Pertemuannya dengan Bima tadi, masih sangat membekas sekali di dalam pikirannya itu. Di tempat yang selalu menjadi kenangan manis dan indah untuk keduanya, namun kali ini menjadi sangat menyakitkan bagi Intan. Wanita itu sudah berhasil membuat Bima percaya bahwa dirinya merasakan hancur yang luar biasa. Perasaannya benar-benar hancur lebur, penuh dengan kesedihan dan kepedihan.
Intan mulai menunjukkan tangisan di depan Bima dan itu adalah salah satu bagian dari rencananya. Dapat terlihat jelas sorot mata benar-benar menyesal karena sudah melakukan hal yang menyakitkan pada Intan. Pria itu terus memohon maaf atas semua kesalahan yang sudah diperbuat olehnya. Bahkan masih terus berusaha untuk membuat wanitanya kembali dengan berusaha meraih tangan istrinya dan menggenggamnya.
Sayang, bukan hanya pelukan saja yang tidak didapatkan oleh Bima tetapi juga genggaman tangan pun tak bisa didapatkan olehnya. Intan dengan begitu sangat anggun menarik tangannya membuat pria itu semakin merasa sangat bersalah sekali.
Intan terus saja bicara banyak hal, mengenai betapa hancur hatinya sejak saat dimana Bima memutuskan menikah kembali tanpa berbicara terlebih dahulu padanya. Ia berusaha untuk menggambarkan bahagia rasa kesepian yang juga kehancuran yang sudah merajai hari-harinya. Bima, yang memang masih menyimpan rasa bersalah, dengan mudahnya terperangkap dalam sandiwara yang dilakukan oleh istri pertamanya.
Hidup dengan Bima selama enam tahun, sudah cukup membuat Intan mengetahui semua tentang pria itu. Bima adalah pria yang sangat mudah terpengaruh oleh sebuah perasaan bersalah. Selama ini, dia cukup belajar dari apa yang dilakukan oleh ibu mertuanya, selalu berusaha menunjukkan kesedihan agar membuat pria itu kembali memberikan perhatian. Dan, kali ini Intan akan menggunakan cara yang sama seperti apa yang dilakukan oleh ibu mertuanya. Dengan cara itu, maka akan lebih mudah untuk membuat pria itu hancur berkeping-keping.
Intan merebahkan tubuhnya di atas ranjang, menatap langit-langit kamarnya. Ia merasa puas, namun semua ini baru sebuah permulaan. Ia akan semakin membuat Bima merasakan penyesalan seumur hidupnya karena sudah berani menyakiti hatinya. Dulu, ia mengakui bahwa begitu sangat mencintai suaminya itu dengan segenap jiwa dan raga, namun cintanya itu telah dirusak oleh perselingkuhan yang dilakukan oleh kedua pengkhianat itu, madu dan suaminya.
Tidak hanya mereka berdua saja yang sudah berhasil membuatnya terluka. Badriah, ibu mertuanya juga sudah menjadi bagian dari penderitaan yang dirasakan oleh Intan. Sejak awal pernikahan, wanita tua itu selalu saja bersikap sangat dingin dan sering mencemooh Intan karena belum juga bisa memberikan cucu. Kata-katanya begitu sangat tajam dan sikapnya juga sangat tidak bersahabat.
Intan mulai merasa bahwa selama ini dirinya bagaikan boneka yang terus saja dipermainkan oleh keluarga suaminya. Namun, sekarang semuanya sudah mulai berubah, ia tidak akan pernah bisa diperlakukan seenaknya lagi dan tidak akan diam saja jika diinjak-injak seperti dulu. Ia akan membalas semua rasa sakit yang sudah mereka berikan.
“Aku bukan lagi boneka mereka,” pikirnya.
Intan mulai merasakan gelombang amarah dan keinginan untuk segera bisa membalaskan dendam yang menguasai dirinya.
“Argh!” teriaknya tertahan, tak ingin membuat Rina terbangun karena teriakannya yang keras.
Dia tidak akan pernah memberikan kesempatan pada Bima, Rika dan Badriah untuk kembali menyakiti hatinya. Sekarang, gantian mereka yang harus merasakan sakit dan hidup dengan tidak tenang, sama seperti apa yang dirasakan olehnya selama ini.
Pandangan matanya kembali tertuju pada cermin, sambil terus menatap ke dalam cermin, ia memikirkan langkah-langkah berikutnya.
Pertama, ia akan membuat Rika merasakan ketidakpastian dan juga ketakutan yang sangat luar biasa. Ia tahu bahwa Rika begitu sangat mencintai suaminya dan tidak ingin kehilangannya. Terlihat jelas dari sorot mata wanita itu tempo waktu lalu. Intan akan memainkan perannya dengan sempurna, membuat wanita itu merasakan cemburu yang besar dan merasa tidak aman dengan kehadirannya.
“Rika … kau tunggu kehadiranku ya.”
