Barra terus mendekati Fely yang sejak pulang tadi mencuekan Barra dengan terus bermain hp. Fely memang sengaja memberikan Barra pelajaran. Supaya Barra tidak bisa seenak jidat lagi untuk jalan bersama Jihan disekolah. Fely menepis dagu Barra yang sedari tadi Barra simpan dibahu Fely.
"Awas ah Bar, gerah gue" ucap Fely.
"AC udah dingin banget ini, masa lo masih gerah?" tanya Barra.
"Ya, lo cari kegiatan lain kek".
"Ngapain gue? Ga ada latihan basket hari ini".
"Ngepel kek, nyapu kek, apa kek terserah lo" jawab Fely ketus.
"Lo masih marah sama gue? Kan gue udah minta maaf".
"Ada gue maafin lo? Lagian apaan, minta maaf lewat caption ig"
"Yang penting gue udah minta maaf". Fely terdiam. Ia tidak ada niatan untuk menjawab ucapan Barra.
"Dosa loh marah lama-lama sama suami". ucap Barra lagi.
"Dosa loh nyakitin istri".
Barra menghela nafasnya. Ia lupa sedang berhadapan dengan siapa sekarang. Istrinya ini tidak akan mau kalah dalam bicara. Sepertinya memang Barra harus melakukan sesuatu agar bisa membujuk Fely.
"Mau jajan ga?" tanya Barra. Semoga cara ini ampuh. Karna, biasanya wanita akan selalu mau jika diajak jajan.
"Ga mau, lagian kalo jajan ga akan lo kasih gue izin makan pedes".
Barra menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal itu. Barra bingung harus bagaimana lagi sekarang. Jika Barra mengizinkan Fely untuk makan makanan pedas, gadis itu sudah makan pedas tadi tanpa memberi tahunya. Tapi, jika tidak dituruti, Barra bisa-bisa dicuekan sampai besok pagi.
"Tadi disekolah kan lo udah makan".
"Iya, ya udah jangan ajakin gue jajan".
Barra memutar otaknya lagi sekarang. Bagaimana caranya membuat Fely tidak mencuekannya lagi. Tidak ada pilihan lain, sepertinya Barra memang harus mengizinkan Fely kembali makan pedas malam ini.
"Ya udah, lo mau apa?".
"Gue mau seblak". jawab Fely.
"Gue ga tau penjualnya dimana".
Barra memang pernah memakan seblak. Tapi, hanya bisa dihitung dengan jari. Karna Barra memang bukan pecinta pedas seperti Fely. Saat itu juga, jika bukan karna Diandra yang membuatkan untuknya saat Barra ke Bandung, mungkin Barra tidak akan tahu apa makanan khas Bandung itu.
"Gue tau".
"Ya udah ayo". Fely akhirnya menoleh pada Barra. Seketika moodnya kembali naik setelah Barra mengiyakan kemauannya sekarang. Setetelah menikah, memang Fely belum pernah memakan seblak lagi. Karna Barra yang selalu mengatur makanannya.
"Gue ganti baju dulu" ucap Fely. Tapi, Barra menahannya.
"Ga usah, beli seblak doang ini" ucap Barra. Fely menganggukan kepalanya, lalu keduanya segera keluar rumah. Tidak lupa mereka berpamitan pada Bi Inah, karna ditakutkan mereka akan pulang kemalaman.
***
Barra terus mengomentari Fely yang memesan seblak level 5 sekarang. Padahal Barra meminta Fely untuk pesan level 1 saja seperti Barra. Bahkan, Barra memesan setengah level saja untuk seblaknya.
"Fel, itu pedes banget gila" tegur Barra saat melihat semangkuk seblak dihadapan Fely yang berwarna merah sekali itu.
"Namanya juga seblak. Kalo manis mah kolak" jawab Fely.
"Tapi ga gini juga pedesnya".
"Segini mah biasa aja, gue sama temen-temen gue kadang pesen yang lebih pedes dari ini".
Barra menggelengkan kepalanya. Ia seperti berhadapan dengan setan saja. Ia berjanji pada dirinya sendiri, ini kali terakhirnya Barra mengizinkan Fely untuk makan makanan sepedas sekarang. Kedepannya, tetap harus dengan jadwal yang sudah Barra berikan pada istrinya itu.
Barra menyingkirkan mangkuk seblaknya yang belum habis ia makan. Barra benar-benar tidak kuat memakannya. Barra sudah berkeringat sekali sekarang. Rasanya ia ingin segera pulang. Tapi, Fely masih asyik menikamti seblaknya itu. Tangan Fely sudah kotor karna kuah seblaknya.
