Part 52

1196 Kata
Selepas makan malam, Fely dan Barra memilih untuk segera tidur, walau kenyataannya mereka berdua hanya ingin menghindari keluarga besar Barra saja. Karna, sepupu Barra yang seumuran dengannya terus mengejek soal kedekatan Barra bersama Alina. Membuat Fely terus memelototinya. Padahal, niat sepupu Barra hanya bercanda saja. Terlepas dari semua itu, Fely kini tengah menggoda Barra. Karna, Barra yang terlihat sangat begitu cemburu pada Juna, yang dimana terus berusaha menggoda Fely. Walaupun dia tau Barra adalah suaminya. Sepertinya, Juna memang sengaja ingin merebut Fely darinya. "Diem ah Fel, mendingan lo tidur aja sih" Barra segera memegangi telunjuk tangan Fely yang sedari tadi mencolek dagunya. "Lo lucu sih. Dari siang cemburuan banget" jawab Fely. "Siapa yang cemburu?" Elak Barra. Padahal, jelas-jelas dirinya cemburu pada semua pria yang berusaha mencuri perhatian Fely. Memang, gengsi segaban itu akan mengalahkan semuanya. "Mang Asep" jawab Fely kesal. Barra merangkul Fely. Karna keduanya yang sedang duduk menyender disenderan kasur. Niat Barra merangkul Fely rupanya hanya untuk menemaninya bermain game saja seperti biasa. Ya, Barra mengunci Fely dalam dekapannya kali ini. "Dari pada lo berisik terus gangguin gue, mendingan lo temenin gue aja main game ya" ucap Barra. Fely memutar kedua bola matanya. Bilang saja jika tidak ingin jauh-jauh dari Fely, walaupun 5cm. "Dari pada gue nemenin lo, yang bakalan absen semua temen-temen lo, mendingan gue tidur" jawab Fely berusaha melepaskan pelukan Barra. "Diem" cegah Barra saat Fely ingin melepaskan pelukannya. Fely mendengus sebal. Akhirnya ia memilih untuk memainkan hp nya. Ia meminta Barra untuk mengambilkan hp nya yang berada diatas nakas. Padahal, Fely juga bisa mengambilnya sendiri. Untung saja, Barra tidak protes saat Fely suruh. Fely terus berselancar di akun Instagramnya saat Barra sudah mulai memainkan game kecintaanya yaitu Mobile Legends. Ntah apa yang bagus dalam permainan tersebut, yang jelas Barra sangat mencintainya, dan bisa marah saat game nya kalah. Padahal, kalah karna ulahnya sendiri. Fely hanya bisa menutup telinganya kala Barra sudah mengabsen satu persatu hewan yang ada di kebun binatang. Biasanya, jika Barra sudah seperti itu, tandanya Barra kalah dalam permainannya. "Berisik amat sih lo. Ga bisa apa kaleman dikit mainnya?" Tanya Fely, lebih ke protes pada suaminya. "Kesel gue, masa kalah dari si Juna" jawab Barra. "Ya udah sih game doang juga" jawab Fely acuh. Lalu ia kembali fokus pada layar hp nya yang sempat terganggu karna Barra. "Ga bisa, malu banget gila" jawab Barra. "Dia pasti ledekin gue, terus didepan lo. Malu lah". "Ngapain malu sih Bar? Biasa aja tuh menurut gue. Lagian, kalopun dia bener ledekin lo depan gue, biarin aja lagi. Emang gue bakal nanggepin apa?" Tanya Fely. Barra terdiam sejenak. Mencerna perkataan Fely baru saja padanya. Yang Fely katakan memang benar. Untuk apa Barra malu untuk sesuatu hal yang bahkan Fely tidak akan menanggapinya?. Mendengar itu, membuat Barra sedikit bisa tenang. "Lo ga masalah kalo gue kalah?" Tanya Barra. Fely mendongkakkan kepalanya untuk bisa melihat wajah Barra. "Ngapain? Ini tuh ga penting buat gue. Lagian game doang, bukan sebuah prestasi yang bisa dibanggain kali, kalopun lo menang juga" jawab Fely. "Jadi, lo ga bangga kalo gue menang main game?". Fely diam sebentar untuk berfikir. "Gimana ya Bar, bukannya gue ga bangga, kurang puas aja dengernya. Ya, gue tau ini hobby lo. Dan gue sebagai istri lo hanya bisa dukung lo aja. Perihal lo menang atau kalah bukan yang utama buat gue. Karna gue tau, ini bukan mimpi lo" jawab Fely bijak. Tidak ada salahnya ia membaca quotes di Instagramnya, salah satunya bisa ia pakai untuk berbicara dengan Barra. Barra tersenyum lalu mengecup puncak kepala Fely dengan lembut. Ia juga menyimpan hp nya saat ini. Memperhatikan Fely yang masih asyik dengan sosial medianya. Membaca komentar-komentar yang kebanyakan dari pria pada akun inst*gram Fely. Barra kini semakin sadar, jika saingannya itu banyak sekali. Walau, 90% ia yakin jika Fely tidak akan tertarik. Tapi, tetap saja hatinya terasa panas karna banyak yang memuji kecantikan Fely. "Udah lah jangan mainin hp terus" Protes Barra. Fely menoleh lalu menarik nafasnya sebelum ia mematikan layar hp nya. Setelah itu, Fely menaruh hp nya kembali ke atas nakas. "Lo gabut banget ya? Sampe harus larang gue mainin hp?" Tanya Fely yang tidak menyadari Barra yang kesal karna membaca komentar yang masuk ke dalam postingan Inst*gram Fely. "Ngga, emang salah kalo mau quality time sama istri?" Tanya Barra yang mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Fely. Menangkap sinyal m*sum pada otak suaminya, membuat Fely bersiap siaga untuk menolaknya. Karna, ia yang merasa sudah lelah sekali saat ini. "Aaa,, ga mau gue" teriak Fely lalu melepaskan tubuhnya, setelah itu ia membaringkan tubuh dengan selimut yang sengaja ia pakai untuk menutupi seluruh badannya. "Berani lo nolak gue Fely" ucap Barra lalu segera menyusup kedalam selimut. Setelah itu, tinggal ia berjuang untuk mendapatkan jatah dari Fely malam ini. *** "Besok kita harus banget ya ikut ke dago?" Tanya Fely. Ya, pada akhirnya mereka tidak bisa tidur karna Barra yang berhasil mewujudkan keinginannya untuk meminta jatah pada Fely. Kini, keduanya sedang beristirahat sejenak sebelum Barra meminta jatahnya lagi malam ini, seperti malam-malam yang sudah. "Ya, gue sih mau. Kalo lo ga mau juga ga papa sih" jawab Barra. "Emang, siapa aja yang ikut?" Tanya Fely. Barra berfikir sejenak. Mencoba mengingat siapa saja yang akan ikut besok ke Dago. "Bian, Juna, Gue, Bagas, Sadam Alina sama si Dinda" jawab Barra setelah yakin. Memang, yang akan liburan besok itu sepupu dan teman-teman Barra dari kecil. Bisa di bilang, temannya Bian dan juga Dinda, dimana Dinda merupakan sepupu dari Barra juga. Sedangkan Bagas dan Sadam itu adalah teman semasa kecilnya saat Barra sering liburan sekolah ke Bandung. Sadam dan juga Bagas sama halnya dengan Juna. Sudah dianggap seperti keluarga sendiri oleh Barra. "Si Alina ikut?" Tanya Fely. Barra menganggukkan kepalanya. "Ya udah gue juga ikut" jawab Fely mantap. Enak saja jika Barra pergi dengan Alina, walapun tidak berdua tanpa Fely. Tidak akan Fely biarkan terjadi itu semua. Barra tersenyum mendengarnya. Karna, memang Barra ingin Fely ikut dengannya besok. Guna menunjukan pada Juna, jika Fely itu miliknya. "Oke, tapi inget, tempat lo itu disamping gue" ucap Barra menegaskan agar Fely tidak pernah jauh-jauh darinya. Fely tersenyum lalu menganggukan kepalanya. 1 detik... 2 detik... 3 detik... "Fel, udah ga cape lagi kan?" Tanya Barra. Baru di tanya seperti itu saja Fely sudah mengerti jika Barra ingin kembali bermain dengannya. Fely menarik nafasnya sebentar lalu menganggukan kepalanya. Mendapat lampu hijau dari Fely membuat Barra tidak ingin menyia-nyiakan kesempatannya. Dengan segera ia kembali mendekati wajah Fely. Melakukan apa yang tadi ia lakukan bersama Fely. Barra juga tidak menunda untuk kembali bermain dengan Fely, sampai mereka bedua tiba di puncak kenikmatan yang sudah menjadi candu satu sama lainnya selama lebih dari dua bulan ini. Sebuah kewajiban suami istri yang begitu membuat mereka terus ingin melakukannya setiap kali mempunyai kesempatan besar untuk melakukannya. Baik Barra maupun Fely, keduanya sudah candu satu sama lain. Namun, ntah kapan mereka berani mengungkapkan perasaan mereka. Ntah kapan mereka berani jujur tentang apa yang mereka rasakan satu sama lainnya. Mungkin, kelak waktu yang akan menjawab semuanya. Dimana apa yang mereka rasakan akan diketahui oleh mereka berdua. Perasaan yang muncul setiap harinya tanpa mereka sadari. *** TBC. I hope you like the story Don't forget to vote and comment  See you in the next part
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN