Sekitar pukul sembilan pagi, Barra, Fely dan yang lainnya yang akan pergi ke Dago Dream Park sudah akan berangkat. Mereka menggunakan Pajero Sport yang keluarga Barra bawa kesini. Mobil milik Heru memang yang mereka pakai untuk ke Bandung. Dan kali ini Barra memakainya untuk pergi liburan bersama teman sebayanya.
"Heh, mau ngapain lo?" tanya Barra pada Bian yang sudah ingin membuka pintu penumpang bagian depan. Memang niatnya Bian akan duduk disamping Barra yang akan menyetir. Bian menoleh kearah belakang dimana ada Barra dan lainnya yang menunggu giliran untuk masuk kedalam mobil.
"Mau masuk lah" jawab Bian dengan santainya.
"Itu buat bini gue" lanjut Barra.
"Ya elah, biarin aja ditengah sama cewek-cewek yang lain" jawab Bian yang malas duduk ditengah bersama dua temannya yang lain. Walau kenyataannya hanya Alina saja temannya, karna Dinda merupakan sepupunya sendiri.
"Iya ga papa, gue ditengah aja" sahut Fely. Barra menoleh lalu menggandeng Fely untuk mendekati mobil, dibukakannya pintu mobil untuk Fely, dan menyuruh Fely untuk duduk dikursi sampingnya nanti.
"Udah gue bilang semalem, tempat lo itu disamping gue" ucap Barra sambil mengisyaratkan matanya untuk Fely segera masuk. Fely hanya tersenyum sambil menarik nafasnya, lalu segera menuruti perintah Barra padanya. Sedangkan Bian hanya bisa bersungut-sungut kala Fely benar-benar duduk disamping Barra, dan dia terpaksa duduk ditengah tepat dibelakang Barra bersama Dinda dan juga Alina. Sedangkan Juna, Bagas dan Sadam sudah duduk manis dikursi paling belakang.
Setelah semuanya masuk kedalam mobil, Barra melihat Fely yang tidak mengenakan seat belt. Barra sedikit mendekatkan diri pada Fely, lalu memasangkan seat belt pada Fely. Refleks Fely menjauhkan wajahnya saat wajah Barra dekat sekali dengannya. Karna, jujur saja Fely kaget akan sikap Barra. Karna, biasanya Barra hanya mengingatkannya, bukan memasangkannya.
"Kenapa?" tanya Barra. Fely hanya bisa menggelengkan kepalanya. Lalu Barra memperbaiki posisi duduknya setelah ia memasangkan seat belt untuk dirinya sendiri.
"Ekhm, banyak jomblo nih disini" sindir Dinda pada Barra. Barra menoleh sebentar kearah sepupunya yang duduk diantara Alina dan juga Bian.
"Sirik aja, makanya nikah" jawab Barra lalu setelah itu segera melajukan mobilnya.
Perjalanan yang akan ditempuh kurang lebih 30 menit, selama itu juga mobil yang dipakai mereka tidak hentinya berisik karna ulah penumpang dibelakang. Karna Fely hanya bisa diam saja jika Barra tidak mengajaknya mengbrol. Memang Fely juga sudah kenal dengan Dinda dan juga Alina, tapi tetap saja Fely masih merasa canggung untuk berbicara dengan kedua gadis itu. Sedankan Bian asyik bercanda dengan Dinda. Lebih tepatnya Bian banyak sekali mengusili Dinda.
"Eh Bar, dulu katanya kamu mau nikahnya sama Alina" ceplos Bagas yang duduk sejajar dengan Alina. Ntah apa niat dari temannya itu. Tapi rasanya Barra ingin melempari sekotak tissu yang ada didekatnya pada Bagas.
Dulu, memang perlu diakui jika Barra pernah berkata ingin menikah dengan Alina saja. Tapi, ucapan itu terucap saat dirinya masih duduk dibangku SMP. Cinta monyet Barra yang tidak berani mengajak Alina berpacaran karna Barra rasa belum saatnya mereka berpacaran. Belum lagi, Barra yang pada akhirnya memiliki kekasih saat menginjak bangku SMA. Namun sayang, kisah cintanya harus kandas ditengah jalan karna alasan yang Barra sendiri tidak ingat.
Barra menoleh kearah Fely yang sudah memasang wajah kesal. Melihat itu, semakin ingin Barra melempari wajah Bagas. Bahkan, terbesit difikirannya jika Barra akan menurunkan Bagas ditengah jalan. Karna seenak jidatnya membocorkan semua masa lalunya pada Fely.
"Jangan marah, itu dulu. Lagian itu cuman omongan bocah SMP" ucap Barra.
Alina yang mendengarnya merasa tidak enak hati pada Fely. Karna namanya juga disebut disini. Memang, Alina dan Fely sendiri kurang dalam interaksi sejak kejadian semalam. Dimana Bian dan lainnya terus membahas semasa kecil Barra dan Alina.
"Apaan sih Bagas?" tanya Alina.
"Sekarang mah, udah bucin sama si Fely. Ga tau aja dia kalo udah dikamar kaya gimana. Gue aja nih ya, main PS sama dia, si Fely ga boleh jauh-jauh" sahut Bian yang merasakan hawa tidak nyaman karna ia melihat ekspresi Fely. Karna Bian yang duduk dibelakang Barra. Jadi, ia bisa melihat bagaimana kesalnya Fely saat ini.
"Emang iya?" tanya Dinda yang merasa tidak percaya pada apa yang Bian katakan.
"Ah lo mah ga tau aja, gue pas ke Jakarta mergokin mereka yang mau itu loh" jawab Bian.
"Bian, apaan sih jangan diungkit dong" ucap Fely yang kini merasa malu karna Bian rupanya masih ingat saat kejadian dimana Bian asal masuk kedalam kamar mereka.
"Widih, si Barra udah sering belah duren dong?" tanya Bagas dengan frontalnya.
"Ga papa Fel, gue tetep mau sama lo ko, jadi kalo lo mau gugat cerai si Barra" ucap Juna yang ntah kenapa masih tertarik pada Fely.
"Mau adu jotos dimana Jun?" tanya Barra dengan kesal.
Fely yang kesal seketika terkekeh karna Barra yang ternyata tidak rela jika Fely bersama Juna. Barra yang melihat Fely seketika tersenyum. Karna, jujur saja Barra takut jika Fely akan mencuekannya sepanjang mereka liburan.
Candaan demi candaan terus berlanjut sampai mereka tiba di Dago Dream Park. Dengan kebanyakan Barra yang banyak diusili oleh semuanya, kecuali oleh Fely.
***
Setelah membeli tiket masuk, dengan Barra yang membayarkan semuanya. Karna memang disini Barra lah yang paling tajir diantara semuanya. Tapi, tentu saja semua itu Fely yang membelikannya. Karna Barra yang sudah memberikan ATM-nya pada Fely.
Barra menarik lengan Fely yang berjalan didepannya bersama Bian dan juga Sadam, sedangkan Alina, Juna dan juga Dinda berada dibelakang Barra yang berjalan sendiri di tengah.
"Udah gue bilang, tempat lo disamping gue" ucap Barra pada Fely. Jemarinya juga kini sengaja untuk menggandeng tangan Fely, agar istrinya itu tidak berjalan lebih dulu lagi darinya. Fely hanya bisa menurut saja. Karna, ntah kenapa Barra berubah sejak kemarin.
"Fel, mau main perahu sama gue ga?" tanya Juna yang ntah sejak kapan berada didekat Fely. Perasaan tadi Juna berdiri diantara Dinda dan Alina.
"Enak aja" jawab Barra yang segera menarik Fely untuk menjauh dari Juna. Bahkan, kali ini Barra memindahkan posisi Fely menjadi disebelah kanannya, menghalangi Juna untuk tidak mendekati Fely lagi.
"Apaan sih Bar? Gue cuman ajakin doang".
"Lo siapa?" tanya Barra.
"Calon suami Fely kalo kalian cerai" jawab Juna dengan PD nya. Barra mendelik tajam. Enak saja Juna kalau bicara. Fely ini miliknya, dan akan selalu menjadi miliknya.
"Sialan" jawab Barra.
Tapi, jangan harap jika Barra bisa tenang begitu saja. Selama perjalanan, bahkan saat keduanya melakukan foto bersama, wisatawan lelaki terkhusus yang tidak membawa pasangan banyak sekali yang ingin mengambil perhatian Fely. Barra terus bersungut-sungut kala ada sekumpulan lelaki yang meminta tolong pada Fely untuk diambilkannya beberapa foto.
"Udah ya mas, istri saya cape. Mas nya mendingan minta tolong sama yang lain aja" ucap Barra sambil menarik tangan Fely dan menyerahkan hp milik salah satu diantara pria yang ada didepan mereka.
Dinda dan Alina memperhatikan Barra yang begitu menjauhkan Fely dari para lelaki hidung belang sontak membicarakannya. Karna, saat ini mereka sedang menaiki Row a boat bersama. Sedangkan Fely tentu saja bersama Barra. Bisa dilihat, Barra yang terus ingin bersama Fely. Bukan sebaliknya.
"Al, kamu ga papa?" Tanya Dinda pada sahabatnya yang sedari tadi memperhatikan Barra yang berusaha untuk menjauh dari perahu Juna dan juga Bian. Dimana Juna masih berusaha untuk mendekati Fely. Terlepas dari itu semua, Fely ingin sekali bertrimakasih pada Juna, karna berkatnya Barra begitu menjaganya agar terjauh dari jangkauan pria manapun.
"Emangnya aku kenapa?" Tanya Alina.
Dinda sudah bersahabat dengan Alina sejak kecil. Tentu saja Dinda sangat mengetahui tentang sifat Alina yang sebenarnya. Termasuk Alina yany menyimpan harapan jika Barra benar-benar akan menikahinya saat mereka sudah cukup umur nanti. Tapi, kenyataan pahit harus Alina telan saat Barra membawa dan mengenalkan Fely sebagai Istrinya didepan semua orang.
"Kamu jangan boong sama aku. Aku tau siapa kamu". Alina Tersenyum dengan tatapan yang tidak bisa lepas dari Barra dan juga Fely. Apa lagi, saat ini sepasang suami istri itu sedang mengambil beberapa foto dengan meminta bantuan Sadam dan juga Bagas.
"Ya, gimana lagi. Barra udah nikah sama Fely. Aku juga liat kalo Barra itu takut banget kehilangan Fely. Lagian nih ya, bisa aja ucapan Barra dulu emang bener-bener ucapan dia aja yang becanda" jawab Alina meyakinkan diri sendiri.
"Kamu yang sabar ya Al, pasti didepan sana banyak ko cowok yang tulus mau sama kamu". Alina menganggukan kepalanya. Walaupun ia tidak yakin apakah ia bisa membuka hati untuk pria lain setelah ini. Karna, jujur saja ia belum bisa melupakan Barra. Karna, Barra merupakan cinta pertamanya.
Setelah 20 menit, Barra dan lainnya kini menaiki wahana Monster Trail. Mereka menyewa dua Monster Trail manual dengan Barra dan juga Bian yang membawanya. Karna syarat untuk menyewanya itu harus sudah memiliki Sim Mobil. Dan hanya Bian, Barra dan juga Fely yang sudah memiliki Sim Mobil. Tapi, tentu saja Barra tidak akan mengizinkan Fely untuk tuk membawa sendiri. Karna seperti apa yang Barra katakan semalam, jika tempat Fely adalah disamping Barra.
Barra membawa Fely, Sadam dan juga Bagas. Sedangkan Bian membawa Dinda, Juna dan juga Alina. Karna Barra yang meminta Juna bersama mereka. Jika Juna bersamanya dan juga Fely, sudah bisa terbayangkan jika Juna akan terus berusaha untuk mendekati Fely.
***
Setelah puas dengan beberapa wahana, Barra dan lainnya memutuskan untuk makan siang di Warung Dayang Sumbi. Dengan Fely dan Barra memesan nasi Tutug Oncom, makanan khas Tasikmalaya yang terbuat dari nasi yang diaduk dengan oncom goreng atau bakar. Penyajian makanan ini umumnya dalam keadaan hangat. Karna jujur saja Fely tidak pernah memakannya. Sedangkan yang lainnya memesan paket ayam dan juga paket Nila. Dengan minuman mereka yang beraneka rasa.
Semuanya menyantap hidangan yang sudah ada didepan mereka. Juna sesekali menawari Fely untuk mencicipi ikan nila yang ia pesan. Tapi, Barra selalu menegur temannya itu yang dengan sengaja duduk didekat Fely. Jadi, saat ini Fely diapit oleh Barra dan juga Juna.
"Lo bisa diem ga sih Jun?" Tanya Barra kesal.
Karna tidak ingin Fely terus direcoki Juna, Barra meminta Fely untuk bertukaran posisi duduk bersama Barra. Dan tentu saja Fely akan menurutinya. Karna Fely saat ini hanya ingin makan dengan tenang. Bukan melihat Barra dan Juna yang terus ribut karna Juna yang selalu mengajak Fely berbicara.
"Yeu, cemburuan amat sih Barr" jawab Juna.
"Lo yang ga sopan gangguin istri orang" jawab Barra.
"Barra udah, gue laper jangan ribut mulu" lerai Fely pada akhirnya. Karna jujur saja Fely merasa pusing sendiri melihat Barra yang seperti ini. Benar-benar bukan Barra yang awal Fely kenal.
"Tau kalian berdua. Gue juga laper mau makan dengan tenang" ucap Bian yang duduk didepan Juna.
"Si Barra nya aja yang cemburuan" jawab Juna.
"Lo nya yang gatel" Barra tidak mau kalah.
"Barra Alman Said" Fely menyebut nama lengkap Barra. Sama halnya dengan Barra, jika Fely sudah menyebut nama lengkap Barra, itu artinya Fely sudah mode serius dengan Barra.
Juna terkekeh saat melihat Barra yang langsung terdiam saat Fely menyebutkan nama lengkap Barra. Karna, tidak pernah mereka semua melihat Barra langsung diam seperti ini.
Lain halnya dengan Alina, ia langsung membersarkan niatnya untuk segera mengubur dalam-dalam perasaannya terhadap Barra. Karna, Barra terlihat sekali sangat mencintai Fely. Terbukti kejadian didepannya, membuat Alina berfikir jika Barra sangat takut akan Fely. Ntah takut dimarahi, bahkan takut untuk Fely tinggalkan.
***
Sekitar jam 2 siang, mereka memutuskan untuk ke lain tempat. Dimana mereka memutuskan untuk pergi ke Kiara Artha Park. Destinasi wisata yang terletak di Jalan Banten, Kebonwaru, Kota Bandung, Jawa Barat. Objek wisata yang diresmikan tahun 2019 lalu ini berdiri di atas lahan seluas hampir 3 hektare.
Meskipun konsep pembangunan taman ini terlihat sangat modern, siapa sangka jika Kiara Artha juga memiliki nilai sejarah yang dituangkan ke dalam salah satu destinasi yang ada, yaitu Taman Asia Afrika. Taman ini dibangun untuk mengingat sejarah bahwa Kota Bandung pernah menjadi tuan rumah bagi Konferensi Asia Afrika tahun 1955 lalu.
Seperti yang kita ketahui, diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika di Kota Bandung dan terwujudnya Indonesia menjadi tuan rumah konferensi tersebut, menjadi salah satu keberhasilan Indonesia dalam kancah diplomasi Internasional setelah era Perang Dunia II.
Taman ini juga dibangun atas permintaan dari negara-negara yang saat itu tergabung dalam Konferensi Asia Afrika agar ada tempat selain Gedung Merdeka yang bisa merepresentasikan sejarah Konferensi Asia Afrika. Oleh karena itu, Wali Kota Bandung saat itu, Ridwan Kamil merealisasikan permintaan tersebut dalam bentuk sebuah taman.
Terdapat beberapa landmark di taman tersebut yang identik dengan Konferensi Asia Afrika, seperti patung kelima pencetus Konferensi Asia Afrika dari berbagai negara, yaitu Ali Sastroamidjojo (Indonesia), Sir John Kotelawala (Sri Lanka), Mohammad Ali Bogra(Pakistan). Jawaharlal Nehru (India), dan U Nu (Myamnar).
Selain itu, ada juga patung Zhou Enlai (Tiongkok) yang merupakan salah satu tokoh yang berperan penting dalam penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika. Selanjutnya, ada patung Presiden Soekarno dan patung dua tangan yang sedang berjabat tangan sebagai lambang kerja sama dan hasil kegiatan Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955.
Di setiap patung-patung tersebut terdapat biografi singkat tentang tokoh tersebut dan terdapat pula sebuah plakat besar yang menjelaskan tentang sejarah Konferensi Asia Afrika. Jika dilihat dari atas, taman ini ternyata membentuk lambang Konferensi Asia Afrika. Oleh karena itu, Kiara Artha Park menjadi destinasi yang cocok untuk dijadikan sarana rekreasi dan pembelajaran yang menyenangkan.
Patung-patung ini juga terletak di pinggir air mancur yang menjadi ciri khas Kiara Artha Park, karena air yang keluar dari kolam menampilkan atraksi dan bisa bercahaya di malam hari.
Di tengah-tengah Kiara Artha Park, ada sebuah danau luas yang memiliki banyak air mancur. Pada jam-jam tertentu, pengunjung bisa melihat pertunjukan air mancur yang menari mengikuti irama lagu. Lagu yang disajikan pun beragam, mulai dari lagu daerah sunda, lagu pop Indonesia, hingga lagu pop barat.
Tentu saja, Barra dan Fely mengabadikan beberapa momen mereka. Apa lagi saat air mancur menari yang kini sudah menyala karna mereka menghabiskan waktu sore sampai malam disini.
"You happy?" Tanya Barra pada Fely yang sedang menyenderkan kepalanya pada bahu Barra. Sedangkan tangan kanan Fely asyik melingkari pinggang Barra bagian belakang dan tangan kiri Barra yang melingkar pula di pinggang belakang Fely.
"Happy. Sumpah ini keren banget" jawab Fely dengan mata yang berbinar.
"Tau Bar, tau udah nikah. Tapi jangan mesra-mesaraan didepan gue juga" sindir Sadam yang berada di dekat Fely dan juga Barra. Fely dan Barra menoleh kearah Sadam yang berjarak kurang lebih 2 meter dari tempat Barra dan Fely berdiri. Keduanya melempar senyum pada Sadam.
"Makanya nikah, minimal cari pacar jadi ga akan kesepian" jawan Barra. Sedangkan Fely hanya bisa terkekeh. Perasaan senang dan bahagia menghampiri hatinya. Ntah kenapa, ia sangat bisa merasakan Barra sudah mencintainya, sama seperti Fely yang sudah mencintai Barra. Fely senang karna cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Walau sampai sekarang Barra masih gengsi untuk mengatakannya. Tapi, Fely sudah bisa tahu jika Barra sangat mencintai dan menyayanginya. Karna, sudah beberapa hari terakhir dan sangat kentara dari kemarin dan hari ini Barra yang begitu cemburu pada lelaki yang terang-terangan berusaha untuk mencuri perhatian Fely.
***
TBC.
I hope you like the story
Don't forget to vote and comment
See you in the next part