“Aku akan memberikan pelajaran yang sangat berharga untukmu, agar bisa diingat sepanjang masa. Dan aku akan membuatmu tahu bagaimana rasanya, jika kita selalu dibayang-bayangi oleh orang ketiga,” gumamnya sambil tersenyum licik.
“Walau sebenarnya aku ini bukan orang ketiga, tapi aku akan bersikap layaknya orang ketika di dalam hidupmu yang terlalu mencintai suamiku, oh salah suami kita.”
“Aku akan menunjukkan semuanya bahwa Bima masih bisa berada di pihakku, sekalipun saat ini kau sedang mengandung anaknya.”
“Kau harus merasakan permainan yang aku mainkan, sampai benar-benar berpikir dan tidak menyangka, bahwa aku bisa melakukan semua ini padamu, Rika.”
Pikirannya kembali pada hal yang lainnya, saat ini tertuju pada Badriah. Ibu mertuanya yang akan menjadi sasaran selanjutnya. Mertua yang selalu saja memandang rendah dirinya itu harus merasakan akibat dari semua perbuatan yang sudah dilakukan olehnya selama ini pada Intan. Wanita muda itu tahu betul bahwa kelemahan terbesar Badriah adalah reputasi dan juga status sosialnya. Maka, ia akan sesegera mungkin untuk menyebarkan desas-desus yang akan merusak nama baik keluarga Bima di jalan sosialitanya.
“Ibu, kau yang selalu aku hargai dan hormati, bisa melakukan banyak hal yang menyakitkan padaku. Bahkan, berkali-kali membuatku malu di depan banyak orang, maka aku akan melakukan hal yang sama, Bu.”
“Kurasa, sudah cukup sampai di sini saja baktiku padamu. Aku akan membebaskan semua hinaan dan cemoohan yang kau lontarkan padaku, bukan dengan tanganku tapi dengan sangsi sosial yang akan kamu dapatkan, Bu.”
“Ibu selalu beranggapan, bahwa aku adalah wanita lemah bukan? Maka, mulai saat ini, aku akan menunjukkan bahwa aku bukanlah wanita yang lemah, seperti apa yang kau pikirkan. Aku akan berubah menjadi wanita yang mungkin akan sangat jahat, menurut versi darimu, Ibu mertua.”
Intan terus saja bermonolog tentang banyak hal di dalam kamarnya, sendirian. Merencanakan setiap detail dari rencana balas dendamnya itu. Ia merasa sangat puas sekali, membayangkan bahwa nantinya hidup Bima, Rika dan Badriah akan berubah menjadi sebuah mimpi buruk yang tidak akan pernah mereka inginkan sebelumnya. Mereka harus mendapatkan penderitaan yang sama seperti yang dirasakan olehnya selama ini.
“Mulai saat ini, tidak akan ada yang pernah bisa menyakitiku tanpa membayar dengan harga yang mahal,” bisiknya kepada diri sendiri.
“Mereka yang sudah berani menyakiti aku sampai sedemikian rupa, kupastikan akan membayar semuanya dengan harga yang sangat mahal,” tambahnya berbisik di keheningan malam yang semakin larut.
Rasa lelah mulai merayap ke seluruh tubuh Intan, perlahan ia kembali membenarkan posisi tubuhnya di atas kasur yang empuk. Namun, pikirannya terus saja berkerja dan memikirkan cara-cara untuk melaksanakan sebuah rencana yang sangat besar. Wanita itu merasa sangat puas sekali dengan rencana yang sudah tersusun rapi di kepalanya.
Tidak ada lagi rasa takut ataupun ragu, sekali pun harus kehilangan mereka semua. Sekarang, yang ada di dalam dirinya hanyalah sebuah tekad untuk membalaskan dendam dan menunjukkan pada mereka semua, bahwa dirinya bukanlah wanita yang lemah.
Malam semakin larut, Intan mulai memejamkan matanya sambil tersenyum. Masih menayangkan bagaimana nantinya ketiga manusia pengkhianat itu, akan berlutut dan memohon ampun padanya. Ia akan membuat mereka sangat menyesal karena sudah merendahkannya selama ini.
“Aku berada di posisi saat ini, melewati banyak sekali luka dan sakit hati. Kalian yang sudah memulai semuanya, maka aku yang akan mengakhiri semuanya.”
“Aku, akan menunjukkan kepada mereka semua, siapa Intan yang sebenarnya.”
“Jangan khawatir, kalian cukup menunggu saja, karena kalian semua akan mendapatkan waktu sendiri-sendiri untuk menerima pembalasan dendam dariku. Akan ku tunjukkan, sisi lain dari seorang Intan setelah hatinya mati.”
“Ya, Intan yang dulunya lemah dan selalu diam sudah, mati. Sekarang, Intan yang baru sudah mulai muncul untuk membalaskan dendam yang telah mendarah daging di dalam hatinya,” tambah Intan sebelum akhirnya ia benar-benar terlelap dalam tidurnya.