"Bar mau minum" ucap Fely.
Barra segera menyodorkan sedotan yang ada di gelas minuman yang Fely pesan. Karna tangan Fely tidak memungkinkan untuk menyentuh gelas ataupun sedotan minumannya. Barra juga meraih tangan kiri Fely, di lapnya menggunakan tisu agar tangan Fely kembali bersih.
"Lo bisa kaleman dikit ga sih makannya?" tanya Barra sambil membersihkan tangan Fely dengan telaten.
"Lo ga tau ya, ini tuh enak banget".
"Iya, nanti cuci tangan yang bener". Fely menganggukan kepalanya. Tangannya juga sudah bersih sekarang.
Setelah makanannya habis, Fely mengajak Barra untuk membeli ice cream ke mini market yang mereka lewati sebelum pulang. Kali ini, Barra tidak harus berfikir panjang untuk menuruti kemauan istrinya itu. Karna ice cream makanan manis.
"Bar, mau ice cream dong".
"Iya, nanti kalo nemu mini market ya". Fely menganggukan kepalanya.
Ia berfikir ingin memposting kebersamaannya dengan Barra sekarang. Tentu saja, memposting dengan segala kemisteriusan seperti biasanya. Fely meraih tangan kiri Barra, digenggamnya lalu ia memfoto kedua jemari yang tengah tertaut itu.
Fely dengan segera memposting kedalam insta story miliknya. Tidak lupa Fely memberikan caption layaknya pasangan pada umumnya.
Jangan tanyakan lagi berapa banyak notifikasi dm yang masuk kedalam akun instagramnya setelah Fely memposting tangan Barra dan dirinya yang tertaut itu. Fely tidak memperdulikannya. Ia memilih untuk mengamati jalan, dan memperhatikan takutnya mini marketnya terlewat.
***
"Happy?" tanya Barra pada Fely yang sedang memakan ice cream cone didalam mobil. Fely menganggukan kepalanya. Jelas ia bahagia karna hari ini ia bisa memakan makanan tanpa aturan dari Barra. Hari ini ia benar-benar melakukan semua kebiasaanya sebelum ia menikah.
"Happy banget, makasih ya" jawab Fely.
"Udah ga marah lagi kan sama gue?".
"Masih" jawab Fely singkat.
"Masih, tapi dipost ke ig tangan gue nya" sindir Barra.
"Ya ga papa. Ga akan ada yang tau itu lo".
"Gue minta maaf soal yang tadi disekolah. Gue ga enak aja nolak si Jihan gitu aja. Padahal ajakannya cuman ke kelas doang" ucap Barra.
Memang tadi Barra hanya berniat mengiyakan ajakan Jihan karna mereka satu arah saja. Lagi pula, Barra takut jika Jihan curiga kalau sampai Barra menolaknya. Barra memang sedang menjaga jarak dengan Jihan, tapi Barra tidak ingin menjauhinya secara terang-terangan. Biar saja semuanya berjalan begitu saja.
"Lo, cemburu ya?" tanya Barra hati-hati. Fely menghentikan memakan ice cream nya. Ia kini menoleh pada Barra yang duduk dikursi kemudi sambil menatapnya. Karna memang Barra belum menjalankan mobilnya sesuai permintaan Fely.
"Gue, cemburu sama si Jihan?" tanya Fely balik. Barra menganggukan kepalanya.
"Heh, ngapain gue cemburu sama dia. Gue cantik, gue semok, gue montok, gue yang dapetin first kiss lo, gue yang dapetin perjaka lo, gue yang bikin lo ketagihan sama gue. Coba lo inget, yang sering ngajak duluan siapa, hah?" Fely sudah siap mengeluarkan lagi kata-katanya untuk membandingkan Jihan dengan dirinya yang jelas-jelas banyak sekali perbedaan itu.
"Gue ini istri lo, ga akan ada seorang istri yang mau liat suaminya jalan sama cewek yang dijodoh-jodohin sama lakinya. Apa lagi tadi gue banyak banget denger orang-orang bilang kalo lo cocok sama dia. Ga tau aja bini lo lebih segalanya dari Jihan".
Barra memejamkan matanya saat Fely terus-terusan menyobongkan dirinya. Walaupun apa yang dikatakan istrinya itu benar. Tapi, apa harus Fely mengutarakan semuanya.
"Lo juga udah janji buat jauhin dia, tapi ga ada tuh gue liat lo jauhin dia". lanjut Fely lagi. Ia juga kini melanjutkan memakan ice cream nya yang sudah mulai mencair itu.
Barra memilih diam saja kembali memperhatikan Fely yang sedang memakan ice cream itu. Mengeluarkan sepatah katapun rasanya akan percuma jika Fely sedang seperti ini. Fely pasti sudah mempersiapkan jawaban jika Barra kembali berbicara pada Fely.
***
Sesampainya dirumah, Fely merasakan perutnya yang sakit. Ia terus memegangi perutnya itu, lalu ia segera pergi ke kamar mandi yang ada dikamarnya bersama Barra saat dirasakannya ada yang keluar dari bagian kewanitaannya. Sesampainya di kamar mandi, Fely segera mengeceknya. Benar saja, tamu bulanannya datang malam ini.
Setelah selesai memakai pembalut, dan mencuci celana dalamnya yang terkena darah itu, Fely segera menghampiri Barra yang sudah rebahan diatas kasur, sambil memainkan hp nya. Fely memilih untuk langsung merebahkan dirinya disamping Barra. Tangannya juga terus melingkari perutnya yang terasa sangat sakit itu.
Jika Fely tahu akan datang bulan hari ini, Fely tidak akan meminta Barra untuk menuruti keinginannya untuk memakan seblak. Karna biasanya, perut Fely akan semakin terasa sakit jika akan datang bulan tapi ia memakan makanan pedas yang cukup banyak. Melihat Fely yang merintih kesakitan membuat Barra mengalihkan pandangannya pada Fely. Didekatinya Fely yang masih meringis kesakitan. Bahkan, keringat dingin sudah bercucuran dipelipis gadis itu. Membuat Barra khawatir jika asam lambung istrinya itu kembali kumat.
"Lo kenapa? Perut lo sakit? Pasti karna lo kebanyakan makan pedes kan hari ini?" tanya Barra.
"Gue dateng bulan, perut gue sakit banget" lirih Fely yang memunggungi Barra itu.
"Bukan lambung lo yang kambuh?" tanya Barra memastikan.
"Bukan, lo mendingan diem kalo ga bisa nolongin gue" ucap Fely kesal karna Barra yang terus bertanya. Ia hanya memerlukan istirahat dan jamu datang bulan sekarang. Tapi, ini sudah malam, ia tidak mungkin harus keluar sekarang.
"Ya, gue harus ngapain? Gue ga tau kan gue bukan cewek".
"Gue mau kiranti. Tapi udah malem, masa gue harus jalan sendiri" ucap Fely.
"Terus lo nyuruh gue?" tanya Barra.
"Kalo lo mau".
"Ngga ah, gue malu" tolak Barra mentah-mentah.
"Tibang beli jamu doang. Emang ga ada hati, punya suami. Ya udah jangan banyak bacot lo. Perut gue lagi sakit banget, denger lo berisik bikin gue ga bisa istirahat". Fely berusaha memejamkan matanya sekarang. Barangkali rasa sakitnya akan sedikit mereda.
Barra masih asyik memandangi Fely yang merintih kesakitan itu. Barra ingin sekali membantu Fely, tapi jika harus membeli jamu datang bulan, Barra malu sekali rasanya. Itu kan hal untuk perempuan. Tapi, melihat Fely yang sangat kesakitan itu membuat Barra merasa tidak tega.
***
Barra sedang berada dideretan jamu datang bulan saat ini, Banyak sekali varian rasa disana. Barra tidak tahu mana yang biasa Fely minum. Tidak ingin ambil pusing, Barra memilih semua varian rasa. Karna ia juga merasa malu karna ada beberapa wanita yang melihat kearahnya. Setelah membayar ke kasir, Barra dengan segera keluar dari mini market lalu masuk kedalam mobilnya untuk kembali ke rumah.
Beberapa menit kemudian, Barra sudah sampai di rumahnya. Dengan segera Barra menaiki tangga untuk masuk kedalam kamarnya. Barra melihat Fely yang sepertinya belum tidur itu. Karna bisa Barra lihat dari tangan Fely yang masih melingkari perutnya dengan kuat.
"Fel, nih gue ga tau lo suka beli yang mana. Jadi gue beliin semuanya aja" ucap Barra sambil menaruh beberapa botol jamu datang bulan diatas nakas.
Fely yang memang belum bisa tertidur dengan lelap itu sontak membuka matanya. Ia juga melihat kearah kantung kresek yang ada disebelah kanannya. Lalu ia menoleh kearah Barra yang duduk dipinggiran kasur.
"Lo beliin buat gue?" tanya Fely. Barra menganggukan kepalanya.
"Katanya lo malu" lanjut Fely.
"Udah, cepetan lo minum biar sakitnya aga redaan dikit" ucap Barra.
Fely bangun dari rebahannya. Tangannya masih setia memegangi perutnya yang masih terasa sakikit itu. Lalu Fely membuka kantung kresek yang berisikan beberapa botol jamu. Diambilnya rasa original, lalu ia serahkan kepada Barra, meminta suaminya itu untuk membukakannya. Karna Fely benar-benar lemas sekali sekarang.
Barra menerima botol yang Fely berikan padanya. Setelah Barra membuka tutupnya, ia kembali menyerahkan jamu itu kepada Fely. Dengan dua kali tegukan, minuman jamu itu sudah habis Fely minum. Fely juga meminta Barra untuk membuang sampahnya. Karna Fely yang benar-benar lemas sekali sekarang.
Beberapa saat kemudian, Barra sudah kembali kekamarnysa setelah ia membuang sampah botol jamu dan juga ia menauh beberapa botol jamu di kulkas atas permintaan Fely. Ia segera menghampiri Fely yang sudah kembali tertidur diatas kasur. Hanya, sekarang Fely sudah tidak memegangi perutnya lagi. Mungkin, rasa sakitnya sudah reda.
Melihat Fely yang sudah terlelap, Barra memilih untuk ikut merebahkan dirinya disamping Fely. Lalu kemudian Barra terelelap sambi memeluk istrinya itu.
***
Pagi ini, Fely harus menyiapkan sarapan untuk Barra. Karna mertuanya yang belum pulang, jadi Fely meminta bi Inah untuk menyiapkan roti tawar dengan beberapa jenis selai. Tentu saja Fely sudah menyiapkan segala kenbutuhan sekolah Barra yang untung saja pagi ini tidak susah Fely bangunkan.
"Ini non s*su buat den Barra" bi Inah menaruh segelas s*su penambah otot untuk Barra. Sedangkan untuk Fely sendiri sudah disiapkan.
"Makasih bi. Bibi ga ikut sarapan?" tanya Fely.
"Ngga non, bibi udah sarapan ko". Fely menganggukan kepalanya.
"Mau bibi panggilin den Barra nya kesini non?" tawar Bi Inah pada Fely karna Barra yang tak kunjung datang kebawah untuk sarapan.
"Ga usah bi, Barra lagi mandi tadi" tolak Fely.
"Oh gitu, ya udah bibi izin ke dapur ya non" pamit Bi Inah pada Fely. Fely menganggukan kepalanya.
Selang beberapa menit, Barra sudah turun dan menghampiri Fely lalu segera duduk dikursi sebelah kanan istrinya itu. Barra menyimpan tas sekolahnya dikursi yang kosong. Lalu meminta Fely mengoleskan selai coklat pada roti tawarnya.
"Gue mau pake selai coklat" ucapnya. Fely segera mengoleskan selai pada beberapa lembar roti tawar untuk Barra. Setelah itu ia melakukan untuk dirinya sendiri.
"Bar, seminggu ini gue bakalan latihan. Kan kompetisinya tinggal beberapa hari lagi" ucap Fely setelah ia memakan beberapa supan roti tawar.
"Pulangnya sama yang lain?". Fely menganggukan kepalanya.
"Seminggu ini kan?" tanya Barra lagi. Fely menganggukan kepalanya lagi.
"Uang jajan lo aman?" tanya Barra lagi.
"Aman, tapi kalo mau nambahin juga ga papa. Gue terima banget hahaha" jawab Fely yang diakhiri gelak tawa. Barra mendecih. Padahal, Fely tinggal meminta saja padanya jika gadis itu mau.
Barra mengeluarkan dompetnya. Ia juga mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan lalu diserahkannya pada Fely. Tentu saja Fely menerimanya dengan senang hati. Tidak ada manusia yang tidak akan senang jika diberi uang yang banyak.
"Segitu cukup?"
"Udah cukup, kebanyakan malah" jawab Fely yang segera mengantongi uang jajan yang baru saja Barra berikan padanya.
Enak juga rasanya menjadi seorang istri. Habis uang, tinggal laporan pada suami. Yang lebih enak lagi adalah, Barra yang selalu menawarinya uang, bukan Fely yang memintanya pada pria itu.
Selesai sarapan, Fely dan juga Barra bergegas pergi kesekolah. Seperti biasa, Fely menyalami tangan Barra terlebih dahulu, lalu Barra mencium kening Fely sebelum keduanya masuk kedalam mobil masing-masing. Mengendarai mobil mereka secara beriringan sudah menjadi hal biasa bagi keduanya.
Karna dengan begitu, Barra bisa menastikan tidak adanya kendala pada Fely saat istrinya itu mengendarai mobil saat berangkat kesekolah.
***
TBC.
I hope you like the story
Don't forget to vote and comment
See you in the next part