Keesokan harinya, tepat pada sore hari, Fely sedang duduk santai bersama keluarga besar Barra. Tentu saja dengan Barra yang selalu ada disampingnya. Barra seolah tidak ingin Fely jauh-jauh darinya. Tapi, Fely tidak merasa keberatan sama sekali karna Fely juga masih sedikit canggung dengan keluarga besar Barra.
Sedang asyik melihat hasil foto kemarin, Fely dan Barra dihampiri oleh Dinda dan juga Alina yang hendak mengajak Feky untuk keluar rumah. Memang Dinda sudah cukup akrab dengan Fely, jadi Dinda berani mengajak Fely keluar rumah saat ini. Di tambah usia mereka yang sama, dan Fely yang asyik saat diajak bicara oleh Dinda. Belum lagi Barra yang berkata pada Dinda untuk menemani Fely agar Fely merasa dianggap di sini.
"Fel, aku sama Alina mau beli seblak kedepan, kamu mau ikut? Kata kamu kamu suka seblak" tanya Dinda yang sudah berdiri didekat Fely dan Barra. Dibelakang Dinda juga ada Alina yang sedang menatap kearah Fely, layaknya Dinda pada Frly saat ini.
Sebelum menjawab ajakan dari Dinda, Fely terlebih dahulu menatap Barra. Jelas Fely harus meminta izin pada Barra. Sudah mau keluar rumah, ditambah Dinda yang mengajaknya untuk membeli seblak. Salah satu makanan pedas favoritnya.
"Boleh ya?" Tanya Fely dengan tatapan penuh harap pada Barra.
"Gue mau" lanjut Fely. Barra menatap Fely dan Dinda secara bergantian.
"Naik apa?" tanya Barra.
"Aku sih pengennya naik motor, kan ada motor banyak didepan". jawab Dinda.
"Tapi gue ga bisa bawa motor" jawab Fely. Fely hanya belajar membawa mobil selama ini. Jadi, Fely tidak tahu caranya mengendarai kuda besi itu.
"Kalo mobil aku ga bisa Fel, belum belajar".
"Gue bisa ko" jawab Fely.
"Heh, siapa yang izinin bawa Fely?" tanya Barra pada Dinda. Karna Alina dari tadi hanya diam saja memperhatikan interaksi antara Barra, Fely dan juga Dinda. Fely menoleh kearah Barra. Fely benar-benar ingin sekali makan seblak kali ini. Seingatnya terakhir ia makan seblak saat bersama Barra dulu. Itupun karna Fely yang marah pada Barra.
"Yaelah Bar, aku sama Alina cuman mau bawa ke tempat seblak. Janji deh ga akan kemana-mana lagi nanti" jawab Dinda.
"Lo mau banget?" tanya Barra pada Fely. Fely mengangguk dengan antusias.
"Ya udah, tapi pake mobil, gue pinjem dulu sama papa, lo bisa kan bawa mobil punya papa?" tanya Barra, dengan segera Fely menganggukan kepalanya. Barra segera beranjak dari duduknya lalu mengambilkan Fely kunci mobil untuk istrinya itu pergi bersama Dinda dan juga Alina.
Beberapa saat kemudian Barra kembali datang dengan menyerahkan kunci mobil pada Fely. Dengan senang hati Fely menerimanya. Tidak lupa Barra memberikan Fely beberapa lembar uang pecahan seratus ribu yang Barra simpan di dompetnya.
"Nih, jangan malem pulangnya katanya mau ke Braga. Uangnya juga buat bayarin Dinda sama Alina juga. Jangan terlalu pedes, kalo gue suruh pulang langsung pulang, gue ga terima penolakan" ucap Barra panjang lebar.
"Titip istri gue, kalo dia pesennya pedes banget suruh buang" kini Barra berkata pada Dinda.
"Iya siap" jawab Dinda agar bisa dengan cepat meninggalkan rumah.
Fely menyalami tangan Barra terlebih dahulu sebelum Fely pergi. Tidak lupa tentunya Barra untuk mencium kening Fely. Dinda hanya bisa memutar kedua bola matanya melihat keromantisan Barra dan juga Fely. Dalam hatinya ingin sekali Dinda protes karna Dinda juga ingin seperti mereka berdua.
***
Setelah menempuh perjalanan sekitar 15 menit, Fely memarkirkan mobilnya didepan warung seblak ternama di Bandung. Sesuai interupsi Dinda tentunya. Setelah turun dari mobil, tidak lupa Fely untuk menguncinya. Lalu mereka bertiga segera masuk kedalam, dan memilih beberapa isian seblak, karna tempat seblak yang mereka datangi merupakan seblak prasmanan.
