan Noah. Ketampanannya benar - benar tak terdefinisi. Seakan - akan tidak realistis. Kulitnya putih bersih seakan tanpa cela. Padahal bukannya ia sering terpapar sinar matahari dengan menjadi driver Rojek?
Kulitnya bahkan lebih sempurna dari kulit Eve sendiri. Padahal Eve selalu melakukan perawatan mahal.
Aroma yang menguar dari tubuh Noah begitu harum. Seperti campuran musik, gaharu, dan mentol. Seperti parfum mahal. Bukannya menghina, tapi Noah sepertinya belum mampu untuk membeli parfum mahal.
Jika ia hanya menggunakan bibit parfum hang dijual di pinggir jalan, aromanya tidak akan seenak ini. Noah juga selalu wangi di setiap pertemuan mereka. Yang menandakan wangi parfumnya sangat lah awet. Yang tidak mungkin terjadi jika parfum yang dikenakannya adalah palsu.
"Kamu orang kaya. Lebih tepatnya anak orang kaya. Yang tidak tahu susahnya bekerja cari uang. Hanya bisa minta ke orang tua. Makanya kamu bisa semena - mena sama orang kecil. Nggak mikirin seberapa susah hidup mereka. Dan kamu telah sukses membuat hidup orang miskin ini menjadi semakin susah karena kehilangan pekerjaan."
Ucapan Noah itu membuat Eve mengernyit heran. Ia hanya berniat memberi sedikit pelajaran dengan memberi bintang satu. Setahu Eve, seorang driver Rojek tidak akan dinonaktifkan jika baru sekali mendapat bintang satu. Apa ini berarti ... Noah sudah mendapat bintang 1 lebih dari sekali?
Astaga ... Eve kan tidak tahu itu.
Pantas saja Noah semarah ini. Karena Eve tahu mencari pekerjaan dewasa ini sangat lah sulit.
Eve pun lagi - lagi hanya pasrah. Benar - benar pasrah kali ini. Karena ia tidak lagi mencari pembenaran atas kesalahannya. Karena ia memang salah.
Noah benar ... Eve seharusnya bersyukur karena Noah datang ke sini dengan segenap amarahnya.
Karena itu berarti ... Noah sedang membantunya meraih tujuan.
~~~ Sepasang Sayap Untukmu - Sheilanda Khoirunnisa ~~~
-- T B C --