11. Keputusan

993 Kata
"Kamu sudah kenal sama Arsy, Dan?" tanya Rina. "Dia satu kelas sama Floria." jawab Daniel. Arsy masih diam. Gadis itu masih menatap Daniel yang duduk di hadapannya dengan tatapan tidak percaya, tidak percaya bahwa Daniel'lah orang yang akan dijodohkan dengannya. Bagaimana bisa ia menikah dengan Daniel, sedangkan Daniel sudah memiliki kekasih. Arsy tidak mau disebut perusak hubungan orang atau orang ketiga. Arsy menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Aku gak bisa." katanya secara tiba-tiba. Semua yang ada disana membelalakan matanya, kecuali Daniel, cowok itu sedikit tersenyum. "Kenapa, Sayang?" tanya Oma Nina. "Bagus! Dia gak mau nerima, jadi ini semua batal." seru Daniel dengan santainya. Dimas menatap tajam Daniel. "Diam kamu!" desisnya. Daniel memutar bola matanya. "Kenapa kamu tiba-tiba gak bisa? Kamu bilang sama Papa mau nerima perjodohan ini." tanya Adam. Gimana bisa sama orang yang udah punya pacar. Batin Arsy. Aldi mengelus bahu Arsy, bermaksud menenangkan Adiknya itu. "Jangan gegabah, Sy." bisik Aldi. "Kenapa?" tanya Adam lagi. Arsy menggeleng. "Gak papa. Lupain aja." katanya sembari duduk dihadapan Daniel yang sedang menatapnya. Oma Nina tersenyum lega, begitu pun yang lainnya, ya kecuali Daniel. Beberapa orang waiters datang dengan membawa makanan yang sudah dipesan. "Sesuai kesepakatan?" tanya Dimas kepada Adam. "Ya." ucap Adam. "Begini Daniel, Arsy, kami mau minta maaf sama kalian, kami tau bahwa kalian pasti tertekan dengan adanya perjodohan wasiat ini, tapi kami tidak bisa melakukan apa-apa lagi, kami hanya menjalankan amanah yang telah dititipkan Oma Doni, Kakek Fredi, dan Nenek Laila." Dimas terdiam sejenak. Arsy menatap berharap Dimas, berharap agar perjodohan ini batal secara tiba-tiba. Aneh memang. "Pernikahan kalian lusa!" ini Oma Nina yang berbicara, seperti biasa dengan tegas. Daniel dan Arsy sama-sama membulatkan matanya. Secepat itukah pernikahan mereka? "Emang harus secepat itu, Oma?" tanya Daniel. "Ini keputusan Oma!" katanya lagi dengan tegas. Oma Nina memang pada dasarnya keturunan bangsawan jawa, dididik sejak dini agar terlihat tegas. Daniel menelan ludahnya susah payah, tiba-tiba saja tenggorokannya tercekat. Sedangkan Arsy, gadis itu menatap kosong kedepan. Seolah, apa yang diucapkan Oma Nina barusan itu adalah sebuah bencana hebat untuknya. Dunianya runtuh begitu saja. Ternyata percuma saja berlagak songong, toh tidak merubah apapun. "Sy?" bisik Aldi, cowok itu menyadari sesuatu yang tidak beres dari adiknya. Arsy mengerjapkan matanya beberapa kali, sampai akhirnya ia bisa mencerna ucapan Oma Nina tadi. "Apa gak bisa ditunda sampe kita lulus sekolah." alibi Arsy. "Ini sudah menjadi keputusan mutlak Oma, Sayang." kata Oma Nina dengan lembut. Daniel tercengang. Oma Nina berbicara lembut dengan Arsy, sedangkan dengan dirinya akhir-akhir ini menjadi galak. "Tapi—semuanya bahkan belum disiapkan." kata Arsy, lalu gadis itu menggigit bibir bawahnya, berharap jawabannya ini dapat membantunya mengulur waktu pernikahannya. Oma Nina menyinggungkan senyum tipisnya. "Semua sudah dipersiapkan!" katanya. Arsy mendesah pelan, taulah harus beralasan bagaimana lagi sekarang. Gadis itu merasa putus asa sekarang. Mereka semua terdiam, hingga masing-masing makanan mereka sudah habis. Kecuali Arsy, gadis itu hanya beberapa kali menyuapkan makanannya. "Kamu besok ikut Oma ya, Sy." ajak