Setelah memberikan beberapa isian seblak mereka yang mereka simpan didalam mangkuk, tidak lupa Fely membayar semua pesanan miliknya dan juga Dinda serta Alina. Sesuai perintah Barra tadi. Alina dan Dinda sebenarnya sudah menolaknya, tapi Fely memaksa dengan membawa nama Barra disini. Setekah selesai dengan p********n, ketiga gadis itu mencari meja yang kosong untuk mereka tempati. Karna kebetulan warung seblak sedang ramai.
Fely duduk dengan Dinda yang ada disebelahnya, sedangkan Alina duduk dihadapan Dinda dengan terhalang meja kecil didepan mereka. Dan mereka juga memilih tempat dipaling pojok, karna hanya tersisa tempat itu saja yang kosong.
"Ga papa disini aja Fel?" tanya Dinda. Fely tersenyum lalu menganggukan kepalanya.
"Ga papa" jawabnya.
Baru saja duduk beberapa detik, hp Fely sudah berbunyi tanda ada telfon masuk. Dengan segera Fely melihat siapa yang menelfonnya. Fely tersenyum saat nama Barra yang ada disana. Bahkan suaminya itu melakukan vidio call. Dengan segera Fely mengangkatnya.
"Apa, kenapa ngapain ada nelfon? Anda butuh apa?" Tanya Fely bertubi-tubi. Barra hanya bisa tersenyum mendengar Fely bertanya padanya. Tidak terkecuali Dinda yang duduk disebelah Fely. Ntah kenapa senyum Dinda mengembang kala Fely menjawab panggilan vidio dari sepupunya. Apa lagi Dinda bisa melihat dengan jelas Barra yang tersenyum lepas pada Fely, senyuman yang tidak pernah Dinda lihat sebelumnya.
"Ya, ya butuh istri gue lah" jawab Barra dengan salah tingkah.
Jangan tanya Fely bagaimana sekarang. Wajahnya sudah memerah karna menahan malu. Suara Barra jelas terdengar keras sekali. Ia bisa melihat Dinda dan juga Alina yang menatap kearahnya dengan senyuman malu-malu.
"Oh, butuh ya? Ga bisa jauh ya?" tanya Fely.
"Ngga ish, gue mau mastiin aja kalo lo ga makan pedes banget" alibi Barra. Padahal kenyataanya Barra mencemaskan Fely yang tidak ada disampingnya saat ini.
"Halah, boong banget kalo ga butuh gue balik ke Jakarta ya?" jawab Fely tidak percaya.
"Enak aja ga boleh" jawab Barra dengan segera. Fely terkekeh saat ini.
"Katanya ga butuh"
"Lo fikir aja sendiri lah" jawab Barra kesal. Mana ada Barra tidak membutuhkan Fely. Karna hadirnya Fely Barra bisa lebih dewasa dari sebelumnya. Karna hadirnya Fely Barra bisa lebih tanggung jawab. Segalanya karna Fely Barra menjadi seperti ini.
"Makanan gue belum nyampe. Lo mau gue bungkusin ga?" tanya Fely pada Barra.
"Ngga, gue titip aja lo jangan terlalu banyak pedesnya". Fely tersenyum lalu menganggukan kepalanya.
"Suami udah ya suami seblaknya udah dateng nih, istrinya laper ga sabar makan seblak bye" ucap Fely lalu mematikan panggilan vidionya bersama Barra. Karna seblaknya sudah datang, ketiga gadis itu segera menyantap seblak yang sangat menggoda itu.
"Fel, awal kamu mau nikah sama Barra gimana sih?" tanya Dinda ditengah kenikmatan kuah seblak yang sedang Fely makan. Fely menoleh sebentar pada Dinda.
"Gimana apanya?" tanya Fely.
"Iya, ko kamu mau sih?" tanyanya lagi. Fely tersenyum lalu meceritakan awal mula kenapa dirinya mau menikah dengan Barra. Memang Dinda sudah mengetahui jika Fely dan Barra itu dijodohkan. Tapi, Dinda ingin mendengar penjelasan langsung dari sumbernya, yaitu Fely.
"Ya, gue fikir dia bakalan nolak juga" ucap Fely diakhir kalimatnya.
"Barra keliatan cinta banget sama kamu" ucap Dinda yang menilai karna Dinda melihat secara langsung sikap Barra pada Fely. Dan Dinda bisa sangat meyakini jika Barra sangat mencintai Fely, dari cara tatapan Barra pada Fely benar-benar tulus.
"Lo ga tau aja gue pernah minta pisah sama Barra" ucap Fely.
"Kenapa? Kamu ga ngerasain apa kalo Barra cinta sama kamu?" tanya Dinda.
"Dan mungkin ga sih Barra mau karna dia udah cinta sama kamu dari dulu?" Tanya Dinda lagi. Fely tersenyum kembali saat ia akan menjawab pertanyaan dari Dinda.
"Din, gue sama Barra pure kenalan pas kita mau dijodohin, ya emang sih gue tau siapa Barra. Cuman ya, ga berekspektasi bakalan nikah sama dia, pas masih sekolah pula. Dan asal lo tau, kita sama sama ga cinta awalnya. Bayangin aja, baru kenal terus diajak nikah. Dan perlu lo tau juga, ada satu cewek yang suka sama Barra disekolah, dan beruntungnya dia diterima baik dipertemanan Barra" jelas Fely panjang lebar. Dinda dan Alina hanya bisa mendengarkan tanpa mereka berani berkomentar sebelum Fely menjelaskannya semua.
"Asal lo tau, gue snewen banget kalo itu cewek udah caper ke suami gue. Rasanya pengen gue pites tau ga. Dan sialnya si Barra baik banget lagi sama itu betina satu" lanjut Fely dengan menggebu. Ntah kenapa, mengingat wajah Jihan membuat dirinya ingin marah saat ini.
"Terus kamu gimana saat itu?" tanya Alina yang kini berani bertanya pada Fely. Fely menoleh ke arah Alina yang berada didepannya.
"Gue minta Barra buat lepasin gue kalo misalnya Barra masih deket sama itu cewek. Tapi Barra ga mau, katanya dia udah pilih gue buat jadi pasangan hidup dia. Dan dia ga mau yang lain" jawab Fely.
Ada rasa sakit dihati Alina saat mendengar penjelasan dari Fely. Tapi, Alina bahagia saat melihat Barra bahagia bersama Fely. Walau pada akhirnya Barra tidak memilihnya untuk menjadi pasangan hidup. Melainkan Fely lah yang Barra pilih, dan bahkam Barra tidak ingin melepaskan Fely.
"Gila sih, tapi kamu hebat sekarang Barra keliatan sayang banget sama kamu" komentar Dinda.
"Iya gitu?" tanya Fely tidak yakin.
"Fely, dengan dia sebegetunya sama kamu, kamu ga percaya kalo dia cinta sama kamu? Perlu aku pejelas ga? Tatapan Barra ke kamu itu beda banget, aku ga pernah liat Barra kaya gitu ke cewek" jelas Dinda. Fely hanya bisa tersenyum malu karna ucapan Dinda padanya.
Percakapan tidak berakhir sampai disini. Fely, Dinda dan juga Alina asyik bercerita kesana kemari sampai mereka tidak sadar jika makanan mereka sudah habis. Memang benar ya, perempuan tidak akan puas jika sudah bercerita.
***
Fely, Dinda dan juga Alina kembali sebelum adzan magrib berkumandang. Karna, Barra sudah merecoki hp Fely terus menerus. Sampai Fely pusing sendiri mendengar banyaknya pesan masuk dan panggilan yang sengaja tidak ia jawab dari Barra. Ketiga gadis itu segera mememasuki rumah. Tapi, belum sempat masuk, Fely sudah dihadang Barra yang ternyata menunggunya dibalik pintu.
"Astagfirullah" pekik Fely saat Barra tiba-tiba muncul didepannya.
Barra segera menyodorkan tangannya pada Fely. Fely yang sudah mengertipun melakukan tugasnya sebagai istri. Sedangkan Dinda dan juga Alina memilih untuk masuk kedalam rumah, meninggalkan Fely dan juga Barra yang masih berdiri didepan pintu.
"Lo ngapain sih disini?" Tanya Fely heran.
"Lo lama banget sih?" Ucap Barra.
"Ya ampun, ga lama juga. Bener ya kata Dinda, kalo lo itu udah kecintaan sama gue. Buktinya jauhan bentar aja lo ga mau" jawab Fely.
Barra terdiam. Apa benar sebegitu cintanya Barra terhadap Fely? Sampai ia uring-uringan saat Fely keluar rumah tanpanya? Barra bukannya belum menyadari perasaannya terhadap Fely, hanya saja Barra menunggu momen yang pas untuk mengutarakan perasaannya terhadap gadis didepannya ini.
"Apaan sih lo? Udah ah sono mandi, terus ke mushola, buat sholat jamaah katanya sama yang lain". Ucap Barra yang ntah kenpa tiba-tiba salah tingkah karna ucapan Fely.
"Ya udah, gue ke kamar dulu ya suami"
Cup!
Fely mencium pipi Barra. Gadis itu segera berlari meninggalkan Barra yang masih mematung disana karna ulahnya. Ya, Barra benar-benar shock saat Fely menicum pipinya secara tiba-tiba. Memang ini bukan yang pertama, tapi Fely biasanya tidak berani melakukannya jika bukan dikamar. Barra tidak akan seperti ini jika Fely terbiasa melakukannya diluar kamar, karna jika disini besar kemungkinan akan ada orang yang melihat mereka.
***
Selepas sholat magrib, Barra membawa Fely untuk jalan-jalan di Braga. Karna esok mereka sudah harus kembali ke Jakarta. Memang Barra menjanjikan Fely untuk jalan-jalan di sana. Jalan yang dikenal sebagai kawasan bersejarah dengan bangunan bergaya belanda itu.
Mereka berdua juga sudah berada disalah satu tempat ternama di Braga. Kopi Toko Djawa, ya itu tujuan awal Fely dan juga Barra saat baru saja menginjakan kaki di Braga.
Sesuai namanya Kopi Toko Djawa menjual aneka minuman kopi. Menu yang menjadi andalan adalah es kopi s**u djawa yang memadukan kopi, s**u, dan gula aren yang dicampur jadi satu.
Sesuai namanya Kopi Toko Djawa menjual aneka minuman kopi. Menu yang menjadi andalan adalah es kopi s**u djawa yang memadukan kopi, s**u, dan gula aren yang dicampur jadi satu.
Selain kopi, kedai ini juga menjual minuman lainnya seperti coklat, green tea, dan asam jawa. Terdapat juga aneka roti, croissant, dan donat yang dapat dinikmati.
Setelah memesan beberapa jenis makanan, Fely dan Barra segera menyantapnya. Tidak lupa mereka juga memesan untuk semua orang yang ada di rumah. Karna, mereka tidak enak saat pulang nanti dengan tangan kosong.
Beberapa saat kemudian, makanan mereka sudah habis, Fely mengajak Barra untuk pergi ke Kedai es krim disana. Bernama Sweet Cantina. Kedai ini memang kecil tapi pilihan es krimnya banyak banget mulai dari coklat, durian, mocha, stroberi, choco mint, bubble gum, hingga marie regal.
Selain es krim, Sweet Cantina juga menjual aneka cookies seperti choco chips, lotus biscooff hingga ube oreo. Bila ingin menikmati keduanya, bisa nih pesan sandwich ice cream.
Tentu saja Fely tidak puas dengan satu menu, setelah membeli beberapa menu, Fely mengajak Barra untuk jalan-jalan dengan tangan mereka yang memegangi ice cream. Sedangkan Barra, selain ice cream di tangannya sudah banyak sekali makanan yang akan mereka bawa pulang untuk anggota keluarga dirumah.
"Bar, foto dong " pinta Fely pada Barra. Dengan senang hati Barra mengambil beberapa jepretan foto untuk Fely. Selain itu, Barra juga meminta tolong pada siapapun yang mau mempotretnya dengan Fely. Karna, mereka juga ingin mengengang momen saat sedang di Bandung.
Setelah puas berfoto, Fely dan Barra memutuskan untuk duduk sejenak. Berbincang layaknya pasangan pada umumnya.
"Gimana? Seneng?" Tanya Barra pada Fely.
"Seneng banget, gue mau kesini lagi" jawab Fely girang. Barra tertawa sejenak. Melihat senyuman Fely yang begitu lepas, membuat hatinya tenang.
"Nanti ya, liburan semester" jawab Barra lalu meraih tangan Fely. Digenggamnya erat tangan itu, karna Barra sudah menyadari jika banyak sekali pria yang melihat Fely secara terang-terangan. Tentu saja Barra tidak akan membiarkan mata lelaki-lelaki yang lewat didepan mereka dengan bebas melihat Fely.
"Janji ya?" Tanya Fely. Barra menganggukan kepalanya.
"Iya, iya janji" jawab Barra.
Fely tidak menjawab ucapan Barra kali ini. Ia lebih memilih untuk mengamati orang yang berlalu lalang didepan mereka saat ini. Braga sangat ramai sekali malam ini. Padahal, ini bukan akhir pekan, tapi banyak sekali anak muda seumuran Fely dan juga Barra yang menghabiskan malam mereka disini. Sama halnya dengan Fely dan Barra. Keduanya memutuskan untuk pulang setelah toko-toko yang ada di Braga sudah tutup semuanya.
***
TBC.
I hope you like the story
Don't forget to vote and comment
See you in the next part