"Hai, anak om Barra" seru Barra sambil menggendong Haura yang sedang bermain bersama ibunya itu.
"Kamu abis dari luar Barra, bersih-bersih dulu jangan sentuh anak kakak" Ucap Diandra yang langsung merebut Haura dari pangkuan Barra.
"Ya elah Kak, abis dari rumah Fely juga" jawab Barra yang kini mencolek-colek pipi Haura yang kini tertawa karna ulah Barra.
"Barra, ini masih jam sekolah, kamu kok udah pulang?" tanya Lita yang sepertinya baru keluar dari kamar Oma Ratu, karna ibunya itu berjalan beriringan dengan Oma Ratu.
"Abis anterin Fely, ya kan kesekolah jauh, yaudah mendingan izin aja sekalian" jawab Barra yang sudah menyalami tangan Lita dan Oma Ratu yang kini sudah duduk lesehan didekatnya.
"Terus Felynya kemana?" tanya Oma Ratu.
"Fely dirumahnya". jawab Barra sambil membuka layar hp nya. Ia membuka grup WA bersama teman-temannya yang sudah berisik membicarakannya dengan Fely.
PCCG (PASUKAN COWOK-COWOK GANTENG)
Kamaludin
Sialan si Barra ambil kesempatan bawa cewek gue
Haykal
Sadar diri lo, Barra lebih ganteng hahaha
Luthfi
Bener tuh hahaha
Kamaludin
Sialan kalian
Ansell
Dia udah nge crushin dari kelas 10 hahaha
Barra
Berisik lo pada. Gue mau tidur haha
Kamaludin
Sialan si monyet, malah absen. Awas lo sampe ngapelin rumah ayang gue
Alvino
Sejak kapan dia jadi cewek lo Mal?
Nizam
Gapapa iyain aja Vin biar seneng
Barra
Udah ya, berisik gue mau bobo dulu
Barra menyimpan hp nya. Sejujurnya ia berniat untuk menghubungi Fely, tapi ia lupa kalau Barra meminta Fely untuk istirahat saja sampai teman-temannya datang. Akhirnya ia mengurungkan niat untuk menghubungi istrinya itu.
"Dirumahnya gimana Barra?" tanya Oma Ratu.
"Fely kakinya sakit lagi oma. tadi Barra bawa Fely kerumah sakit lagi. Terus, temen-temennya mau jengukin dia. Ga mungkin kan kalo Barra sama Fely izinin temen-temennya kesini? Ya udah Barra anterin aja dulu Fely kerumahnya. Kalo temen-temennya udah pulang, nanti Barra jemput Fely lagi kesini" jelas Barra panjang lebar.
"Tapi menantu mama ga papa kan?" tanya Lita yang khawatir pada kondisi Fely.
"Ga papa ma. Cuman ada gerakan dance nya dia aja yang kurang tepat buat kakinya yang masih sakit".
Lita menganggukan kepalanya. Ia sedikit lega sekarang. Walau masih khawatir sekali pada kondisi Fely, setidaknya ia bisa sedikit tenang saat mendengar jika Fely baik-baik saja.
"Emang kaki Fely kenapa?" tanya Diandra.
"Keselo seminggu yang lalu" jawab Barra.
"Udah ah, aku mau bersih-bersih biar bisa main sama Haura" lanjut Barra yang langsung beranjak menuju kamarnya yang berada dilantai dua itu.
***
Kamar Fely sudah berisik dengan ocehan-ocehan kelima gadis yang selalu berisik ini. Ya, teman-teman Fely sudah sampai dirumah Fely. Untung saja Fely sudah bangun dari tidurnya. Memang sepeninggal Barra, Fely terlelap karna Barra yang memomongnya tadi.
"Lo serius ga papa Fel?" tanya Kai yang duduk bersebelahan dengan Fely.
"Ga papa, ya ini sih ide si Barra yang katanya mau bolos, makanya gue ikutan bolos juga" jawab Fely yang tidak sengaja keceplosan tentang niat Barra.
"Barra cerita sama lo?" tanya Febri.
"Ya.. ya gitu pas dirumah sakit dia katanya anterin gue pulang aja" alibi Fely mencoba meyakinkan teman-temannya.
"Ya pantes aja gue ga liat si Barra disekolah" sahut Clarin.
"Fel, serius lo ga ngerasa kalo Barra khawatir banget sama lo?" tanya Febri yang merasa sangat janggal sekali dengan sikap Barra pada Fely tadi.
Jelas sekali dari sorot mata Barra yang sangat mengkhawatirkan Fely. Reaksi Barra yang langsung menghampiri Fely juga sangat menunjukan jika Barra memang sangat khawatir. Febri tidak yakin jika itu hanya spontan semata dari Barra yang melihat Fely kesakitan.
"Ng.. ngga. Ya, itu perasaan lo aja kali Feb".
"Iya, perasaan lo aja kali Feb" tambah Nindi yang memang sedikit curiga kenapa Febri sampai sebegitunya bertanya terus tentang Barra yang mengkhawatirkan Fely.
"Ya, kan waktu itu kata lo si Barra ada boncengin cewek. Masa iya si Barra segitu khawatirnya sama gue kalo misalnya dia udah ada cewek" jawab Fely.
"Lagian kenapa sih Feb? Lo suka ya sama dia?" tanya Clarin.
"Eh, ngga. Gue heran aja, kaya dia yang langsung samperin lo Fel, dia yang langsung bawa lo kerumah sakit". Lagi dan lagi Febri membicarakan kejanggalannya atas prilaku Barra.
"Ya udah sih, gimana si Barra aja. Jangan diambil pusing iya ga?" sahut Nindi. Akhirnya Febri terdiam juga sekarang. Ia tidak lagi berani membahas Barra.
"Tadi kata dokter gimana Fel?" tanya Clarin.
"Ya sebenernya aman sih, cuman ada koreo yang bikin gue sakit kaki aja. Kayanya kita harus ganti deh" jawab Fely. Semua menganggukan kepalanya. Sedangkan Clarin kini sedang memikirkan harus diganti dengan gerakan apa agar Fely bisa nyaman dengan koreo mereka yang akan ditampilkan nanti.
"Oh gitu, ya udah nanti kita fikirin lagi aja gimana caranya buat lo nyaman nanti" jawab Clarin.
"Tapi, semuanya aman kan?" tanya Nindi.
"Aman, lagian tadi gue juga terlalu over deh. Ya kan namanya juga baru sembuh, eh udah gencar banget aja latihannya".
"Ya, kta kan tau dance itu separuh jiwa lo Fel" ucap Kai.
Fely menganggukan kepalanya. Menjadi dancer memang impian Fely sudah lama. Ia selalu senang jika banyak kompetisi dance. Sebisa mungkin Fely mengikutinya dan plus nya ia menjadi juara. Menjadi dancer di kanca internasional adalah tujuan Fely sekarang. Maka, dengan kakinya yang cedera ini, membuat Fely ingin cepat sembuh dan bisa kembali beraktivitas seperti biasanya.
***
Fely sedang menunggu kedatangan Barra untuk menjemputnya. Barra juga sudah menjanjikannya untuk makan malam diluar. Maka dari itu, Fely sedang bersiap dengan tampilannya. Ia yakin Barra akan membawanya kerestoran ternama.
Fely memoleskan makeup yang tidak terlalu berlebihan diwajahnya. Satu hal yang sekarang Fely sukai adalah saat ia mengobre warna lipstiknya. Karna kata Barra, wajah Fely sangat terlihat manis jika memakai lipstik seperti itu. Sebuah pujian dari Barra untuk Fely yang memang haus akan pujian.
Terdengar suara pintu yang dibuka, Fely sudah yakin jika itu suaminya. Fely menoleh kearah pintu, benar saja Barra yang sedang berjalan kearahnya yang masih duduk didepan meja rias, karna Fely sedang menata rambutnya.
"Belum beres?" tanya Barra saat ia sudah berada didekat Fely.
"Bentar lagi" jawab Fely sambil memasang jepitan kecil berbentuk kupu-kupu yang senada dengan dress nya kali ini.
"Gimana, udah cantik belum?" tanya Fely pada Barra setelah ia menyelesaikan riasan dan juga tataan rambutnya.
"Iya udah. Yu ah udah malem" ajak Barra. Fely menganggukan kepalanya. Dengan segera mereka berdua kini keluar dari kamar Fely.
***
Fely terus melihat kearah sekitarnya. Benar dugaannya jika Barra akan membawanya kerestoran ternama di Jakarta. Restoran yang sangat megah. Hiasan lampu semakin memperindah suasana. Ditambah dengan Barra yang ternyata memesan ruangan VIP untuk mereka.
Ya, Barra ingin pivate dinner bersama Fely. Ia ingin saat berduaan dengan Fely tidak ada yang mengetahuinya. Lagi pula, ini kali pertamanya mereka dinner diluar hanya untuk dinner, bukan untuk kerpeluan yang lain seperti yang sudah-sudah.
Selain membooking VIP Room, Barra juga sudah memesan beberapa menu special yang tempat ini sediakan. Barra sangat yakin jika Fely akan menyukainya. Terlhat jelas dengan wajah Fely yang sangat berbinar kali ini.
"Lo yang siapin semuanya?" tanya Fely yang takjub dengan Barra yang seniat ini ingin makan malam bersamanya.
"Karyawannya yang bikin, gue cuman pesen aja" jawab Barra.
Memang Barra hanya mengatakan jika ingin ada private dinner bersama seseorang. Maka, pihak resto menawarkan pelayanan yang terbaik dari yang paling baik pada Barra. Lantas, Barra menyetujuinya begitu saja. Karna ia ingin setiap momen yang mereka lalui itu berkesan, layaknya pasangan suami istri pada umumnya.
"Seneng?" Tanya Barra.
Fely menganggukan kepalanya antusias. Jelas ia sangat bahagia jika berhubungan dengan kemewahan. Makanan dihadapannya saja, dapat ia taksir semuanya memcapai jutaan rupiah. Barra menuntun tangan Fely untuk duduk dimeja yang sudah disediakan.
Setelah Fely duduk, Barra juga ikut duduk didepan Fely dengan jarak hanya terpisa dengan meja kecil saja.
"Sering-sering napa bawa gue ketempat ginian" ucap Fely.
Barra menyunggingkan bibirnya. Memang ia sudah mengetahui jika Fely sangat gila akan kemewahan. Apa lagi saat Fely mengetahui jika Barra adalah pewaris tunggal dari semua perusahaan milik ayahnya. Fely juga sebenarnya pewaris tunggal, tapi Fely tipikal orang yang hanya ingin menikmati hasilnya saja.
"Ya, kalo lo mau hubungan kita keekspos sekarang sih, bisa gue turutin" jawab Barra.
"Iya juga ya. Gila sih, harus rahasiain semuanya. Coba aja kita married nya pas lulus sekolah. Ga akan nih sembunyi-sembunyi kaya gini".
"Nah itu tau"
Fely memutuskan untuk menyantap makanan yang sangat menggiurkan ini. Barra juga sudah lapar sekali. Jadi, ia juga memutuskan untuk menyantap makanan yang sudah ia pesan juga.
***
"Aduh-aduh ini anak perempuan mama cantik banget" puji Lita saat Fely datang menghampiri keluarga besar Barra yang masih terjaga diruang tv.
"Mama bisa aja" jawab Fely dengan malu. Padahal dalam hatinya ia ingin sekali menjerit dan berkata apa yang ibu mertuanya katakan itu memang benar adanya. Barra yang datang menyusul Fely, sontak duduk disebelah istrinya itu.
"Kaki kamu udah ga papa Fel?" tanya Oma Ratu yang kebetulan berada didekat Fely, hanya terhalang oleh Lita saja.
"Udah ga papa Oma"
"Hati-hati lain kali ya".
"Iya oma pasti".
"Fel, ganti baju dulu yu? Biasanya juga ga betah" ajak Barra yang mendapat anggukan dari Fely.
"Bilang aja mau nagajakin Fely bercocok tanam" celetuk Adam yang mendapat tatapan tajam dari semuanya.
"Serah gue, sama bini sendiri ini" jawab Barra yang mendapat tepukan dari Fely. Memang sembarangan Barra jika sudah berbicara dengan Adam.
***
"Serius udah ga sakit lagi kakinya?" tanya Barra saat ia dan Fely berada di walk in closset yang ada dikamar Barra.
"Ga papa Barra, gue aman" jawab Fely sambil menyerahkan piyama berwarna maroon pada Barra.
Piyama couple yang memang banyak stok itu, satu persatu mereka pakai. Karna, lucu juga jika mereka selalu samaan dalam hal piyama. Hitung-hitung mengganti momen mereka disiang hari karna harus berpura-pura tidak memiliki hubungan apapun didepan banyak orang.
Barra menerima baju yang Fely siapkan untuknya. Ia kini membuka celana panjang dan juga kemejanya tepat didepan Fely. Sedangkan Fely akan memilih untuk berganti baju dikamar mandi saja sekalian ia membersihkan dirinya.
"Baju kotornya disimpen dikeranjang cucian ya suamii" ucap Fely saat meilhat Barra yang menyimpan asal baju yang pria itu pakai tadi.
"Iya istri" jawab Barra sebeelum Fely masuk kedalam kamar mandi.
Suara germircik air didalam kamar mandi bisa terdengar jelas oleh Barra. Barra memilih untuk merebahkan tubuhnya diatas kasur, sambil menunggu Fely yang sedang membersihkan diri itu. Membuka aplikasi game nya, lalu ia sekarang sudah sibuk dengan hp nya itu.
***
"Barra, udahan dong ah berisik, gue mau tidur" protes Fely pada Barra.
Bukan apa. Fely saja membersihkan dirinya itu memakan waktu 30 menit, ditambah dengan Fely yang mengeringkan rambutnya memakan waktu 15 menit, belum lagi Fely yang memakai skincare rutin nya. Dan Barra, belum selesai dengan game sialannya itu.
"Bentar lagi elah" jawab Barra.
"Ya udah, jangan berisik dong. Mulutnya mingkem aja".
"Mana seru" Jawab Barra yang berhasil membuat Fely sangat geram sekali pada suaminya itu.
Pasalnya, Fely paling tidak bisa tidur jika keadaan disekitarnya berisik. Ia hanya bisa tidur jika keadaannya sudah cukup tenang. Jika tidak, maka Fely akan terjaga sampai situasi sudah hening.
"Barra udahan, atau lo tidur diluar?" ancam Fely.
"15 menit deh Fel, janji gue" jawab Barra.
Mau tidak mau, Fely bangkit dari baringnya. ia memilih untuk duduk menyender pada senderan kasur, tepat disebelah Barra yang sama sekali tidak terganggu dengan Fely yang kini sudah menyenderkan kepalanya pada bahu Barra.
"Kalo mau tidur, tidur aja" ucap Fely.
"Mana bisa, kalo mulut lo terus aja berisik" jawab Fely sambil memperhatikan game yang sedang Barra mainkan.
Belum sampai 15 menit, Barra menyelesaikan game nya itu. Ia menaruh hp nya diatas nakas sebelah kasurnya. Tangan kanannya yang sedari tadi memegangi hp kini sudah berada dibahu Fely. Merangkul istrinya itu, sedangkan Fely kini melingkarkan tangannya pada pinggang Barra.
"Lo tuh bisa ga sih jangan berisik kalo main game? Pusing nih kepala gue kalo tiap malem maklumin lo terus" ucap Fely yang kini memejamkan matanya itu.
"Lo belajar game makanya, jadi gue bisa mabar sama lo" jawab Barra.
"Gue belajar game, dan stop urusin lo gitu ya?" tanya Fely.
"Enak aja. Udah kewajiban lo itu mah"
"Nah, lo tau kewajiban gue apa. Jadi, gue ga ada waktu buat belajar hal-hal yang ga penting".
Barra mengelus kepala Fely dengan lembut. Bibirnya tersenyum saat mendengar jawaban dari Fely. Barra lupa, jika sedang berdebat dengan Fely dirinya tidak akan menang. Istrinya memang pantas menjadi seorang pengacara.
"Enak banget ya jadi lo, abis nikah bukannya beban malah enak dilayanin sama gue" ucap Fely yang mengingat betapa enaknya jadi Barra yang apa-apa sudah Fely siapkan.
"Yang kasih lo makan siapa? Yang kasih lo uang jajan siapa?" tanya Barra yang tidak terima atas ucapan Fely barusan.
Barra sangat mengetahui dengan jelas jika uang jajan Fely naik drastis setelah menikah dengannya. Memang Barra memberi uang jajan pada Fely dengan nominal yang cukup fantastis. Belum lagi uang perawatan Fely yang cukup merogoh isi saldo rekening Barra.
Tapi, Barra tidak pernah mengeluh. Justru, sebelum Fely meminta uang, Barra selalu dengan mandirinya memeberi Fely uang. Karna Barra tidak ingin jika Fely kehabisan uang saat jauh darinya.
"Usahanya digedein ya suami, istrinya kan suka jajan yang cukup ngerampok isi salodonya" ucap Fely yang mendapat kekehan dari Barra.
"Iya siap istri, istrinya juga jangan boros terus ya. Kan suaminya nyari duit cuman dibeberapa sumber aja. Nanti kalo udah lulus baru, foya-foya juga gapapa".
Keduanya kini terkekeh. Lucu juga jika diingat, status yang masih sekolah, dan mereka harus menanggung beban sebagai pasangan suami istri.
***
TBC.
I hope you like the story
Don't forget to vote and comment
See you in the next part