PART-6. DRUNK.

2280 Kata
PART-6. DRUNK. “Bisakah kau melakukannya dengan perla-“ “Huh! Kau yang menyuruhku. Jangan protes!” Sunday memutar bola matanya. Ia bangkit dari posisinya lalu mengambil napas pendek. “Baiklah. Aku memang yang menyuruhmu menurunkanku. Ngomong-ngomong, terima kasih sudah membantuku.” Brandon mengedikkan bahu. “Berterima kasihlah saat kau sudah jauh lebih baik dari sekarang. Di mataku kau masih tampak sangat buruk.” “Akan kubuktikan padamu kalau aku bisa jauh lebih baik dari ini.” “Itu yang kuharapkan darimu.” Sunday memandangi punggung tegap Brandon. Ia mulai bertanya-tanya, siapa sebenarnya pria ini? Apakah mereka pernah bertemu sebelumnya? Dan apakah Brandon pria baik-baik yang ingin membantunya? Atau mungkin dia menginginkan sesuatu dari Sunday. Apakah Brandon mungkin salah satu anggota sindikat jual-beli gadis-gadis muda… “Sampai kapan kau akan berdiri di sana?” Lamunannya terhenti saat Brandon melempar kerikil hingga mengenai tangan kanan Sunday. “Eh?” Sejak kapan dia sudah di sana? Pikirnya dalam hati. Cepat-cepat Sunday menghampiri Brandon. Hati kecilnya berkata dia harus waspada pada pria asing seperti Brandon. Dia tidak mengenal Brandon dengan cukup baik. Namun di sisi lain, saat ini Sunday tidak bisa pergi ke tempat yang dia inginkan. Sampai dia tahu keadaan di tempat asalnya, Sunday tidak bisa kembali ke sana secepat yang dia inginkan. “Kenapa kau berjalan cepat sekali?” keluhnya. Brandon memutar bola mata. “Aku berlajan lambat tapi kau berdiri di sana sejak tadi. Aku tahu ada banyak yang kau pikirkan saat ini. Jika kau benar-benar ingin bangkit, mulai sekarang buang jauh-jauh apa saja yang mengganggu pikiranmu. Buang hal-hal tidak berguna dan mulailah kembali dari nol.” “Kau ingin tahu apa yang sedang kupikirkan?” “Kalau kau mau memberitahuku, mungkin aku bisa memberi solusi.” “Kau.” Sunday berjalan di sisi Brandon. Dia tidak punya keberanian untuk menatap mata Brandon. Seharusnya dia hanya berterima kasih pada pria itu karena sudah memberinya tumpangan dan membantunya. Namun yang dilakukannya sungguh bukanlah hal yang terpuji. Sunday justru meragukan kebaikan pria itu. “Aku?” “Ya.” Brandon mendongak, memandangi langit penuh bintang dan bulan yang bersinar terang. “Aku senang kau mengkhawatirkanku.” “Bukan itu maksudku!” sela Sunday cepat. “Lalu?” “Astaga!” Wajah Sunday memerah karena marah. Brandon terbahak melihat hal itu. “Aku tahu. Aku tahu.” Ia berkata dalam tawanya. “Aku serius saat mengatakan kalau aku senang kau mngkhawatirkan aku. Bagaimana pun aku ini orang asing. Kau harus waspada terhadapku. Jika kau bertemu orang asing yang tiba-tiba tinggal satu atap denganmu, jika orang itu bukan aku, kau mungkin akan berada dalam bahaya. Berhubung kau bertemu orang sebaik aku, kau tidak perlu khawatir. Aku tidak akan menyakiti atau melakukan hal-hal yang kau pikirkan. Aku bukan orang seperti itu.” “Apakah aku bisa mempercayaimu?” “Tentu.” Brandon berjalan menghampiri Sunday. “Apakah aku terlihat mengerikan di matamu?” “Tidak juga.” Sahut Sunday jujur. Pria itu menelengkan kepalanya. “Nah, penilaian yang bagus.” “Hei, bukan itu maksudku. Maksudku kau mungkin terlihat seperti pria baik-baik tapi bukan berarti kau tidak jahat. Orang yang berbahaya biasanya terlihat seperti malaikat. Bukan iblis. Iblis yang sebenarnya tidak akan menunjukkan seberapa mengerikannya dia. Iblis yang sebenarnya akan berdandan bak malaikat hingga membuat orang-orang terpesona.” “Tapi aku bukan iblis. Juga bukan malaikat. Aku hanyalah manusia biasa. Itu saja.” “Huh! Bukan itu maksudku. Apa aku harus menjelaskan