Hari ini merupakan hari pemberangkatan ke Bandung. Fely dan Barra mengambil izin di hari yang berbeda, sesuai dengan apa yang mereka rencanakan tempo hari. Ya, Barra sudah mengambil izin dari kemarin, sedangkan Fely hari ini. Tepat di hari keberangkatan mereka.
Keberangkatan ke Bandung kali ini menggunakan satu mobil saja. Dengan Barra yang menyetir sedangkan Heru duduk didepan. Sedangkan Fely dan Lita duduk manis dibelakang.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 3 jam, jarak Jakarta Selatan-Bandung, Barra dengan kedua orang tua dan istrinya sudah tiba di kediaman rumah Oma Ratu, dimana acara pernikahan akan dihelat. Mereka juga segera mendatangi Oma Ratu dan keluarga yang lain.
"Oma" Seru Barra lalu memeluk Oma Ratu, Fely hanya mengekori dari belakang saja.
"Tante Fely, Om Balaaa" Teriak seorang anak lelaki, siapa lagi jika bukan Gavin. Gavin segera memburu kepelukan Fely yang sedang berdiri didekat Barra. Bahkan, Fely belum sempat untuk menyalami Oma Ratu, karna Gavin yang sudah memeluk kedua kakinya.
"Gavin, i miss you so much" ucap Fely.
"Altinya apa tante?" tanya Gavin karna ia belum belajar bahasa Inggris. Fely berjongkok untuk menyertarakan ketinggiannya dengan Gavin.
"Tante kangen banget sama Gavin" jawab Fely lalu mencium pipi Gavin.
"Gue ko ga dicium?" protes Barra pada Fely. Fely menoleh sebentar pada Barra yang masih setia memeluk Oma Ratu.
"Kamu nih ya, sama anak kecil aja cemburu" tegur Oma Ratu.
"Gavin juga kangen sama tante" Gavin mencium pipi Fely.
"Gavin itu punya om" protes Barra lagi saat melihat Gavin dengan mudahnya mencium Fely didepan semua orang yang ada disini. Barra juga segera memeluk Fely kali ini. Tidak ingin kalah dengan anak kecil yang satu ini. Fely hanya bisa menggelengkan kepalanya saat tubuhnya menjadi rebutan Barra dan juga Gavin. Begini amat resiko orang cantik, ucap Fely dalam hati.
"Eh, eh, eh ada siapa ini?" tanya seorang ibu-ibu seusia Lita. Barra dan Fely mendongkak kearah atas guna melihat siapa yang bertanya pada mereka. Atau bahkan, mungkin hanya bertanya pada Barra saja. Karna Fely sama sekali tidak mengenalnya.
Barra melepaskan pelukannya terhadap Fely, sedangkan Fely menuntun Gavin untuk menemui Oma Ratu, karna Fely yang belum menyapanya. Barra kini memilih untuk berdiri dan menyalami tangan wanita yang bertanya padanya tadi.
"Tante Desi, apa kabar?" tanya Barra.
"Baik Barra, kamu tambah ganteng ya. Alina masih sekolah, bentar lagi pulang" jawab Desi yang merupakan ibu dari Alina, teman semasa kecil Barra. Dan sosok perempuan yang ada di inst*gram Barra, yang pernah Fely tanyakan dulu.
Fely memasang telinganya kala Desi menyebutkan nama perempuan lain. Jangan tanyakan ekspresi Fely saat ini. Oma Ratu yang duduk didekat Fely, lantas berdiri dan menuntun Fely untuk berdiri didekat Barra.
"Desi, kenalin ini Fely, istrinya Barra. Cantikkan?" ucap Oma lalu bertanya.
Terlihat ekspresi yang sulit untuk diartikan pada wajah Desi. Tapi, Fely cukup puas saat melihat Desi yang sedari tadi tersenyum melihat Barra, kini malah diam membisu.
"Istri? Bukannya Barra masih sekolah ya, kaya Alina?" tanya Desi.
"Iya, mereka masih sekolah kenapa?"
"Ga papa oma, aneh aja".
"Apanya yang aneh atuh? Justru ini teh bagus, terhindar dari zina Barra sama Fely mah" ucap Oma Ratu membela Fely dan juga Barra. Dalam hatinya, Fely terus mengucapkan rasa trimakasih pada Oma Ratu yang sudah membelanya habis-habisan. Belum lagi, saat melihat ekspresi Desi yang sangat membuat Fely puas.
"Fely, Barra kalian istirahat dulu ya. Diandra udah siapin kamar buat kalian berdua" ucap Oma Ratu lagi. Barra dan Fely menganggukkan kepala mereka. Setelah itu, Barra menuntun Fely untuk menemui Diandra, dan masuk kedalam kamar yang sudah disiapkan untuk mereka.
***
Fely sedang membereskan baju-bajunya bersama Barra kedalam lemari yang sudah disediakan. Sedangkan Barra asyik dengan hp nya, dan rebahan diatas tempat tidur yang nantinya akan mereka berdua tiduri selama mereka disini.
"Fel, sini deh" ajak Barra pada Fely yang baru selesai dengan beberesnya. Dengan malas, Fely mendekati Barra, lalu tidur dengan tangan Barra menjadi bantalan.
"Gue ngantuk, tapi gue ga bisa tidur" ucap Fely.
"Tidur aja, acara pengajian sama siramannya juga sore, masih ada waktu lah" jawab Barra.
"Ga bisa, nanti kepala gue pusing".
"Ya udah, lo mau apa?" tanya Barra. Fely seperti memikirkan sesuatu. Tapi, tidak ada solusi untuk kondisinya kali ini.
"Ga tau" jawab Fely.
"Ya udah, ikutin gue aja" ucap Barra.
Dalam otaknya, Barra sudah ingin meminta hak nya pada Fely. Lantas, ia segera melaksanakan keinginannya itu. Sedangkan Fely hanya mengikutinya saja. Karna, sudah Fely yakini, jika Barra tidak mau Fely tolak untuk hal ini.
***
Tepat setelah sholat ashar, acara siraman dan pengajian sebelum hari pernikahan sudah dimulai. Acara pertama dari prosesi siraman adat Sunda adalah calon pengantin yang ‘diais’ atau ‘digendong’ oleh sang ibu secara simbolis dari kamarnya menuju ke tempat sungkeman. Sementara sang ayah berjalan di depan keduanya sambil membawa lilin.
Setelah sampai di tempat sungkeman, sang ayah akan ngecagkeun aisan atau melepaskan gendongan calon pengantin dari sang ibu. Prosesi ini melambangkan bahwa kedua orangtua yang selama ini bertanggung jawab terhadap sang anak dan seorang ayah yang merupakan penerang keluarga, akan menyudahinya dan menyerahkan tanggung jawab kepada calon pengantin pria.
Prosesi dilanjutkan dengan meleum palika, yaitu menyalakan lilin sebanyak 7 buah yang melambangkan pelita atau penerangan. Jumlah ini juga bermakna sebagai rukun iman dalam Islam, serta jumlah hari dalam satu minggu.
Acara selanjutnya adalah dipangkon atau prosesi di mana calon pengantin duduk di pangkuan kedua orang tuanya. Prosesi ini menyimbolkan bahwa kasih sayang orang tua kepada anaknya tidak terbatas.
Setelah dipangkon, calon mempelai berlutut dan melakukan sungkeman ke kedua orang tuanya. Acara ini biasanya berisi ucapan isi hati sang anak seperti ucapan terima kasih dan permohonan doa restu kepada orang tuanya. Kedua orang tua juga akan memberikan nasihat dan petuah untuk membangun rumah tangga yang langgeng dan harmonis.
Sungkeman dilanjutkan dengan ngaras atau membasuh kaki kedua orang tuanya. Hal ini menyimbolkan bahwa sang anak akan selalu berbakti kepada orang tuanya. Setelah itu, calon pengantin akan menyemprotkan minyak wangi yang melambangkan bahwa sang anak akan selalu membawa nama baik keluarga di manapun mereka berada.
Acara pun berlanjut dengan pencampuran air siraman oleh kedua orang tua calon pengantin. Air siraman dicampurkan dengan 7 jenis bunga yang memiliki wangi atau dikenal dengan istilah ‘kembang setaman’. Air dan bunga tersebut bercampur di dalam sejenis kendi yang disebut dengan bokor.
Puncak prosesi siraman adat Sunda adalah di mana keluarga harus menyiapkan 2 kain sarung, 2 selendang batik, 1 handuk, baju melati, kebaya, bandana melati, lilin, dan payung besar.
Dalam prosesi ini, kedua orang tua akan menuntun calon pengantin menuju tempat siraman, lantunan musik suling dan kecapi mengiringinya. Selanjutnya calon pengantin harus menginjak 7 kain yang terbentang dari lokasi sungkeman ke tempat siraman. Prosesi ini berisi harapan agar calon pengantin selalu memperoleh anugerah kesehatan, ketakwaan, ketabahan, dan pendirian yang kuat.
Rangkaian demi rangkaian telah dilakukan, sampai diadakannya acara pengajian, semua anggota keluargapun berkumpul. Dan disanalah Fely bertemu dengan Alina, teman semasa kecil Barra. Alina seperti malu-malu saat bertemu dengan Barra. Belum lagi, saat Alina melihat Fely. Sebagai perempuan, Fely sangat merasakan jika Alana memiliki ketertarikan pada Barra. Tapi, beruntungnya Barra tidak sedikit menghiraukannya.
"Al, katanya kangen sama Barra?" tanya Bian saat mereka berkumpul. Keluarga Alina memang cukup dekat dengan keluarga Barra di Bandung. Jadi, tidak heran jika keluarga Alina berada ditengah-tengah keluarga besar Barra yang tinggal di Bandung.
"Apaan sih" jawab Alina yang merasa tidak enak pada Fely.
"Tau lo. Fel katanya ngantuk, mau tidur sekarang ga?" Barra berusaha untuk mengajak Fely keluar dari kerumunan keluarga Barra. Terutama menjauhkan dari Bian, karna ditakutkan Bian mengucapkan hal-hal yang tidak diinginkan.
"Kalo lo masih mau disini juga ga papa" jawab Fely. Karna Fely mengerti jika Barra juga membutuhkan waktu berkumpul dengan keluarganya yang ada di Bandung.
"Ya udah, kalo ngantuk bilang ya?" tanya Barra. Fely menganggukkan kepalanya.
***
Keesokan harinya, acara akad akan dilaksanakan. Barra meminta tolong Fely untuk memakaikan kain sejenis samping dipinggangnya. Untung saja Fely sudah melihat tutorial di YouTube. Jadi, ia bisa memasangkannya untuk Barra. Karna, Fely sendiri sudah memakai kebaya yang saat itu ia kecilkan.
"Widih, ganteng" puji Fely pada Barra saat Pangsi, baju adat sunda sudah rapi Barra pakai.
"Iya lah, suami siapa dulu?" tanya Barra sedikit bercanda.
"Foto dong" pinta Fely. Keduanya melakukan foto selfi berdua sampai puas. Lalu, segera keduanya keluar untuk berkumpul dengan keluarga besar Barra yang lain.
Upacara mapag panganten dimulai ketika pengantin laki-laki serta rombongan telah datang ke lokasi pernikahan. Pengantin laki-laki didampingi orang tua dan keluarganya datang beriringan. Rombongan harus menunggu kesiapan pihak keluarga pengantin perempuan yang akan mapag (menyambut).
Setelah semuanya siap, Ki Lengser (penetua adat) yang bertindak sebagai pemimpin upacara memberi tanda kepada para panayagan (pemain musik), pager ayu (penari), punggawa (prajurit penjaga), dan pihak keluarga pengantin perempuan yang akan menyambut kedatangan pengantin laki-laki.
Ki Lengser mempersilahkan para punggawa untuk mengawal pengantin laki-laki beserta rombongan. Setelah terjadi percakapan antara Ki Lengser dengan ketua rombongan, para pager ayu (penari) yang terdiri dari enam orang kemudian menyambut kedatangan rombongan dengan tarian dan tabur bunga. Setelah itu dilaksanakannya upacara seserahan, lalu akad dilaksanakan. Setelah itu barulah resepsi.
Barra tidak hentinya menggenggam tangan Fely saat acara resepsi ini. Harus diakui jika banyak sekai lelaki yang banyak memperhatikan kecantikan Fely. Ingin sekali rasanya Barra menegur semua tamu undangan yang dengan bebasnya bisa melihat Fely. Padahal, dari pakaian saja Barra dan Fely sudah serasi. Belum lagi, tangan Barra yang tidak mau melepaskan tangan Fely.
"Tempat lo disamping gue" ucap Barra sedikit berbisik.
"Barr, kenalin dong siapa dia?" tanya Juna, salah satu temannya yang diundang ke acara pernikahan sepupu Barra ini.
"Punya gue" ucap Barra lalu melengos membawa Fely menjauh dari temannya. Fely terkekeh melihat Barra yang cemburu seperti ini. Walau, Barra tidak mengucapkannya secara gamblang.
***
Fely dan Barra sedang menyantap makanan berat yang disediakan diacara pernikahan. Fely terus menggoda Barra yang sampai saat ini bersungut-sungut karna masih banyak yang memperhatikan Fely.
Memang, patut diakui, jika Fely terlihat sangat cantik sekali kali ini. Dengan kebaya yang sangat cantik dan cocok sekali Fely pakai. Rambut yang di gelung dengan poni yang menutupi dahinya. Serta makeup yang tidak terlalu berlebihan. Tidak lupa dengan pemilihan warna soflens yang sesuai dengan wajahnya.
Kemana saja Barra selama ini? Tidak bisa melihat kecantikan Fely? Selama ini, ia fikir Jihanlah yang tercantik disekolah. Ternyata, ada yang lebih cantik darinya yaitu Fely, istrinya sendiri.
"Udah tenang aja, ga akan kegoda gue sama mereka. Mereka belum tentu sekaya lo" ucap Fely yang sejak tadi memperhatikan gelagat Barra.
"Lagian kenapa sih lo harus dandan?" Tanya Barra.
"Ini Acara pernikahan sepupu lo. Ya kali ga make up. Lagian kalo dekil, nanti lo juga yang malu. Ntar dikira lo ga ada modal buat bikin gue cantik" jawab Fely. Memang aneh-aneh saja Barra ini. Ke acara pernikahan masa iya tidak merias diri. Apa kata orang-orang nantinya.
"Neng, kursi disebelah teh kosong kan?" Tanya seorang pemuda, bisa diperkirakan berusia 25thn. Fely menoleh, lalu tersenyum.
"Iya kosong mas" jawab Fely ramah.
"Boleh atuh ya saya teh duduk disini?" Tanyanya lagi.
"Iya mas silahkan" jawab Fely tidak lupa dengan keramahannya. Tidak seperti biasanya, membuat Barra mendengus kesal.
"Mas, bisa sedikit geser ga jangan deket banget sama istri saya?" Tanya Barra kesal.
"Barra.." tegur Fely.
"Oh, neng teh udah nikah? Saya kirain teh belum soalnya masih muda" Tanya pria itu.
"Iya mas" jawab Fely.
"Mas, kalo mau cari pacar yang jomblo ya jangan ke istri orang" tegur Barra.
"Maafin ya mas, suami saya agak sensi emang" jawab Fely.
"Ga papa neng, wajar neng nya cantik sekali" puji Pria itu. Fely hanya bisa tersipu malu.
"Pergi yu, cari yang lain" Barra menarik lengan Fely lalu keduanya segera pergi dari tempar mereka duduk sekarang. Walaupun makanan Fely dan Barra belum habis.
Fely hanya bisa terkekeh melihat Barra seperti ini. Karna, biasanya Fely yang merasakannya. Hari ini, malah Barra yang merasa kepanasan sendiri.
***
TBC.
I hope you like the story
Don't forget to vote and comment
See you in the next part