"Malem minggu nih, nonton ga sih?" tanya Febri pada keempat temannya yang sekarang berada diruangan dance.
"Gas aja sih gue mah" jawab Nindi yang sedang memainkan hp nya.
"Ayo lah, lagian kaga ada kegiatan juga nanti malem" jawab Kai.
"Gue juga gas" jawab Clarin.
"Lo Fel, gimana?" tanya Febri. Fely menoleh pada temannya.
"Gue, gue ga bisa kayanya" tolak Fely.
Sejak menikah dengan Barra, setiap malam minggu Fely sudah ada jadwal bersama suaminya itu. Apa lagi segala kebutuhan mereka dirumah juga sudah habis.
"Kenapa dah? Perasaan lo jarang banget kumpul sama kita" tanya Kai.
"Tau lo!!" sahut Nindi.
"Gue ada janji sama cowok gue" alibi Fely.
"Siapa sih cowok lo?" tanya Febri yang masih penasaran siapa sosok laki-laki yang menjadi kekasih sahabatnya itu.
"Ada deh, udah ah gue mau kekantin aja, laper soalnya" ucap Fely mengalihkan pembicaraan. Ia juga kini bangkit berdiri dan segera meninggalkan ruangan dance.
"Gue penasaran cowoknya dia siapa sih?" tanya Kai.
"Gue juga lah, udah ah gue mau ke kantin juga susulin si Fely" timpal Nindi yang mengikuti Fely ke kantin.
***
Fely menatap tajam Barra yang duduk sangat dekat dengan Jihan dikantin. Memang tidak bisa dipegang ucapannya. Suaminya bilang akan menjaga jarak dengan Jihan. Tapi, apa sekarang? Mereka masih saja dekat.
Saking kesalnya, Fely tidak sengaja menabrak seorang kakak kelas yang sangat banyak ditakuti oleh kebanyakan siswa disekolah ini. Fely tidak sengaja menumpahkan bakso beserta kuahnya pada baju kakak kelasnya yang bernama Jennie itu.
"Sh*t, lo kalo jalan pake mata dong!!" ucap Jennie dengan suara yang cukup keras, sehingga semua pengunjung kantin menoleh kearah mereka saat ini.
"Bego lo, anak TK juga tau, kalo jalan itu pake kaki, bukan pake mata!!" jawab Fely yang tidak terima dibentak oleh Jennie. Padahal, Jennie juga salah.
"Lo, nyolot juga ya ade kelas ga tau diri!!".
"Maksud lo apa?".
"Bersihin baju gue sekarang!!" perintah Jennie yang membuat Fely membelalakan matanya. Baju Fely juga tertimpa kuah bakso, tidak hanya Jennie saja.
"Lo buta, baju gue juga basah!!" jawab Fely.
"Lo udah tau salah, bukannya minta maaf malah nyolot ya!!" Sahut Sekar, teman Jennie.
"Diem lo, gue ga ada urusan sama lo!!" jawab Fely yang tidak suka atas Sekar yang ikut campur dalam urusannya dengan Jennie.
"Ngelunjak lo ya!!" Jenny menyiram Fely dengan air mineral yang ada ditangan Thalia, salah satu temannya juga.
"Anjing, sialan lo!!" ucap Fely yang kini merebut jus alpukat ditangan salah satu siswa yang Fely sendiri tidak tahu siapa. Tanpa banyak bicara, Fely menumpahkan minuman warna hijau itu sudah Fely siramkan pada wajah Jennie.
"Dasar lo, kakak kelas gila hormat, so cantik, muka kaya j*bl*y!!" keluarlah sudah semua perkataan pedas Fely sekarang.
Clarin, Nindi, Kai dan Febri yang melihat Fely yang sedang diserang oleh tiga orang kakak kelas itu sontak membela Fely dan ikut campur untuk menolong Fely yang rambutnya akan dijambak oleh Thalia.
"Heh, anjing mau ngapain lo??" tanya Nindi yang lebih dulu menarik rambut Thalia, sampai Thalia meringis kesakitan karna tarikan dirambutnya.
Sedangkan Kai kini sedang mengurusi Sekar yang akan menumpahkan minuman pada Fely. Sedangkan Fely sedang melayani Jennie yang hendak memukulnya, tapi selalu melesat. Fely yang geram kembali membawa satu gelas minuman jus jambu yang ada didekatnya. Wajah jennie sudah tidak karuan saat ini, ditambah dengan make up nya yang luntur, terutama dibagian mascara.
"Fel, udah Fel nanti dia buta" seru Clarin yang menahan tangan Fely yang akan membawa sambal yang ada dimeja yang sedari tadi Fely ambil minumannya. Jika sudah seperti ini, Fely tidak akan pernah nanggung-nanggung untuk mempermalukan lawannya.
Mereka juga sudah dipisahkan oleh penjual kantin. Jennie yang sudah sangat malupun segera pergi dari sana. Sedangkan Fely merogoh uang ratusan ribu untuk ia berikan pada beberapa orang yang tadi minumannya dirampas oleh Fely.
"Buat gantiin minuman lo" ucap Fely.
Bukannya keluar kantin, justru Fely malah ditarik oleh Febri untuk mendekat ke meja yang berada didekat Barra dkk yang sedari tadi memperhatikan mereka.
"Hp gue anjir lah kena siram si mak lampir" Fely mengeluarkan hp nya yang sedari tadi ia taruh di kemeja nya.
"Keren, temen gue keren" komentar Vino yang berjalan menuju arah Fely.
"Bacot lo! Clar lo ada baju diloker kan?" tanya Fely pada Clarin yang memang selalu sedia baju dilokernya.
"Ada, yu ganti. Lagian ngapain sih malah kesini?" tanya Clarin.
"Tau tuh temen lo malah narik gue kesini" jawab Fely yang sudah kesal. Lalu ia segera pergi bersama Clarin untuk berganti pakaian.
***
"Gila ya, berani banget si Fely" komentar Kamal yang mengingat kejadian Fely yang bertengkar dengan Jennie dikantin. Memang kelas mereka sedang jam pelajaran olag raga sekarang. Maka dari itu, mereka kini sedang berada dilapangan indoor.
"Lo ga tau aja dia kaya tarzan sekolah" sahut Vino yang memang mengetahui Fely akan membela dirinya jika tidak bersalah.
"Oh ya?" tanya Barra.
"Iya anjir, gue aja kalah nyalinya sama dia" timpal Ansell.
"Cewek gue tuh" Kamal menepukan tangannya didada.
"Ga, ah cewek gue itu mah" sahut Haykal yang ingin mengerjai Kamal.
"Jangan dong Kal, saingan gue berat"
"Hahaha, sebelum janur kuning melengkung" jawab Haykal.
Barra terkekeh mendengar ucapan Haykal. Tidak tahu saja jika janur kuningnya memang sudah melengkung. Sepertinya, jika mereka tahu yang mereka bicarakan itu adalah istri dari Barra, sosok yang paling disegani diantara mereka ini. Tidak akan percaya, seorang Barra memiliki wanita yang sangat angkuh itu.
"Kenapa lo Bar?" tanya Nizam.
"Ngga, tuh temen lo yang dua itu, gimana kalo misalnya si Fely ada cowok" jawab Barra.
"Masih bisa putus" jawab Kamal seadanya.
Barra semakin terkekeh. Tidak tahu saja, jika Barra tidak akan pernah melepaskan Fely sampai kapanpun. Sejak ia mengucapkan ijab kabul, sejak itulah Fely milliknya, dan hanya akan menjadi miliknya.
***
Fely dkk dan Jennie dkk kini sedang berada diruang Bk. Pertengkaran mereka terdengar oleh guru mereka sekarang. Jadi, merreka berada ditempat ini sekarang.
"Kalian ini kaya preman, kalian itu perempuan loh" ucap Bu Vanya , guru BP mereka.
"Dia yang mulai Bu" Jennie menunjuk Fely.
"Eh lo yang nyiram gue duluan ya!!" sanggah Fely.
"Kalo lo minta maaf ga akan gue siram!"
"Heh, kalo lo ga ngebentak gue mau minta maaf!!'.
"STOOOPPPP" Bu Vanya sudah geram melijat Fely dan Jennie kembali ribut saat ini.
"Kalian semua saya hukum!! Bersihin area sekolah, termasuk semua kelas sekarag!!"
"Bu ga bisa gitu dong!!" tolak Nindi yang tidak terima.
"Kalian protes, hukuman kalian ini bakalan saya tambah jadi 3 hari!!".
Mendengar ancaman dari Bu Vanya berhasil membuat mereka bungkam. Mau tidak mau delapan gadis itu menjalankan hukuman dari Bu Vanya.
***
Kini, bagian kelas Barra yang akan dibersihkan oleh Fely dan lainnya. Dengan penampilan yang sudah sangat kucel mereka membersihkan kelas yang kebetulan sedang ada jam kosong itu. Tapi, Barra dkk tidak ingin keluar dari kelas. Mereka bilang, mereka tidak akan menganggu kerjaan semua gadis yang sedang dihukum itu.
"Huh, cape banget" keluh Nindi. Fely menjatuhkan sapu yang ada ditangannya. Ia sudah sangat lelah. Selama ini, Barra tidak pernah menyuruhnya untuk bersih-bersih. Mentok hanya untuk menyapu kamar saja.
"Heh, kerja yang bener lo!" ucap Jennie yang sedang membawa pelan.
"Semuanya gara-gara lo!!" jawab Fely.
"Ga ngaca lo?" tanya Jennie.
"Terserah lo, gue udah cape!!"
"Lo, bisa ga hormatin kakak kelas lo?" tanya Thania pada Fely.
"Emang lo bertiga gila hormat, najis"
"Heh, kalian kalo mau ribut jangan dikelas kita" tegur Barra.
Sejujurnya Barra tidak ingin jika hukuman Fely akan ditambah. Karna ia yakin jika Fely kembali protes, maka hukuman tambahan oleh Bu Vanya.
Fely menoleh pada Barra. Jika harus diingat, karna dia lah Fely bisa menabrak Jennie. Dengan langkah yang cukup lebar, Fely berjalan mendekat ke arah Barra dkk yang tengah duduk dengan kaki mereka yang mereka naikan keatas kursi pula.
Fely membersihkan kolong kursi dan meja milik Barra dengan penuh emosi. Ia juga menatap wajah suaminya itu dengan kesal.
"Biasa aja dong boss" komentar Barra.
"Tau ga? Tadi gue liat cowok gue deket-deket sama cewek yang katanya temennya?" tanya Fely pada Barra. Teman-teman Barra yang ada disana sontak menoleh pada Fely.
"Masa? Mana cowoknya? Udah lah, putusin aja. Mending lo sama gue" jawab Kamal yang mendengar pertanyaan dari Fely itu. Jangan tanya Barra, ia sedang ketar ketir dikursinya. Fely ternyata melihatnya tadi.
Setelah berkata seperti itu, Fely memilih keluar dari kelas Barra, karna teman-temannya yang lain juga sudah keluar. Melihat Barra yang shock, Fely tersenyum miring sebelum benar-benar pergi dari kelas suaminya itu.
***
Sepulang sekolah, Fely langsung bergegas mandi, karna ia sudah tidak sangat betah sekali dengan badannya yang penuh keringat itu. Selang 15 menit, Fely kembali keluar dan ia melihat Barra yang sedang rebahan diatas kasur mereka dengan memainkan hp nya.
Fely yang kini sedang mengeringkan rambutnya itu tidak memperdulikan Barra disana. Bahkan, saat Barra memanggilnya juga Fely seolah tidak mendengarnya. Kekesalannya pada Barra masih ada. Bagaimanapun Barra lah yang menjadi alasan kenapa Fely dihukum.
"Lo udah selesai?" tanya Barra yang tidak digubris oleh Fely.
"Fely, gue nanya loh". ucap Barra lagi, dan Fely tidak menjawabnya lagi.
"Bajunya udah gue siapin di walk in closset, air juga udah gue set ke yang anget. Gue tunggu dibawah kalo emang lo jadi belanja sama gue. Kalo ngga juga ga papa gue mau jalan sama temen-temen gue" ucap Fely yang kini tengah mengepang kecil rambutnya.
"Lo marah sama gue?" tanya Barra.
"Ngga"
"Jangan boong"
"Gue bukan lo"
"Maksud lo apa?"
"Kalo mau jalan cepetan mandi" ucap Fely yang kini sudah selesai dengan riasan serta tampilannya. Ia memilih untuk melangkah keluar dari kamar. Karna ia tidak ingin berada dikamar lebih lama dengan Barra.
***
Barra membawa Fely kesebuah store hp ternama. Mendengar hp Fely yang terkena siram, mebuat Barra berinisiatif untuk membelikan istrinya itu hp baru. Tidak tanggung-tanggung, Barra merogoh kocek hingga puluhan juta untuk membelikan smartphone itu.
Tentu saja Fely sangat senang kali ini. Barra bisa juga membujuknya dengan barang yang mewah. Jika seperti ini, Fely tidak ada kesempatan lagi untuk marah pada suaminya itu.
"Barra, gue seneng banget" Seru Fely sambil bergelayut ditangan suaminya itu.
Tapi, Fely kesal saat banyak sekali wanita yang menatap suaminya. Tak sedikit Fely menegur siapa saja yang berani menatap suaminya itu.
"Apa lo? Sirik ya ga punya cowok kaya laki gue? Uh laki gue kan ganteng, tajir lagi. Pasti lo pada iri" ucap Fely pada beberapa gadis yang berdri didekatnya dan juga Barra. Para gadis itu kini saling berbisik, mungkin saja sedang membicarakan Fely. Tapi Fely tidak peduli.
"Stt, udah ah jangan gitu" tegur Barra.
"Kesel gue, enak aja liatin laki orang" jawab Fely.
"Yaudah biarin" jawab Barra yang kini mengajak Fely ke sebuah tempat makan yang cukup mewah. Sepertinya istrinya ini sedag lapar. Jadi, sifat resenya kembali datang.
Bukannya tenang, justru disini semakin banyak yang memeperhatikan Barra. Bahkan, pelayan restopun yang kini menuliskan beberapa pesanan mereka tidak hentinya memperhatikan Barra. Bahkan, berkali-kali pulpen yang ia pegang itu terjatuh, karna ingin mendapat perhatian dari Barra.
"Mbak nya kalo kerja yang bener, jangan cari perhatian sama suami orang" kesal Fely.
Memang Fely tidak segan untuk mengakui Barra sebagai suaminya. Karna memang ini sedang diluar. Lagi pula, Fely sudah memastikan disini tidak ada teman-temannya, maupun teman Barra. Jadi, ia bisa bebas mengakui Barra sebagai suaminya. Lagi pula, Barra tidak menegurnya akan hal tersebut. Karna yang Fely ucapkan adalah fakta. Barra adalah suaminya.
"Ma..maaf" jawab pelayan itu yang semakin gugup karna teguran dari Fely.
"Fely, udah. Maaf ya mbak, istri saya emang cemburuan" ucap Barra yang tidak enak pada pelayan itu. Sedangkan Fely memutar kedua bola matanya.
Setelah cukup menyebutkan beberapa menu pesanan, pelayan itu segera meninggalkan Fely dan juga Barra.
"Fel, ini tuh tempat umum loh" tegur Barra.
"Terus apa? Lo seneng ya diliatin banyak cewek disegala kalangan?".
"Ngga ya ampun".
"Hilih ngelak lagi" jawab Fely.
"Felysia Inez Gianina".
Fely terdiam. Ia tidak berani bersuara lagi sekarang. Ia memilih untuk memainkan kuku-kukunya dari pada harus menatap Barra yang kini sedang menatapnya.
Melihat Fely yang ketakutan, sontak Barra meraih jemari istrinya itu. Tidak ada penolakan dari Fely, Barra kini sudah menggenggamnya.
"Udah dong, lagi jalan lo kita masa mau berantem?" tanya Barra yang melembut. Memang sedari tadi Barra berbicara biasa saja pada Fely, hanya saja Fely yang kesal karna Barra justru menegurnya bukan membelanya seperti apa yang Fely harapkan.
"Gue tau lo kesel sama mereka, tapi gue kan ga ada tanggepin satupun. Lagian, lo tau sendirikan gue ga akan tinggalin lo demi yang lain".
"Tapi gue kesel. Ga di sekolah ga diluar, masih aja banyak yang perhatiin lo".
"Suami lo ganteng, wajar aja".
"Cih, PD gila lo". Fely menarik tangannya. Ia memilih untuk mengambil beberapa jepretan menggunakan hp baru nya. Tidak lupa ia juga mengambil foto bersama Barra. Walaupun sedang kesal pada lelaki itu, tapi Fely juga ingin mengabadikan beberapa momen bersama Barra.
Baik Barra maupun Fely, memasukan beberapa foto ke feeds inst*gram mereka, tentunya dengan wajah pasangan masing-masing yang ditutup menggunakan sticker emoji, agar tidak ada yang mengetahui siapa pasangan dari keduanya ini. Tidak lupa, Fely juga mengambil gambar beberpa makanan yang mereka pesan yang baru saja datang dimeja mereka berdua.
Jika diperhatikan, yang mengantar pesanan mereka bukan pelayan wanita yang tadi. Melainkan seorang pelayan laki-laki. Mungkin saja, pelayan perempuan yang tadi kena mental karna teguran dari Fely. Fely sendiri tidak memperdulikannya. Ia lebih memilih menyantap makanan yang sangat menggiurkan dihadapannya.
***
TBC.
I hope you like the story
Don't forget to vote and comment
See you in the next part