detailnya padamu? Tidakkah kau mengerti apa yang kukatakan?” “Aku mengerti,” Brandon menimpali dengan tenang. “Sudah. Tidak perlu berdebat. Kau hanya harus percaya padaku. Seperti yang kukatakan tadi, aku tidak akan menyakitimu. Meski aku bertemu orang lain, bukan kau, aku pun akan tetap membantu orang itu. Kau hanya perlu percaya padaku. Setelah itu, pulihlah dengan cepat.” “Apa aku bisa mempercayaimu?” “Bisa. Lakukan saja. Katakana pa yang kau butuhkan dan apa yang kau rasakan padaku. Jika sikapku salah, aku akan memperbaikinya.” “Apa kau selalu seperti ini? Pada siapa pun?” Brandon mengangguk. “Seingatku, ya. Aku selalu seperti ini.” Mereka kembali melanjutkan perjalanan. Seandainya tidak dipertemukan dalam keadaan seperti ini, mungkin Sunday tidak bisa mempercayai dan menerima Brandon begitu saja. Sialnya sat ini dia tidak punya pilihan selain bersama Brandon. Posisinya sulit. “Bagaimana jika ada yang menyakiti atau memanfaatkan kebaikanmu?” “Maka, mereka akan mendapat balasan yang setimpal. Apa yang akan kau lakukan besok?” “Kembali ke rumah mungkin. Aku tidak bisa berlama-lama di sini. Aku harus pulang dan membereskan kekacauan yang terjadi karena ulahku.” “Di sini kau hanya korban. Kenapa kau harus repot-repot membereskan semuanya?” “Akulah tokoh utama dalam insiden kemarin. Kau tahu sendiri bagaimana orang-orang menuduhku hari ini. Aku yakin situasi di rumah pasti jauh lebih rumit. Maka dari itu aku harus segera kembali dan melihat apa yang terjadi di sana.” “Begitukah?” “Ya.” Sunday kembali merenung. Andai semua berjalan sesuai harapannya, mungkin saat ini dia sedang menikmati bulan madu bersama suaminya. Sial! Lagi-lagi Sunday merasa kesialan kembali menghampirinya. Ia mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya sebelum meledak dan membuat semua orang di sana menatapnya iba. Akhirnya mereka tiba di rumah. Lampu-lampu sudah menyala dengan begitu eloknyan. Sunday bertanya-tanya, siapa yang melakukan ini? “Pasti petugas hotel yang melakukannya.” Celetuk Brandon seolah tahu apa yang ada di benak Sunday. “Ayo masuk! Kau harus makan dan mandi.” “Kau mau pergi?” tanya Sunday saat melihat Brandon hanya berdiri di sana. “Apa kau juga akan masuk?” “Aku ada urusan sebentar. Masuk dan istirahatlah, Sunday. Aku akan mencari makanan untuk kita. Bukankah kau lapar?” Sunday meringis. Perutnya memang sangat lapar. Bahkan di saat seperti ini dia masih bisa memikirkan makanan. “Apa kau akan pergi lama?” Brandon menggeleng. “Aku akan kembali kurang dari satu jam. Jangan bukakan pintu untum orang yang tidak kau kenal.” Pria itu melihat sekeliling. “Pantai ini sudah dipenuhi pengunjung. Kau tidak mengenal satu pun dari mereka. Jadi jangan coba-coba untuk membuka pintu kecuali untukku atau kau bisa dalam bahaya.” “Kaulah yang harus kukhawatirkan di sini.” “Kau sudah berjanji akan mempercayaiku.” “Baiklah.” Ujar Sunday sembari berjalan masuk ke rumah. “Hati-hati!” Ia lalu masuk ke rumah tersebut. Setelah menutup pintu, Sunday berbalik. Ia melihat punggung Brandon ikut menjauh dari rumah mereka. Sunday memandang Brandon lama. “Aku akan membalas kebaikanmu, Teman.” Gumamnya lirih. Setelah mengucapkannya, Sunday bergegas pergi ke toilet. Ia melepas semua pakaian kemudian mandi dengan cepat. Meski kepalanya penuh dengan hal-hal yang tidak berguna, Sunday tetap ingin melanjutkan hidupnya. Dia sudah sering disakiti. Dia sudah sering menerima kekalahan. Kali ini Sunday tidak akan menyerah dengan mudah. Dia hanya perlu kembali ke rumah lalu membereskan kekacauan ini. Setelah itu Sunday akan memulai hidupnya lagi. Membuka