Fely membuka pintu kamarnya setelah ia mengantarkan semua teman-temannya. Ekspresi kesalnya masih terlihat saat ini. Apa lagi, saat Fely melihat Barra. Padahal, suaminya itu tidak bersalah. Tapi, tetap saja mengingat Barra yang dipeluk oleh Jihan didepan mata kepalanya sendiri.
Fely berjalan menghampiri Barra yang sedang bermain game di sofa. Tapi, lelaki itu masih menyempatkan untuk menyodorkan tangannya karna Fely yang ingin menciumnya. Tapi, Fely masih saja menekukan wajahnya.
"Kenapa?" Tanya Barra yang menyadari ekspresi Fely yang tidak bersahabat itu.
"Enak banget lo di peluk-peluk sama si Jihan. Anget ya?" Tanya Fely. Barra menyerngitkan kedua alisnya. Perasaan, Barra menyingkirkan Jihan yang tadi memeluknya.
"Apaan sih?". Pria itu kembali bermain gamenya yang belum selesai itu.
"Lo mah, malah asyik main game aja" Protes Fely lalu bangkit dari duduknya. Dan kamar mandi lah tujuannya kali ini.
Barra hanya bisa menarik nafasnya sambil menggelengkan kepala. Dihadapkan dengan mood Fely yang cukup buruk membuat Barra bingung sendiri. Belum lagi, kini ia harus memikirkan cara untuk membuat mood Fely kembali baik. Meskipun Barra tidak tahu hal apa saja yang membuat Fely seperti ini.
Selang beberapa menit, Fely sudah selesai dengan kegiatan mandinya. Seperti biasa ia selalu mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer, karna Fely selalu keramas jika dirinya mandi. Jika tidak, ia merasa ada yang kurang, bahkan merasa dirinya belum mandi.
Barra yang sudah selesai dengan game nya sontak menghampiri Fely. Bahkan, Barra sudah berani memeluk istrinya itu dari belakang. Mencium aroma sabun khas perempuan dikulit Fely. Bahkan, wangi shampo yang Fely pakai sangatlah segar. Dimana Barra sangat menyukainya. Bahkan, kini Barra tidak mau mengangkat wajahnya dari ceruk leher Fely.
"Awas ah, abis dipeluk sama si Jihan. Males banget gue bekas si Jihan" Ucap Fely sambil menaikan bahunya yang dimana Barra meletakan dagunya disana.
"Apaan sih, kan dia yang meluk gue" Jawab Barra.
"Ya ga mau gue. Lo bekas dipeluk cewek lain. Sono ah jangan peluk-peluk gue".
Barra melepas pelukannya. Tapi, ia kini meraih kedua bahu Fely untuk membuat Fely berbalik menghadapnya. Karna Fely yang sedang tidak ingin mengeluarkan tenaganya, Fely kini sudah berhadapan dengan Barra. Walau, matanya yang menunduk melihat kakinya dan juga kaki Barra disana.
"Lo kenapa sih? Lo cemburu?" Tanya Barra.
"Ngga. Gue ga suka aja. Gue aja ga pernah dipeluk sama cowok lain sejak gue nikah sama lo. Eh lo malah seenak jidat dipeluk sama cewek lain" Jawab Fely.
Barra tersenyum. Padahal, ia tahu jika Fely cemburu sekarang. Memang sama sifatnya Barra dan Fely ini. Dimana sama-sama gengsi untuk mengungkapkan kecemburuan. Tapi, bedanya sekarang Barra sudah tidak gengsi lagi. Karna, Barra sudah berani mengutarakan perasaannya terhadap gadis itu. Dan, cemburu Barra juga tidak perlu Barra pendam. Ia kini sudah bisa mengatakan rasa cemburunya. Karna, Fely sendiri sudah mengetahui jika Barra menyayangi dan mencintai gadis itu.
"Kalo cemburu bilang aja, ga usah gengsi. Lagian, dia meluk gue karna takut aja. Gue ga bales pelukan dia juga kan" Ucap Barra lalu menarik Fely kedalam pelukannya.
Sekarang, Barra mengerti kenapa Fely menjadi seperti ini sekarang. Pantas saja, wajah Fely terlihat kusut tadi. Dan protes saat Barra bermain game. Padahal, biasanya Fely tidak pernah protes jika Barra bermain game disiang atau sore hari. Barra juga kini menarik Fely kedalam pelukannya. Mengelus lembut rambut gadis itu, bahkan memberikan kecupan berkali-kali dipuncak kepala Fely.
"Jangan kesel lagi. Gue minta maaf ya, gue ga tau kalo dia mau peluk gue. Kalo gue tau pasti gue ngehindar" Ucap Barra lembut. Barulah Fely kini membalas pelukan dari Barra.
"Lagian jadi cewek murah banget. Apaan sih main peluk-peluk aja" Ucap Fely. Barra terkekeh.
"Syut udah ah, gue mau nagih hadiah dari lo" Ucap Barra. Fely mendongkakan wajahnya.
"Hadiah apa?".
"Kan gue udah menang kalahin kelas lo. Lo udah janji mau kasih gue hadiah". Ucap Barra.
Fely menyerngitkan alisnya. Berusaha mengingat percakapannya dengan Barra saat tepat hari pertam PORAK berlangsung. Tepat di rooftop Barra dan Fely membuat perjanjian tentang Fely yang akan memberi Barra hadiah, atau mengabulkan permintaan Barra, jika Barra bisa memenangkan pertandingan basket di sekolah.
"Gue fikir becanda doang" Jawab Fely.
"Enak aja".
"Ya udah mau apa?" Tanya Fely.
"Mau stay cation ke hotel. Dan lo, harus puasin gue sampe gue bilang cukup" Jawab Barra.
Fely sedikit kaget atas permintaan dari Barra. Ia fikir Barra akan memimta Fely untuk membelikannya sebuah barang. Ternyata, Barra meminta hal yang lain. Dimana hal yang sebenarnya wajar saja untuk sepasang suami istri. Tapi, apa harus Barra memintanya saat mereka masih ada jadwal untuk datang kesekolah?.
"Sekarang?" Tanyanya. Barra menganggukan kepalanya.
"Iya, bawa aja seragam kita. Jadi besok berangkatnya di hotel" Jawab Barra.
"Heh gila lo, mau bunuh diri? Masa keluar hotel pake baju sekolah. Mana seragam Palm itu bukan putih abu. Keliatan jelas banget beda dari yang lain. Belum lagi, apa kata mereka anak SMA keluar dari hotel pagi-pagi"
Memang agak lain Barra ini. Masa, mereka harus keluar dari hotel menggunakan seragam sekolah. Bisa-bisa kembali terjerat masalah mereka berdua ini. Belum lagi, apa kata pegawai hotel anak SMA tidur bersama di hotel pula.
"Ya terus gimana?".
"Yang lain aja mintanya" Jawab Fely.
"Ah males, gue mau staycation sama lo" Jawab Barra kekeuh.
Sejak awal pernikahan mereka, memang Fely dan Barra tidak pernah bebulan madu. Jadi, kemenangan Barra sekarang Barra gunakan untuk meminta pada istrinya untuk staycation di hotel. Anggaplah sebagai ganti bulan madu mereka yang tidak pernah terfikirkan.
"Ya jangan sekarang juga Barra Alman Said".
Barra memanyunkan bibirnya. Permintaannya kali ini benar-benar Fely tolak. Sepertinya memang Barra harus bersabar jika ingin merasakan bulan madu bersama Fely.
***
Karna melihat Barra yang cemberut sejak Fely menolak permintaanya. Akhirnya Fely mengajak Barra untuk makan malam diluar. Dan Fely juga memberikan saran untuk mereka berbulan madu di Bandung saja. Dimana, Barra dan Fely jangan dulu datang ke rumah Oma Ratu saat ke Bandung nanti, melainkan mereka yang tidur dihotel selama 1 sampai 2 malam. Beruntungnya, Barra mengiyakan saran dari Fely.
Kini, Barra dan Fely sedang berada di Caffe yang cukup terkenal di Jakarta. Berhubung caffe itu tempatnya mayoritas anak muda yang rata-rata seumuran mereka. Barra terus menutupi wajah Fely. Apa lagi, saat dimana Barra dan Fely harus berjalan melewati meja segerombolan pria yang terus berusaha untuk ingin berkelan dengan Fely. Bisa Barra lihat dari cara mereka menatap Fely.
"Tutup mata lo, biarin tangan gue halangin muka lo. Enak aja liatin lo gitu banget" Ucap Barra yang memang menutupi wajah Fely menggunakan kedua tangannya yang ia taruh disebelah kiri wajah Fely.
"Ish, jangan gitu juga Barra. Gue ga akan kegoda" Fely menyingkirkan tangan Barra agar tidak menghalangi wajahnya lagi. Karna, Fely cukup terganggu sekarang.
"Ngga, gue ga rela ya lo diliatin banyak cowok kaya gitu" Jawab Barra.
"Ya biarin aja. Gue ga ada layanin mereka".
Barra tetap saja menutupi wajah Fely. Bahkan, tidak sedikit Barra berani menjawab pertanyaan dari pria yang ingin berkenalan dengan Fely. Dan jawaban yang Barra berikan adalah dimana Barra berkata jangan pernah ganggu istrinya.
"Gue ga nyaman jalannya" Ucap Fely lagi. Dengan terpaksa, Barra menurunkan tangannya sekarang. Tapi, Barra segera menggenggam jemari Fely sampai mereka memilih tempat dimana akan mereka duduki.
***
"Apa sih lo, liatin bini gue terus?" Protes Barra pada salah satu pengunjung caffe yang duduk didekat meja mereka berdua.
"Oh udah nikah? Ko mau sih nikah muda mbak? Padalah mbak nya cantik dan bisa cari pasangan yang lebih baik" Jawab pria itu yang membuat Barra naik pitam.
"Heh maksud lo apa?" Tanya Barra sambil menggebrak meja. Karna dia yang berdiri saat ini.
"Barra, udah biarin jangan pake emosi" Ucap Fely yang meraih jemari Barra.
"Tapi dia nyebelin".
"Duduk" Perintah Fely. Barra hanya bisa menurut saja. Karna, ia tahu Fely tidak akan suka jika Barra harus menghajar lelaki itu. Walau, Barra ingin sekali memberikan bogem pada pipi lelaki itu.
Sementara, lelaki yang berbicara tadi hanya bisa mentertawakan Barra yang langsung menurut pada Fely. Padahal, dirinya akan senang hati melawan Barra jika Barra akan menghajarnya.
***
Setelah dari caffe, Barra dan Fely memutuskan untuk pulang saja. Karna, mereka sudah memakan ice cream disana. Jadi, tidak perlu keduanya untuk mencari ice cream lagi seperti biasa. Fely kini sedang memakai skincare malamnya. Baru ia akan menggunakan skincare pada Barra jika dirinya sudah selesai dengan kegiatannya.
Setelah selesai dengan segala skincare Fely dan juga Barra. Tidak lupa Fely menyimpan kembali beberapa skincare mereka keatas meja rias. Menyusunknya kembali seperti semula. Lalu, Fely kembali menaiki ranjangnya dan berbaring disebelah Barra yang langsung memeluknya sekarang.
"Fel, ngomongin yang tadi disekolah, lo ga tau apa-apa?" Tanya Barra hati-hati karna tidak ingin terdengar seperti menuduh Fely yang melakukannya.
"Yang mana?" Tanya Fely.
"Mobil si Febri sama si Jihan" Jawab Barra.
"Lo mau nuduh gue lagi?".
"Ngga, gue cuman nanya aja" Jawab Barra.
"Ga tau dan ga mau tau". Barra menganggukan kepalanya. Ia tidak akan bertanya yang lebih dalam lagi sekarang. Percaya atas jawaban dari Fely.
"Kalo mereka nuduh lo lagi, jangan dilayanin ya?".
"Gue ga janji masalah itu. Gue ga akan pernah diem aja kalo ada yang berani ngusik ketenangan gue" Jawab Fely.
"Lagian, kalo mereka mang mau nuduh gue. Ga ada bukti yang mereka punya" Lanjut Fely.
Barra tersenyum tipis lalu menganggukan kepalanya. Sepertinya, pembahasan yang sekarang harus ia hentikan. Ia tidak mau jika sampai beberapa bahasan lagi akan membuat mereka malah bertengkar seperti sebelumnya.
"Ya udah, tidur aja ya sekarang?" Ajak Barra yang mendapat jawaban iya dari istrinya itu. Kini, keduanya sudah terlelap dengan keadaan saling berpelukan. Karna, mereka yang sudah terbiasa saling memeluk satu sama lain, agar tidur mereka bisa lebih pulas dari biasanya.
***
TBC.
I hope you like the story
Don't forget to vote and comment
See you in the next part