Oma Nina. "Kemana?" "Ke butik." "Tapi Arsy sekolah." "Kamu izin saja, biar Papa kamu yang menelpon wali kelas kamu." ujar Oma Nina dengan menatap penuh harap kearah Arsy. "Iya." kata Arsy sembari tersenyum kaku. "Oma sudah pesankan kebaya buat kamu. Kita coba besok." "Gue mau ngomong sama lo." ucap Daniel tiba-tiba. Dimas menyenggolnya. "Yang sopan." "Terserah." sahut Daniel malas. "Lo ikut gue." katanya lalu berdiri dan keluar. Arsy tersenyum kepada semua orang, kemudian ia menyusul Daniel yang sudah berada diluar. "Kenapa?" tanya Arsy santai. "Lo masih bisa bersikap santai disaat keadaan kaya gini?" tanya Daniel lalu cowok itu tertawa kecil. Arsy melipat tangannya didepan d**a. "Terus gue harus ngapain?" "Ya mikir kek gimana caranya agar perjodohan ini batal." sahut Daniel ketus. Arsy menghela nafasnya. "Lo gak denger tadi kata Nenek lo? Bahkan gue ngulur waktu aja gak bisa." "Gak guna banget sih." "Lo sendiri punya cara gak? Pake ngatain orang lain lagi." sahut Arsy sinis. Daniel menatap sinis Arsy. Mengapa gadis itu menyebalkan sekali. ***** Disinilah Arsy berada, disebuah butik langganan Oma Nina. Dengan pasrah Arsy mencoba sebuah kebaya pengantin yang sudah disiapkan Oma Nina jauh-jauh hari. Kebaya yang akan dipakenya besok. Arsy masih belum percaya akan nasibnya. Besok adalah hari dimana semua akan merubah semuanya. Hidupnya, statusnya, juga perasaannya? "Cantik sekali." puji Oma Nina ketika melihat kebaya yang dipilihkan begitu pas ditubuh mungil Arsy. Gadis itu tersenyum menanggapinya. "Maaf ya Oma gak bisa kasih kamu gaun pengantin yang mewah." kata Oma Nina dengan nada penyesalan. Arsy buru-buru menggeleng. "Enggak Oma. Ini bagus kok. Mewah juga. Arsy suka sama kebaya ini." kata Arsy. Oma Nina tersenyum. "Oma seneng kalo kamu suka sama kebaya ini." katanya. Arsy mengangguk. Arsy kembali kedalam ruang ganti. Melepas kebaya yang melekat ditubuh mungilnya dan memakai kembali baju semula. "Kita makan siang dulu ya sebelum pulang." ajak Oma Nina yang dibalas anggukan dari gadis itu. Setelah melakukan p********n, Oma Nina dan Arsy pergi dari butik itu dan langsung pergi ke salah satu restoran. "Arsy?" tanya Oma Nina. "Iya Oma?" "Kamu sudah kenal Daniel berapa lama?" tanyanya. "Aku cuma kenal Daniel sebatas nama aja, Oma." jawab Arsy sembari tersenyum masam. "Dia sering dateng ke kelas Arsy karena Arsy satu kelas sama pacarnya." lanjutnya. Oma Nina tampak terkejut mendengar jawaban terakhir Arsy. "Kamu..tau Daniel punya pacar?" tanyanya. Arsy mengangguk. "Maaf ya, Sayang. Oma bakalan pastikan kalau Daniel gak bakalan berhubungan lagi dengan perempuan itu." katanya. Arsy mengerjapkan matanya, bingung kenapa Oma Nina berkata seperti baruan. Seolah, bahwa Arsy tidak menyukai hubungan Floria dan Daniel. Padahal bukan seperti itu. Sepertinya Oma Nina salah tangkap. "Gak Papa, Oma. Biarin aja. Mereka pacaran udah lumayan lama dan Arsy gak mau ngerusak hubungan mereka." kata Gadis berambut panjang itu. Oma Nina menggeleng. "Kamu nanti bakalan menjadi istrinya Daniel. Gak pantas kalo Daniel mempunyai hubungan dengan perempuan lain disaat dia sudah memiliki istri." "Gak apa, Oma. Dia kan gak suka sama aku, aku juga gak mau ngekang dia." "Tetep aja itu gak bagus. Silsilah keluarga Oma tidak ada yang seperti itu. Kamu tenang saja ya. Akan Oma pastikan." kata Oma Nina lalu tersenyum. *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN