Dengan langkah hati-hati, Fely keluar dari mobil Barra saat keadaan yang sangat memungkinkan untuk dirinya keluar dari dalam mobil suaminya itu. Barra hanya bisa menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah Fely saat ini. Padahal, ia sama sekali tidak keberatan jika semua orang tahu Fely berangkat bersamanya.
Melihat Fely yang sedikit lari ke kelasnya, Barra memutuskan untuk segera keluar dari mobilnya juga. Ya, atas permintaan Fely lah Barra masih berada didalam mobil. Karna, Fely berkata Barra boleh keluar jika Fely sudah berjarak cukup jauh dari parkiran. Dengan begitu, orang-orang tidak akan curiga dengan mereka.
"Barra" teriak seseorang saat Barra sedang berjalan menjauhi parkiran. Spontan Barra menghentikan langkahnya dan menoleh kearah belakang. Melihat Jihan yang sedang berjalan ke arahnya.
"Barengan yu?" ajak Jihan. Barra memejamkan matanya sebentar. Ingin sekali rasanya ia menolak, tapi ya sudahlah. Fely juga tidak ada disini bukan?. Akhirnya Barra menganggukan kepalanya dengan terpaksa. Lalu mereka berjalan beriringan ke kelas. Beruntungnya lagi, kondisi koridor sekolah sudah sepi. Karna, bel masuk pelajaran akan segera bunyi.
"Tumben kesiangan?" tanya Barra basa basi.
"Iya, macet" jawab Jihan. Barra menganggukan kepalanya. Ia tidak tahu harus bertanya apa lagi pada perempuan disebelahnya. Sampai mereka berdua tiba dikelas. Sudah dipastikan kelas akan heboh jika Jihan dan Barra datang berbarengan.
"Widih, couple goals kita dateng nih" sahut Luthfi yang sedang duduk menyender dibawah papan tulis, ntah apa yang dilakukan pria itu disana.
"Bacot lo" jawab Barra yang berjalan menuju mejanya yang berada dibarisan paling belakang. Tanpa basa-basi Barra duduk dikursinya yang dimana sudah ada Nizam disana.
"Tumben barengan lagi?" tanya Nizam.
"Ga sengaja ketemu di koridor, mau gue tolak ga enak" jawab Barra seadanya. Ia hanya bisa berharap jika Fely tidak mengetahui hal ini saja. Karna, dapat dipastikan jika Fely akan marah saat mengetahui Barra kembali datang kekelas bersama Jihan, walaupun itu semua bukan keinginannya.
"Iyain" jawab Nizam. Barra hanya mengedigkan bahunya, tidak peduli jika Nizam atau yang lainnya percaya atau tidak pada ucapannya.
***
Saat jam istirahat, tidak sengaja Barra dkk berpapasan dengan Fely dkk yang dimana kedua kubu itu akan masuk ke dalam kantin. Merasa ke tujuh pria itu sudah akrab dengan Fely dkk, lantas mereka mengajak kelima gadis itu untuk masuk ke kantin berbarengan.
"Hai ladies" sapa Ansell.
"Apa lo?" tanya Kai sewot.
"Sewot amat" jawab Ansell sedikit takut.
"Minggir, kita mau lewat" usir Kai karna Barra dkk sedikit menghalangi jalan mereka untuk masuk kedalam kantin. Tidak tahu saja jika kelima gadis ini sudah lapar sekali.
"Barengan aja napa?" tanya Kamal.
"Ga makasih" jawab Fely lalu segera masuk kedalam kantin, dengan sedikit menyingkirkan Haykal yang paling menghalangi jalannya, diikuti oleh teman-temannya yang lain. Ketujuh pria itu pun memilih untuk masuk kedalam kantin juga.
Barra dkk mencari tempat yang kosong. Tumben sekali kantin sangat penuh saat ini. Dimana tidak ada satu mejapun yang kosong untuk mereka tempati. Alhasil, Vino mengajak teman-temannya untuk duduk dimeja Fely dkk, dimana mereka duduk di meja yang cukup panjang, sehingga bisa menampung banyak orang.
"Fel, join ya? Liat tuh penuh semua meja nya" Pinta Vino.
Fely yang sedang memainkan hp nya sontak menoleh ke arah Vino. Ia juga mengadahkan pandangannya kearah sekitar. Memang tidak ada meja yang tersisa disana. Karna Fely teman yang baik, maka Fely mengizinkan Vino dengan teman-temannya untuk duduk satu meja bersamanya.
"Ya udah" jawab Fely sekenannya.
Dengan segera Barra duduk disebelah Fely yang kebetulan kosong. Tujuannya satu, hanya ingin mencegah Kamal untuk duduk disamping istrinya. Hanya ini satu-satunya cara untuk Barra bisa mencegah Kamal untuk tidak berusaha mendekati Fely.
"Barra ah lo mah ganggu aja" protes Kamal karna ia kebagian duduk didekat Kai. Sedangkan kursi didekat Fely yang satu lagi sengaja Fely kosongkan untuk Clarin dan juga Nindi yang sedang memesan makanan untuk ketiga gadis yang sedang duduk disini.
"Tibang duduk doang juga" jawab Barra.
"Ih ngapain lo semua di sini?" tanya Nindi yang sedang repot dengan nampan ditangannya.
"Nebeng duduk elah, nanti makanan kalian si Barra yang bayarin" jawab Vino. Barra mendelik tajam pada Vino, seenak jidatnya saja mengatakan jika Barra akan membayar semua pesanan teman-temannya. Ia saja belum memeberi Fely uang jajan hari ini.
"Beneran Bar?" tanya Nindi semangat. Memang Nindi yang paling semangat jika tentang tlaktir mentlaktir.
Barra menatap Fely sejenak. Seolah mengerti jika Barra sedang meminta tanggapannya, Fely mengedipkan mata sebagai tanda setuju. Barulah Barra mengatakan iya pada pertanyaan Nindi. Sebenarnya Barra bukan tipikal orang yang hitungan, hanya saja sekarang ia harus berbicara dulu pada Fely. Bagaimanapun Fely adalah istrinya. Keluar masuknya keuangan dirumah tangga mereka, Fely juga harus mengetahuinya. Walaupun, disini hanya Barra yang menghasilkan uang.
"Ya udah, gue yang bayarin" jawab Barra.
"Mang Dadang, satu porsi ya" teriak Kamal pada mang Dadang penjual Mie ayam di kantin sekolah mereka.
"Siap" jawab mang Dadang.
Barra dkk memang sudah banyak dikenal oleh penjual Kantin. Bahkan, mereka sudah sangat akrab sekali karna mereka yang sering datang ke kantin. Apa lagi saat jam pelajaran berlangsung.
"Fely mau nambah?" Tanya Kamal pada Fely yang sedang asyik memakan mie ayamnya yang tadi dipesankan Clarin dan juga Nindi.
"Lo ga liat ini masih banyak?" Tanya Fely dengan ekspresi datar.
"Tumben neng ga pake pedes?" Tanya Febri pada Fely.
"Minta dong" Fely menjulurkan tangannya pada Febri yang sedang memegangi mangkuk kecil berisikan sambal.
Barra memasang matanya dengan tajam. Ia harus memastikan jika Fely memakai pedas yang wajar. Tidak berlebihan seperti biasanya. Fely menaruh tiga sendok kecil cabai ke atas mie ayamnya. Niat hantinya ingin menambah lagi. Tapi...
"Ekhm.." deheman dari Barra membuat Fely mengurungkan niatnya. Ia memilih untuk menyimpan mangkuk kecil berisikan sambal itu.
"Kenapa lo Barr?" Tanya Haykal.
"Ga papa, seret aja" jawab Barra. Ia segera menyeruput air minumnya yang berada didepannya.
Yang lainnya tidak memperdulikan Barra. Kecuali Febri yang sejak tadi memperhatikan gerak gerik Barra dan Fely. Dari mulai eye contact yang Barra Fely lakukan saat Vino berkata Barra akan metlaktir mereka. Sampai perkara cabe, dimana Febri begitu memperhatikan bagaimana Barra memasang matanya untuk mengawasi Fely tidak terlalu banyak memakan sambel.
***
"Lo ga bawa mobil Fel?" Tanya Nindi saat jam pulang sekolah sudah tiba.
"Ngga, lagi di service" alibi Fely. Tidak mungkin ia berkata jika ia berangkat sekolah bersama Barra. Dan pulang pun bersama pria itu.
"Mau nebeng gue ga?" Tanya Nindi saat kelima gadis itu berjalan kearah parkiran.
"Ngga, gue dijemput. Kasian nanti dong udah di jalan kesini, gue malah sama lo" tolak Fely. Nindi hanya bisa menganggukan kepalanya.
"Yakin di jemput Fel?" Tanya Febri. Fely menoleh kearah gadis itu.
"Heem, gue di jemput aman ko" jawab Fely sekenannya.
Setibanya diparkiran, disana sudah ada Barra dkk yang hendak pulang juga. Nizam dan Haykal memaksa Barra untuk mengantarkan mereka pulang. Tapi, Barra menolaknya dengan mentah-mentah. Barra kan akan pulang bersama Fely. Bisa berabe jika Nizam dan Haykal ikut pada mobilnya.
"Bar, nebeng lah gue" ucap Nizam.
"Ngga, gue lagi nungguin orang dulu" tolak Barra.
"Kita tungguin ya Zam?" Ucap Haykal.
"Sama si Vino aja sono".
"Gue bawa tiga curut ini Bar" Vino menunjuk Ansell, Luthfi dan juga Kamal.
"Ya muat lah dua orang lagi, lagian lo Fi, tumben banget ga bawa mobil" ucap Barra.
"Dibengkel" jawab Luthfi.
"Gue nunggu orang sumpah masih lama".
Fely memasang telinganya dengan tajam. Ia harus memastikan jika Barra tidak mengizinkan teman-temannya untuk nebeng pada Barra. Karna, bisa-bisa semuanya terbongkar sudah.
"Gue tungguin elah" jawab Haykal memaksa. Barra tidak tahu harus mengatakan apa lagi pada kedua temannya ini agar mereka tidak memaksa Barra lagi.
"Gini deh, masing-masing pake taxi online, nih gue pesenenin sekalian bayarin" ucap Barra pada akhirnya. Sepertinya ia harus merelakan saldonya untuk Haykal dan juga Nizam agar Barra bisa pulang bersama Fely dengan tenang.
"Oke" jawab Haykal dan juga Nizam berbarengan.
"Tai, ga modal lo pada" ucap Kamal.
"Diem lo, nebeng juga lo ga modal" jawab Haykal.
Barra hanya memutar kedua bola matanya, tidak lama ia juga memesankan taxi online untuk kedua temannya itu.
***
Fely dan Barra akhirnya bisa keluar dari sekolah, setelah keadaan sudah sangat sepi. Kini, keduanya sedang dalam perjalanan pulang setelah drama antara Barra dengan Haykal dan juga Nizam.
"Lo seriusan bayarin mereka taxi?" Tanya Fely pada Barra yang tengah fokus menyetir. Barra menganggukkan kepalanya.
"Ya kalo ga gitu, mereka bakalan terus maksa lah" jawab Barra.
"Lo ga papa keluar duit banyak banget hari ini?" Tanya Fely lagi. Barra menoleh lalu tersenyum.
"Ya kalo buat istri mah ga papa" jawab Barra. Ntah gombalan ntah ucapan tulus dari hati, yang jelas Fely tidak akan percaya begitu saja pada ucapan pria disampingnya.
"Kok gue?" Tanya Fely.
"Gini, pertama yang jajanin temen-temen, itu kan atas izin lo. Berarti gue lakuin karna lo yang izinin. Dan yang kedua bayarin si Haykal sama si Nizam pulang, kan buat gue bisa pulang sama lo" jelas Barra.
Bohong jika Fely tidak tersipu dengan pejelasan Barra barusan. Tapi, sebisa mungkin ia bersikap biasa saja. Tidak boleh menunjukan betapa tersipunya ia, karna Barra benar-benar menganggapnya sebagai istri. Bahkan, Barra lebih memilih Fely daripada teman-temannya.
"Kenapa diem? Tersipu?" Tanya Barra.
Sial, Barra bisa membaca fikiran Fely. Jelas Fely akan berakting sebagaimana mestinya. Pokoknya, Barra tidak boleh mengetahuinya.
"Ngga, biasa aja" jawab Fely.
"Halah, bilang aja iya" paksa Barra.
"Ngga ish. Lo kali yang udah kecintaan sama gue. Buktinya lo lakuin apapun buat gue" ucap Fely membalikan keadaan. Barra hanya bisa terdiam. Saat Fely sudah berdebat dengannya, hal yang pasti akan terjadi adalah, Fely membalikan semua fakta, dimana Barra lah yang harus mengalah.
***
TBC.
I hope you like the story
Don't forget to vote and comment
See you in the next part