Jam pulang sekolah, Fely beserta anggota dance nya sudah bersiap latihan. Tapi, kali ini Indira meminta anak asuhnya itu untuk berlatih di lapangan indoor. Katanya, untuk menguasai tempat, karna lapangan indoor yang sangat luas itu akan menjadi tempat kompetisi berlangsung.
Selesai berganti pakaian, semua anggota dance bersama Indira memasuki lapangan indoor, yang ternyata di sana ada anggota basket yang sedang ekskul. Tentu saja ada aggota cheerleader disana untuk menyemangati tim basket tentunya.
Saat berjalan melewati lapangan yang dipakai untuk ekskul basket, mata Fely dan Barra bertemu. Tapi, dengan cepat mereka menormalkan kembali keadaan agar tidak ada yang curiga terhadap mereka.
Saat anggota dance memulai latihan mereka, anak-anak basket memilih untuk menghentikan latihannya. Mereka memilih untuk melihat para anak-anak dance menari. Coach mereka juga tidak memprotesnya, karna memang ini suatu hal yang jarang sekali terjadi.
Saat duduk dipinggiran lapangan, Barra menerima minum dari Jihan. Barra ingin sekali menolaknya, tapi ia bingung harus berkata apa pada perempuan yang kini malah duduk disampingnya.
"Nih, buat kamu" ucap Jihan. Barra tersenyum kikuk. Matanya melihat kearah Fely yang sedang menatapnya tajam. Beruntung, Fely tidak terganggu konsentrasinya sekarang. Jika Fely menjadi tidak fokus, bisa-bisa Fely terjatuh atau salah gerakan.
"Makasih, tapi lo ga usah repot-repot. Gue udah bawa minum sendiri" jawab Barra sekenannya. Barra memang diberi satu borol minuman isotonik oleh Fely tadi saat Barra berganti pakaian. Karna memang Barra yang memberi pesan pada Fely jika Barra juga ada ekskul d*dakan hari ini.
"Buat gue aja" ucap Kamal lalu merebut minuman yang Jihan berikan pada Barra.
"Ga papa kan, Han? Si Kamal juga aus" ucap Barra. Terlihat ekspresi Jihan yang kecewa. Tapi, Jihan menyembunyikannya dengan apik. Ia tidak bisa melarang Barra untuk berbagi.
"Oh, iya ga papa ko" jawab Jihan.
Jihan hendak menyenderkan kepalanya pada Barra. Tapi, dengan segera Barra bangkit berdiri dan meminta izin untuk ke kamar mandi.. Padahal, itu alibinya saja agar bisa menghindari Jihan. Barra masih mengingat kejadian kemarin, dimana Fely mencuekannya habis-habisan dan berujung dengan Barra yang membujuk Fely dengan kemauan gadis itu yang jelas-jelas Barra larang.
"Gue, mau ke kamar mandi dulu" ucap Barra lalu segera meninggalkan lapangan.
Melihat Barra yang pergi, membuat Jihan merasa kesal sendiri. Padahal, JIhan ingin berdekatan dengan Barra. Dan membiarkan banyak orang yang mendukung keduanya. Karna, sejak Barra sering megupload foto kebersamaan dengan wanita lain, fans BAHAN yang ada disekolah sedikit demi sedikit berkurang.
Walau masih ada yang mendukung keduanya, tetap saja tida semembludak kemarin-kemarin. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang mendoakan Barra segera meninggalkan wanitanya demi Jihan.
Setelah latihan dua kali, anggota dance memilih untuk istirahat sejenak sebelum mereka kembali menari. Barra yang baru datang lagi itu sontak mengikuti ajakan dari Kamal yang ingin menghampiri anak-anak dance. Dengan begitu, Barra bisa menghindari Jihan. Karna, tidak mungkin Jihan mau ikut bergabung dengan mereka.
Barra dengan segera duduk disebelah Fely sebelum Kamal duduk disana. Walau Kamal terus mengatainya, Barra tidak peduli. Ntah kenapa, sekarang Barra tidak rela jika sahabatnya itu menggoda Fely apa lagi berusaha untuk mendekati istrinya itu. Sayang, status mereka sangat dirahasiakan. Jadi, Barra tidak bisa mencegah sahabatnya itu untuk mendekati Fely.
"Fel, saya ada urusan sebentar. Selesai istirahat 30 menit ini, kamu atur anggota kamu buat latihan lagi ya. Terus, kalian jangan dulu pulang sebelum saya balik. Ada beberapa yang harus saya sampaikan" ucap Indira yang kebetulan duduk disamping Fely.
"Oke siap coach" jawab Fely. Lalu setelah itu Indira segera pergi.
"Lo masih lama?" tanya Barra pada Fely. Fely menoleh dan memberikan kode pada Barra karna teman-temannya kini menoleh kearah mereka berdua.
"Ngapain lo nanya gitu ke ayang gue?" tanya Kamal kesal pada Barra.
"Eh, ng...ngga gue cuman tanya aja. Kan kalo masih lama kita bisa minta coach buat ekskulnya lebih lama lagi. Kan lo juga yang untung bisa liat Fely" jawab Barra berbohong. Ia terus mengutuki dirinya sendiri yang bisa-bisanya dengan ceroboh bertanya layaknya mereka sedang dirumah.
"Oh iya ya?" tanya Kamal balik. Beruntung, Kamal gampang tergoda dengan ucapan Barra barusan.
"Heh, sejak kapan gue jadi ayang lo?" tanya Fely.
"Sejak gue suka sama lo" jawab Kamal dengan PD nya.
"Najis, gue ga mau sama lo"
Semuanya tertawa melihat Fely yang menolak Kamal secara terang-terangan itu. Ditambah dengan ekspresi Kamal yang sangat menyedihkan itu.
"Eh Bar, liat tuh si Jihan kayanya cemburu liat lo disini" ucap Nizam yang melihat Jihan keluar dari lapangan indoor tepat saat Barra bertanya pada Fely. Barra dan Fely mengikuti arah pandangan Nizam sekarang.
"Terus?" tanyanya.
"Ga papa" jawab Nizam lagi.
Dalam hatinya, Fely sangat puas melihat Jihan sekarang. Siapa suruh selalu berusaha mendekati suaminya itu. Jihan salah mendekati pria yang sudah menjadi milik Fely. Karna, Fely tidak akan pernah mau berbagi soal pasangan.
"Fel, lo mau beli minum ga?" tanya Kai yang sudah bangkit berdiri bersama Nindi.
"Mau tapi mager jalannya" jawab Fely.
"Kak Fely, aku mau kekantin dulu ga papa?" tanya Mira lebih ke minta izin pada Fely karna memang mereka selalu pamit pada Fely sebagai rasa hormat mereka pada Fely yang merupakan leader serta kakak kelas mereka.
"Oh iya. Balik lagi setengah jam ya" jawab Fely. Setelah itu Mira pergi bersama Tias.
"Lo mau nitip apa?" tanya Kai pada Fely.
"Terserah lo deh, uangnya ada ditas gue".
"Ini aja dulu" setelah itu giliran Kai bersama Nindi yang pergi meninggalkan lapangan.
***
Sementara dikantin, Jihan memang pergi kesana bersama Laras teman cheerleader nya. Laras adalah salah satu siswa yang termasuk pada BAHAN. Memang Laras sangat mendukung sekali hubungan teman ekskulnya itu dengan Barra.
"Han, ko ga sama Barra? Biasanya barengan loh kalo ekskul" ucap Laras.
"Oh, ga papa lagi ngga aja" jawab Jihan sekenannya.
"Lo jauh ya sama dia?",
"Ngga, buktinya kemarin kita barengan kekelas".
"Soal foto Barra sama cewek kemarin?". Jihan menoleh. Bohong jika Jihan berkata tidak mengetahui tentang postingan pria itu kemarin. Karna, Jihan selalu menstalking akun inst*gram Barra.
"I.. itu kayanya sodaranya dia deh. Karna kata Barra dia ada sodara cewek gitu tapi di Bandung".
"Tapi, dia kasih emot love loh".
"Ya.. ga papa lah. Lagian, gue sama dia kan ga ada apa-apa".
"Lo ga pernah mau gitu nanya, dia suka sama lo apa ngga?".
"Ngapain? Dengan dia perhatian lebih aja udah bisa buktiin kan?". Laras hanya menganggukan kepalanya. Sebagai fans BAHAN yang baik, ia hanya mendukung apa saja yang menjadi keputusan keduanya. Walau, Laras sangat berharap jika Barra dan Jihan segera meresmikan dan memberi tahu publik jika mereka berpacaran.
"Eh, abis ini latihan lagi ga?" tanya Laras.
"Tergantung anak basket". Laras kembali menganggukan kepalanya.
***
Mobil Barra dan Fely beriringan masuk kedalam garasi mobil setelah Pak Muh membukakan gerbang yang menjulang tinggi di rumah Barra. Memang Barra tadi meminta pulangnya untuk berbarengan dengan anggota dance. Keduanya kini segera bergegas masuk kedalam kamar karna Fely yang sudah tidak betah dengan pakaiannya.
"Mandi bareng aja, gue juga gerah" teriak Barra saat Fely memasuki walk in closset untuk membawa bajunya dan juga Barra.
"Gue lagi dateng bulan. Lo mau liat gue bersihin pembalut?" tanya Fely setelah ia keluar dari walk in closset dan menghampiri Barra.
"Oh iya ya gue lupa".
"Nyalain AC dong" titah Barra sebelum istrinya itu masuk kedalam kamar mandi. Setelah itu, Barra merebahkan tubuhnya diatas sofa. Karna Fely pernah memarahinya saat baru pulang dari bermain basket, dan Barra yang langsung rebahan diatas kasur. Dimana kasur itu baru saja Fely ganti sprei nya.
Beberapa saat kemudian, Fely sudah selesai mandi. Dilihatnya Barra yang terlelap diatas sofa, dengan hp pria itu yang ada diatas d*da. Sepertinya Barra ketiduran saat menunggunya selesai mandi. Fely segera menghampiri suaminya itu. Hendak membangunkan Barra yang katanya ingin mandi itu.
Tapi, fikiran Fely berubah saat ia mengambil hp Barra diatas d*da suaminya itu. Ntah kenapa, Fely sangat kepo dengan isi Wh*tsApp suaminya itu. Tanpa fikir panjang, Fely membuka hp Barra yang menggunakan sandi tanggal pernikahan mereka karna Barra yang memberi tahunya saat mereka sehari menikah.
Jemari Fely dengan lihainya membuka aplikasi pesan singkat itu. Fely tersenyum miring saat banyak sekali pesan dari Jihan yang masuk kedalam hp suaminya itu. Untung saja, Barra tidak membalasnya. Bahkan, untuk membacanya saja tidak. Fely dengan sengaja membaca isi chatt yang Jihan kirim padanya.
Fely tersenyum miring kala melihat banyaknya permintaan Jihan untuk berangkat dan pulang sekolah dengan Barra. Bahkan, banyak sekali panggilan tak terjawab dari gadis itu. Setelah puas membaca semua isi pesan Jihan, dan beberapa pesan dari wanita yang lainnya yang sama sekali tidak Barra respon itu, Fely memilih untuk menyimpan hp Barra diatas meja kecil yang berada disebelah sofa. Diatas meja itu juga ada foto dirnya dan Barra saat menikah.
"Bar, bangun mandi dulu" Fely menepuk-nepiuk pelan pipi Barra.
"Eugh.." rengkuh Barra saat ia membuka matanya secara perlahan.
Dilihatnya Fely yang sedang duduk disamping sofa yang ia tiduri. Dan tangan gadis itu yang masih memegangi pipinya.
"Lo udah selesai?" tanya Barra dengan suara serak khas bangun tidurnya itu.
"Udah".
"Siap-siap ya, makan malem diluar aja. Kasih tau bibi biar ga masak" ucap Barra lalu ia bangkit dari rebahannya. Fely hanya menganggukan kepalannya saat Barra mengajaknya jalan itu.
***
Fely melihat kearah sekeliling saat dirinya dan juga Barra sudah berada di restoran ternama di Jakarta. Restoran berbintang lima ini, yang pengunjungnya mayoritas dari orang yang tajir melintir. Tidak pernah terlintas difikirannya akan bisa menginjakan kaki disini. Barra meraih jemarinya untuk digenggam. Barra juga membawa Fely ke ruang VIP yang rupanya sudah Barra booking. Memang tajir sekali suaminya ini. Sungguh anugrah bagi Fely bisa merasakan ketajiran Barra sekarang.
Selain membooking tempat, rupanya Barra juga sudah memesan beberapa makanan yang paling mahal disini. Jadi, saat Barra dan Fely masuk kedalam ruangan VIP, makanan mereka sudah ada dan keduanya hanya tinggal menyatap saja. Fely duduk dikursi yang baru saja Barra tarik untuknya. Sedangkan Barra kini sedikit berjalan untuk duduk didepan Fely yang hanya terhalang meja kecil didepan mereka.
"Lo niat banget siapin ini. Terus, kapan lagi bookingnya?" tanya Fely yang selalu dibuat takjub oleh Barra jika mereka akan makan malam diluar.
"Lo sering gini juga ya ke mantan-mantan lo?" tanya Fely lagi.
"Jangan banyak tanya. Lo makan aja itu, keburu dingin" ucap Barra.
Fely memanyunkan bibirnya saat Barra tidak mau menjawab pertanyaannya. Melihat Barra yang sedang menyantap makanan itu membuat Fely ikut menyantap makanannya juga. Perutnya juga sudah lapar sekarang.
***
Selesai makan malam, Fely dan Barra melanjutkan jalan-jalan ke taman yang berada didekat restoran tempat mereka makan. Fely yang meminta Barra agar mereka tidak melanjutkan pergi ke mall, karna Fely sudah bosan jika harus ketempat itu. Melihat taman yang cukup ramai dan banyak sekali penjual aksesoris anak kecil membuat Fely tertarik untuk mendatangi taman itu.
Memang, jika dilihat keduanya terlalu rapi jika hanya untuk jalan-jalan ditaman saja. Fely yang mengenakan dress berwarna navy selutut, heels setinggi 5cm, tas bahu yang berwarna cream sesuai warna heelsnya. Rambut yang sengaja ia curly serta bando pita kecil berwarna cream pula. Sangat terlihat cantik dan elegan sekali dengan liontin yang Barra berikan diseserahan pernikahan mereka.
Sedangkan Barra memakai kemeja warna navy juga, dengan corak garis kecil dibagian sebelah kanan. Memang jika dipadukan, keduanya sangat serasi sekali malam ini.
Fely menarik tangan Barra untuk mendekati penjual Bubble Gun yang dimana banyak sekali anak kecil disana yang membeli benda itu. Barra sebernarnya tidak ingin membeli benda itu jika Fely tidak merengek padanya meminta dibelikan. Alhasil, istrinya itu sekarang sedang asyik dengan mainan barunya.
Barra hanya bisa menggelengkan kepalanya saat melihat Fely yang kegirangan memainkan mainan barunya yang menghasilkan gelembung-gelembung kecil yang banyak. Barra juga mengambil beberapa potret Fely yang sedang tersenyum bahagia itu.
Benar kata orang-orang, jika bahagia itu sederhana. Dengan mainan Bubble Gun nya itu, Fely merasa senang sekali. Ia tidak peduli dengan orang-orang yang menatapnya. Yang terpenting, kebahagiaan untuk dirinya sendiri dan tidak merugikan siapapun.
Melihat Fely yang bahagia, ntah kenapa hati Barra terasa tenang sekali. Bahkan, ia ikut bahagia dibuatnya. Ia kini menghampiri Fely yang berjarak 2 meter dari tempatnya berdiri sekarang.
"Masih asyik?" tanya Barra.
"Iya, happy banget gue" jawab Fely. Barra tersenyum.
"Disana gue liat ada penjual ice cream, mau ga?" tanya Barra sambil menunjuk kearah utara.
"Mau" jawab Fely dengan semangat.
Beberapa menit kemudian, Fely dan Barra sudah memegang satu cone ice cream masing-masing. Keduanya juga duduk dikursi taman yang kosong. Menikmati orang yang lalu lalang didepan mereka tanpa henti.
"Ck, lo kaya anak kecil aja makannya" ucap Barra saat melihat ada ice cream disekitaran bibir Fely. Ia juga dengan spontan mengelapnya menggunakan jarinya.
Dag dig dug
Jantung keduanya berdegup kencang sekarang tepat saat mata keduanya bertemu. Ini bukan kali pertamanya mereka berjarak begitu dekat. Bahkan, mereka juga sudah sering melakukan hubungan suami istri. Tapi, kenapa tatapan kali ini sangat membuat detak jantung mereka berdebar sangat kecang sekali?.
Fely memerjapkan matanya saat kesadarannya sudah kembali. Ia juga mengelap pinggiran bibirnya saat Barra sudah melepaskan jari tangannya disana. Keduanya sangat salah tingkah sekarang. Barra menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal itu, sementara Fely yang langsung memakan kembali ice cream coklatnya.
"L-lo mau apa lagi?" tanya Barra untuk mencairkan suasana yang tiba-tiba menjadi canggung ini.
"Terserah lo aja" jawab Fely sekenannya.
"Ada yang mau dibeli ga?". Fely menggelengkan kepalanya. Karna memang kebutuhan mereka masih ada. Mungkin dua atau tiga hari kedepan baru Fely akan mengajak Barra untuk belanja bulanan.
"Mau langsung pulang aja?" tanya Barra lagi.
"Iya, kalo lo ga ada yang mau dibeli juga" jawab Fely. Barra menganggukkan kepalanya.
Setelah ice cream mereka habis, Barra meraih tangan Fely untuk digenggamnya menuju parkiran. Barra membukakan pintu mobil untuk Fely sekarang. Setelah istrinya itu berada didalam mobil, Barra memutari bagian depan mobil untuk diriinya masuk kedalam mobil dan duduk dikursi kemudi. Melajukan mobilnya secara perlahan meninggalkan area taman.
Diperjalanan, Barra melihat kearah Fely yang sudah terlelap disampingnya. Barra menepikan rambut yang menutupi wajah Fely saat ia mobilnya terhenti karna lampu merah.
"Fely, Fely. Coba muka lo itu setenang pas lo tidur. Pasti makin banyak yang mau sama lo" ucap Barra.
"Mungkin juga, gue makin mudah dan cepet banget sayangnya sama lo" lanjutnya.
Kini, Barra kembali melajukan mobilnya saat lampu lalu lintas sudah berwarna hijau. Melaju kembalinya mobil Barra kali ini tidak menggoyahkan sedikitpun tidur Fely. Gadis itu masih saja tertidur dengan nyenyak. Sepertinya Fely sangat kecapean hari ini. Mengingat gadis itu yang pulang sore sekali, dan Barra malah mengajaknya untuk keluar malam ini. Bahkan, sekarang jam sudah menunjukan pukul 10 malampun keduanya belum sampai dirumah.
***
TBC.
I hope you like the story
Don't forget to vote and comment
See you in the next part