"Gini aja, lo mau pernikahan ini gak terjadi 'kan?"
Daniel mengangguk.
Cakra merubah posisi duduknya. "Gini, kata orang 'kan, kalo ijab kobul kita tiga kali berturut-turut salah, pernikahan itu gak bisa diterusin alias gagal." ujar cowok itu demgan serius.
"Serius lo?" tanya Daniel seolah tidak percaya.
Cakra mengangguk. "Lo belajar agama sih sebenernya, ck." Cakra berdecak sebal.
"Ya ajaran agama gue belum sejauh itu."
"Tapi Dan, jangan deh, nanti kualat." ucap Cakra.
Daniel memutar bola matanya malas. "Kalo gitu ngapain lo ngasih tau gue, bege." ucap Daniel. "Tapi, ide lo boleh juga. Dengan begitu, pasti perjodohan antara gue sama dia batal." ujarnya kemudian.
Cakra terdiam. "Tapi, nanti kalo—"
"Apa? Gak bakalan terjadi apa-apa. Palingan bokap gue marah, paling parah paling nonjok doang." sahut Daniel.
"Bukan gitu masalahnya. Ah gimana ya, lo gak ngerti sih."
"Udah ah, bodo amat. Gue balik duluan ya." ucap Daniel lalu cowok itu pergi meninggalkan Cakra.
Cakra menatap punggung Daniel yang semakin menjauh. "Gue harap lo gak akan nyesel sama apa yang udah lo lakuin."
Ya, cowok itu cemas akan pernikahan Daniel dengan Arsy.
*****
2 hari kemuidan.
Hari ini.
Hari yang seharusnya menjadi hari yang paling bahagia untuk setiap orang, dimana mereka diikat secara sakral menurut agama dan negara karena cinta diantara mereka. Namun, itu semua tidak berlaku bagi gadis ini.
Ya, ini adalah hari pernikahan Arsy dan Daniel.
Hari yang paling ditunggu oleh kedua keluarga, tapi tidak dengan kedua mempelai.
Seperti saat ini, saat semua orang tengah sibuk hilir mudik mengecek acara pernikahan yang sebentar lagi ijab kobulnya dilakukan.
Arsy, gadis itu malah menatap kosong kearah luar jendela. Gadis itu berdiam diri dibalkon sejak lima belas menit lalu—setelah dirinya selesai dirias.
Terlalu cape untuk Arsy menangis. Bahkan air matanya mungkin sudah mengering. Berbagai kegaduhan yang diciptakan keluarganya dibawah sana tak Arsy pedulikan.
Hanya satu yang dipikirkan gadis itu, yaitu bagaimana cara untuk bangun dari mimpi buruk ini.
Hingga sejurus kemudian, air matanya jatuh setetes demi setetes. Arsy sungguh tidak siap dengan semua ini.
Kadang Arsy bertanya, mengapa Tuhan begitu jahat kepadanya?
Mungkin setelah pernikahan ini terjadi, Arsy akan seperti orang jahat. Orang jahat untuk Via dan Daren. Akan menjadi orang berdosa karena menyembunyikan pernikahannya dengan Daniel.
"Sy?" Mela memanggilnya, Asry bergeming.
Mela tau bagaimana perasaan anak bungsunya ini sekarang. Tak ada sedikitpun kebahagiaan hari ini untuk Arsy. Matanya menyatakan itu.
"Maafin Mama, Sy."
Arsy diam. Gadis itu sekuat tenaga menahan diri untuk tidak menangis.
"Ayo. Sudah mau dimulai." ucap Mela meraih tangan Arsy.
Gadis itu tidak menolak. Arsy mengikuti langkah Mamanya sambil menunduk. Dengan gerakan cepat, Arsy menghapus sisa air mata yang membasahi pipinya.
Ruang tamu rumahnya sudah ramai dengan tamu undangan. Hanya keluarga, kolega Papanya dan Papa Daniel, juga tetangga, dan beberapa orang saksi.
Arsy masih menunduk, tak berani menunjukkan wajahnya pada semua orang, terutama Daniel.
"Saudara Daniel sudah siap?"
Begitu suara penghulu terdengar, dengan refleks, Arsy mengangkat kepalanya.
Dan saat itulah Daniel melihatnya. Tapi entah kenapa, Daniel melihat Arsy begitu cantik sekarang. Dan untuk pertama kalinya, Daniel memuji kecantikan Arsy.
Lo gila, Dan. Daniel mengerjapkan matanya.
"Silahkan jabat tangan Pak Adam."
Daniel menurut, ia menjabat tangan Adam yang sebentar lagi akan menjadi calon mertuanya.
"Ikuti kata-katanya ya." Pak Penghulu itu mengarahkan mic kepada Adam.
"Saya nikah dan kawinkan putri saya, Arsy Mutiara Pangestu binti Adam Pangestu dengan engkau, Daniel Andhika bin Dimas Andhika, dengan seperangkat alat sholat dan emas seberat 200 gram dibayar tunai."
Daniel tersenyum miring. Saat inilah untuk dia melancarkan aksinya.
"Saya terima nikah dan kawinnya Floria Zizalya binti—"
Suara bisikan langsung terdengar dari tamu undangan.
Siapa Floria Zizalya?
Itulah yang kebanyakan mereka bisikkan.
Daniel melakukan ini dengan sengaja. Seperti kata Cakra, pernikahan akan tidak sah jika salah mengucapkan ijab kobul hingga tiga kali berturut-turut.
"Siapa Floria?" tanya Adam.
"Kamu apa-apaan, Daniel?!" bisik Dimas yang berada disamping Daniel.
"Aku salah sebut. Sorry." ucap Daniel dengan santai.
Sedangkan Arsy disampingnya, gadis itu sekuat tenaga menahan tangisnya agar tidak pecah.
Sudah ini pernikahan karena perjodohan, dan sekarang Daniel ingin membatalkan pernikahannya dengan mempermalukan kedua keluarga.
"Tidak apa-apa, mingkin Daniel grogi." kata Pak Penghulu. "Kita ulangi saja."
Adam tampak menghela nafas sebelum mengulang kembali kata-katanya. "Saya nikah dan kawinkan putri saya, Arsy Mutiara Pangestu binti Adam Pangestu dengan engkau, Daniel Andhika bin Dimas Andhika, dengan seperangkat alat sholat dan emas seberat 200 gram dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Arsy Floria binti Floria binti Adam dengan mas kawin—" ucap Daniel semakin memperkecil volume suaranya.
Pak penghulu tampak menghela nafas juga. "Sebenarnya Floria itu siapa?" tanyanya keheranan.
Para tamu undangan tampak bertanya-tanya juga, sebagian ada yang tertawa.
"Dia itu—"
"Pak penghulu, bisa diulang 'kan Pak?" tanya Dimas memotong ucapan Daniel.
"Bisa. Satu kali lagi kesempatan. Jika masih salah lagi, pernikahan ini tidak bisa dilanjutkan." ujar Pak Penghulu itu.
"Jangan macam-macam kamu, Daniel." bisik Oma Nina dibalakang Daniel.
Entah kenapa, Daniel merasa takut sekarang karena ucapan Oma Nina barusan.
"Baik, kita ulang sekali lagi."
Dari raut wajahnya, Daniel bisa menebak bahwa Adam kesal kepadanya sekarang.
Adam kembali menjabat tangan Daniel. "Saya nikah dan kawinkan putri saya, Arsy Mutiara Pangestu binti Adam Pangestu dengan engkau, Daniel Andhika bin Dimas Andhika, dengan seperangkat alat sholat dan emas seberat 200 gram dibayar tunai."
"Saya terima nikahnya Arsy Mutiara Pangestu binti Adam Pangestu dengan mas kawin tersebut tunai."
Tiba-tiba saja Daniel ngatakan itu dengan lantang dan mantap.
"Sah?"
"Sahhh..."
Daniel celingukan dengan tampang bodohnya. Ini sungguh diluar kendalinya. Seharusnya Daniel melakukan seperti hal yang sebelumnya, menyalahkan kata-kata ijab kobul.
Gue ngelakuin itu?
Gue beneran udah kawin?
Gue beneran ngawinin nih cewek?
Gue udah beneran jadi suami?
Disaat yang lainnya mengucapkan doa untuk pernikahannya, Daniel malah sibuk dengan pikiran bodohnya.
"Silahkan kalian menyematkan cincin dijari pasangan kalian. Setelahnya untuk mempelai pria untuk mencium kening mempelai wanita, dan untuk mempelai wanita mencium tangan mempelai pria."
Dania datang dengan sekotak bludru berwarna merah, yang didalamnya ada cincin pernikahan yang terlihat sederhana namun elegan.
Setelah menyematkan cincin, Daniel mencium kening Arsy tanpa ragu.
Dan lagi Daniel bertanya ada dirinya sendiri,
Gue beneran ngelakuin ini? Fiks, lo udah gila, Dan.
*****