lembaran baru dan mencari bahagianya lagi. Seperti sebelumnya. Itulah yang selama ini dia lakukan. Selama ini Sunday selalu berhasil. Maka kali ini dia pun tidak boleh gagal. * Brandon melihat Kale yang saat ini tengah duduk di bar. Pria itu tampak tengah bersantai. Terlihat dari caranya memegang gelas berisi cairan kuning keemasan. Ini hari yang cukup sulit bagi Brandon tetapi sepertinya tidak bagi Kale. Dengan perasaan kalut, Brandon mempercepat langkah. Ia ingin segera tiba di samping Kale lalu meneguk beberapa gelas minuman beralkohol. Berada di dekat seorang wanita setelah sekian lama sendiri rupanya tidak mudah. Brandon harus memahami setiap kata dan menjaga semua perilakunya agar tidak menyakiti Sunday. Andai dia memiliki ‘kamus bahasa cewek’, mungkin dia tidak akan seperti sekarang. Kale dengan penuh pengertian menarik kursi untuk Brandon. Tak lupa ia juga menuangkan minuman untuknya. “Kau tampak buruk.” “Entahlah.” Sahut Brandon setelah menghabiskan isi gelasnya. “Apa yang terjadi?” “Aku kasihan padanya tapi kurasa dia cukup kuat.” “Sampai kapan kau akan menahannya?” “Aku tidak menahannya. Aku hanya…” katanya-katanya terhenti. Benar. Apa yang kulakukan? Apakah aku memang menahan Sunday selama ini? Kale kembali mengisi gelas Brandon. “Aku bisa mengantarnya kalau kau memintaku.” “Aku kasihan padanya, Kale. Tidakkah kau lihat situasinya? Setelah pernikahannya gagal, calon suaminya bahkan menikah dengan orang lain hari itu juga. Dia dituduh membawa kabur mobil yang mereka sewa. Bukankah itu keterlaluan? Siapa yang tega melakukan itu pada gadis yang tidak bersalah seperti dia?” “Mungkin saja selama ini gadis itu yang bermasalah.” “Jika itu benar, aku akan memperbaikinya.” Kale terkekeh geli. “Kau pikir dia barang yang bisa diperbaiki? Kau tidak mengenalnya, Brandon. Jangan terlalu dekat dengan orang asing.” Brandon mengangkat gelasnya. Ia memandangi cairan kuning keemasan dari gelas kacanya. “Bukankah dulu kita juga dua orang asing yang tidak saling mengenal satu sama lain?” Kale terdiam. Pria itu memandangi langit gelap yang penuh dengan bintang-bintang. Ia mendesah pelan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun selama beberapa saat. “Saat pertama kali melihatnya, aku merasa kasihan padanya. Sampai sekarang pun aku masih kasihan padanya.” “Aku tahu kau bukan tipe orang yang mudah membuka hati untuk seorang gadis. Kau tidak mudah dirayu atau jatuh cinta. Kali ini pun, aku tahu kau tidak akan membuka hati untuknya. Namun aku ingin tahu alasanmu, kenapa kau ingin sekali membantunya? Sejujurnya, aku tidak mengerti kenapa kau begitu ingin ikut campur dengan masalah orang lain. Aku ingin kau berhenti sebelum melangkah terlalu jauh. Aku tidak ingin kau jatuh ke dalam masalah jika berdekatan dengannya.” Brandon menoleh, memandangi wajah Kale yang tampak tidak tenang. “Saat aku berada dalam masalah. Saat aku berada dalam bahaya, bukahkah aku bisa mengandalkanmu? Kau ada di sini untukku, Kale. Tugasmu adalah menjagaku. Jadi tidak ada yang perlu aku khawatirkan. Aku ingin menjalani hidupku seperti sebelumnya. Seperti yang selalu aku lakukan. Saat aku salah melangkah, kau selalu ada untukku. Kau diciptakan untuk membawaku kembali ke jalan yang benar. Bukankah begitu?” “Kau tahu jawabanku.” Kale bersuara. “Jadi, kali ini ijinkan aku kembali menjalani hidupku lagi. Ijinkan aku berproses dan ulurkan tanganmu padaku saat aku terjatuh. Meski terdengar mudah dilakukan, aku tahu ini tidak akan mudah untuk kita jalani. Beri aku waktu untuk membuat dia tidak terlihat asing untuk kita berdua. Beri aku waktu untuk mengenal dan memperbaiki situasinya. Saat hari itu tiba, ayo kita bahas langka selanjutnya yang bisa kita ambil. Aku ingin kau juga berteman dengannya. Tolong.” Kale memandangi Brandon lama. “Kali ini kau memilih jalan yang sulit untuk dilalui.” “Ada banyak jalan mudah untuk dilalui. Namun saat kau punya segalanya, mengambil sedikit resiko tidak akan melukaimu. Jika aku terluka aku bisa kapan saja memanggilmu dan meminta bantuan. Kau selalu bisa kuandalkan.” Tangan Kale bergerak untuk mengambil botol minuman. Ia menuang alcohol ke dalam gelasnya dan Brandon. “Hidup akan menyenangkan saat kau memulai petualangan baru. Bukankah begitu?” “Kali ini kau terdengar lebih menyenangkan.” “Selama ini hidup kita terlalu biasa saja. Untuk sekali ini mari kita berbuat sesukamu dan lihat tantangan apa yang ada di depan.” “Menurutmu akan ada tantangan? Aku tidak suka hal-hal yang memicu adrenalin.” “Semua saudaramu menyukai semua yang menguji adrenalin.” “Aku bukan saudaraku. Aku tidak menyukai apa yang mereka sukai. Aku lebih suka hidup seperti ini. Tenang dan nyaman.” Kale menepuk bahu Brandon keras. “Kau masih sama.” Ia meneguk minumannya hingga tandas. “Akan selalu ada tantangan saat kau mengijinkan orang asing memasuki duniamu. Bersiaplah!” Tiba-tiba Brandon teringat wajah Sunday saat pertama kali mereka bertemu. Meski tampak frustasi, Sunday berusaha sebaik mungkin menutupinya dari Brandon. Dia tidak ingin dikasihani oleh siapa pun. “Sejujurnya, aku tidak ingin mempersulit hidupku. Kita ambil jalan paling mudah saja. Aku tidak ingin hubungan yang rumit. Aku tidak ingin menyulitkannya saat kami berteman.” “Kalian berteman? Hubungan kalian sudah sejauh itu?” Brandon mengangguk dengan polosnya. “Aku yang menyarankannya. Dia terlihat tidak punya siapa-siapa.” “Baiklah.” Kale mengangkat kedua tangan di udara. “Aku akan mengikuti permainanmu.” “Aku berjanji ini tidak akan rumit untuk kita berdua.” “Kau akan menyembunyikan jati dirimu?” “Aku akan menjadi orang normal di matanya. Hanya itu yang bisa kulakukan saat ini. Aku akan membantunya sampai dia benar-benar pulih.” Kale tidak menyahut. Pria itu bangkit, hendak membuka botol baru untuk mereka tetapi Brandon menahannya lebih dulu. “Aku tidak ingin kembali dalam keadaan mabuk.” “Kau kuat minum. Dua atau tiga botol lagi tidak akan membuatmu mabuk.” Brandon mengangkat kedua tangan ke udara. Ia lalu bangkit dari duduknya sembari berkata, “Aku serius, Kale. Aku akan segera kembali ke sana. Oh, aku butuh bantuanmu.” Kale menatap Brandon lama. “Kau benar-benar tidak akan minum lagi?” Brandon mengangguk. “Ya. Aku butuh ponsel baru untuknya. Belilah ponsel keluaran terbaru tetapi jangan terlalu mencolok. Kurasa dia harus melihat keadaan di rumahnya sebelum kembali ke tempat asalnya.” “Aku akan mencari anggur terbaik untukmu.” “Sudah kubilang. Aku tidak mau.” “Brandon…” “Kale…” “Baiklah.” “Ponsel untuk gadis itu. Aku akan ke tempatmu untuk mandi. Siapkan makan malam untuk kami.” “As you wish, Sir.” Kale mengambil napas panjang lalu meletakkan botolnya kembali. “Aku juga tidak akan minum malam ini.” “Aku tidak melarangmu, Kale. Minumlah jika kau ingin.” “Aku kehilangan selera minumku berkat dirimu.” “Itu pujian yang indah.” Brandon beranjak dari sana sembari terkekeh. Saat ini Sunday mungkin sudah menunggunya. Setelah mendapatkan ponsel, mungkin Sunday bisa sedikit melihat apa yang terjadi di tempat asalnya. Bagaimana pun gadis itu tidak bisa kembali tanpa mengetahui keadaan di sana. Brandon berharap kali ini Sunday tidak terlalu terpukul.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN