Kembali Fely dkk memastikan jika keadaan parkiran sekolah sudah aman atau tidak. Dengan Kai yang memperhatikan sekitar. Sementara Fely, Clarin dan juga Nindi memperlancar kegiatan mereka yang sudah berjongkok didekat mobil Febri dan juga Jihan. Setelah mendapat interupsi dari Kai, ketiga gadis itu mulai mengempeskan ban mobil Febri dan juga Jihan.
Bahkan, sebelum ini Fely dkk sudah menaruh ular mainan kedalam tas kedua gadis itu. Beruntungnya, aksi balas dendam mereka didukung oleh alam. Dimana, semuanya dilancarkan begitu saja. Bahkan, saat Fely dkk masuk kedalam kelas Jihan untuk memasukan mainan ular, keadaan kelas gadis itu sedang sepi. Karna memang adanya pertandingan final basket antara kelas Barra dengan kelas Fely. Dimana, Barra sedang bermain tadi. Dan Fely hanya memeperhatikan sampai kelas Barra dinyatakan juara.
Sementara, saat sudah dinyatakannya kelas Barra yang menjadi juara, Jihan malah asyik mencari perhatian dari Barra. Tapi, Fely tidak mempermaslahkan itu. Justru dengan aksi Jihan itu membuat Fely bisa menjalankan aksinya dengan lancar.
Setelah dipastikan ke empat ban mobil milik Febri dan juga Jihan kempes, Fely dkk segera keluar dari parkiran. Meninggalkan semua jejak yang ada disana. Karna, aksi mereka kali ini tentu saja tidak boleh diketahui siapapun itu. Persetan dengan Febri yang akan kembali mengamuk dan menuduhnya. Fely dkk sudah mempersiapkan kata-kata mereka untuk membantah semuanya.
"Udah beres, yu cabut sebelum ada yang kesini" Ucap Fely yang mendapat anggukan dari semuanya. Dan keempat gadis itu segera keluar dari pelataran parkir.
Setelah melancarkan aksinya tadi, Fely dkk memilih untuk pergi ke kantin saja. Tenaga mereka cukup terkuras karna harus berhati-hati tadi dalam melancarkan aksi mereka. Jadi, saat ini perut mereka sangat keroncongan sekali. Dan hanya kantin lah yang akan menyelamatkan kelaparan mereka kali ini.
Sial, Fely dkk harus berpapasan dengan Febri dan juga Jihan yang dimana kedua gadis itu ingin ke kantin juga. Jika dilihat dari mata Jihan, gadis itu ingin menghampiri Barra dkk yang ntah sejak kapan berada di sini. Pasti, Jihan ingin duduk satu meja dengan suaminya itu. Dengan bantuan beberapa teman Barra yang akan mempermudah Jihan dan juga Febri untuk duduk disana.
"Feb, tuh meja si Barra masih kosong, disana aja" Ucap Jihan yang mendapat anggukan dari Febri.
Fely memutar kedua bola matanya. Padahal, meja didekat Barra dkk juga sama kosongnya. Lantas, kenapa Jihan harus duduk disana. Ingin rasanya Fely menjambak Jihan kali ini. Jika bukan karna Febri yang membongkar tentang pernikahannya dengan Barra tempo hari, ingin rasanya Fely berteriak pada Jihan jika Barra itu pacarnya.
Tidak ingin memusingkan masalah Jihan yang kini sudah duduk satu meja dengan Barra dkk. Fely dkk memilih untuk duduk dimeja yang cukup dekat dengan Barra dkk setelah mereka memesan makanan. Membicarakan tentang liburan mereka sepertinya seru juga.
"Nanti lo jemputin kita kan Fel? Males banget kalo harus nyamperin lo kerumah" Tanya Nindi. Fely memutar kedua bola matanya. Memang manusia rata-rata diberi hati malah meminta jantung ya. Sudah biaya liburan ditanggung oleh Barra. Dengan entengnya pula mereka tidak mau datang kerumah Barra inginnya di jemput saja.
"Ga ada usaha-usahanya banget anjing" Cibir Fely. Nindi malah cengengesan sekarang.
"Ya, kan mau enaknya aja" Jawabnya.
"Ntar gue bilangin dulu. Kalo dia ga mau kalian yang dateng kerumah" Jawab Fely.
***
Setelah beberapa hari berlalu tentang kehebohan di parkiran, kehebohan kembali terjadi di parkiran sekolah. Dimana Febri kini kembali mengamuk karna keempat ban mobilnya kempes. Dan sama seperti kejadian sebelumnya, tidak ada yang mau mengaku sekarang.
"Lo berdua abis kena paku kali" Ucap Haykal pada Febri dan juga Jihan.
"Ngga, masa tadi pagi baik-baik aja sekarang kempes?" Jawab Jihan.
Memang tidak masuk akal sekali jika sampai keempat bannya itu kempes. Karna, mereka berdua sangat ingat betul jika ban mereka baik-baik saja tadi. Dan mereka juga memarkirkan dengan rapi mobil mereka diparkiran. Dan yang paling penting adalah, dimana tidak adanya paku yang menancap pada salah satu ban mobil merka.
"Ini pasti ada yang sengaja kempesin ban mobil kita" Ucap Febri menggebu.
Fely dkk datang ke tempat parkiran dengan santainya. Mereka juga tidak sekepo kemarin dimana berpura-pura tidak mengetahui apa yang terjadi kala itu. Dan sekarang, mereka tidak ada yang bertanya tentang ada hal apa yang membuat parkiran ramai.
Saat Fely dkk ingin memasuki mobil Fely, Febri mencekal lengan Fely agar gadis itu tidak bisa masuk kedalam mobilnya. Karna, Febri kini yakin jika Fely dalang dari semua ini. Walau, tidak ada bukti yang ia punya untuk menyalahkan Fely bersama teman-temannya.
"Lo kan yang bikin mobil gue sama si Jihan kempes ban nya?" Tanya Febri.
Fely menyerngitkan kedua alisnya. Ia harus berakting sebagus mungkin sekarang. Layaknya kejadian kemarin dimana tidak kembali diungkit oleh Febri maupun pihak sekolah. Dan, sudah dipastikan jika kejadian sekarang juga tidak boleh diketahui oleh siapapun.
"Kalo mau nuduh itu pake bukti ya cantik. Gue ga ada lakuin apapun itu buat ada urusan sama lo. Karna ga penting banget" Jawab Fely sekalem mungkin.
"Halah, palingan juga lo sama temen-temen lo pelakunya. Kalo bukan lo siapa lagi?"
"Heh, itu ban bisa aja kena paku atau gimana. Gue rasa, lo yang terus cari masalah deh sama gue. Buktinya sekarang, apapun yang terjadi sama masalah lo, lo terus nuduh gue yang ga lakuin apapun itu" jawab Fely.
"Tau, lo demen banget sih nyari masalah sama kita" sahut Clarin.
"Iya, lagian, bukannya lo ya yang milih buat jauhin kita?" timpal Nindi.
Melihat Fely yang sedang dituduh oleh Febri tentu saja Vino dan Ansell tidak akan tinggal diam. Vino dan Ansell kini menghampiri Fely dkk serta Febri dan juga Jihan yang sedang berdiri didekat mobil Fely.
"Feb, gue rasa kalo lo mau nuduh orang itu harus ada buktinya deh" ucap Vino masih kalem. Karna, Febri tidak berteriak pada Fely. Jadi, Vino masih bisa menyesuaikan emosinya.
"Gue ga ada urusan sama lo Vino" Jawab Febri.
"Lo lupa? Urusan Fely urusan gue sama si Vino juga" kini Ansell yang bersuara.
Melihat Vino dan juga Ansell yang sedang membela Fely, Barra dkk kini mendekati mereka semua untuk melerai Febri dan Fely juga. Karna, sejak Febri sering jalan bersama Jihan, keenam gadis itu terus saja berseteru.
"Heh, lo tanya sama tuan putri lo berdua. Segitunya banget kalian belain si Fely, ga tau aja ada yang dia sembunyiin dibelakang lo berdua. Masa, sahabat mainnya rahasia-rahasiaan" ucap Febri yang geram.
Sebenarnya Febri ingin kembali mengungkit permasalah hubungan Fely dan Barra. Tapi, rasanya akan percuma saja karna adanya klarifikasi dari kedua ibu Fely dan juga Barra. Belum lagi, Barra dan Fely masih bermain apik tentang hubungan mereka.
"Heh, itu urusan si Fely. Lagian, ga semuanya kita harus tau. Yang terpenting disini adalah, lo berani nyentuh dia, lo berani nyakitin dia apa lagi sampe lo lakuin lebih dari apa yang gue bilang tadi. Gue sama si Ansell ga akan pernah tinggal diem buat kasih lo perhitungan setimpal-timpalnya. Sampe lo nyesel udah punya urusan sama si Fely" ucap Vino penuh penekanan.
"Gue ga pernah takut" jawab Febri.
"Ini ban cuman kempes aja, gue telfonin aja bengkel kesini. Ga usah khawatir" ucap Barra.
Barra sebenarnya ingin sekali membela Fely sekarang. Tapi, seperti apa yang Fely minta, Barra tidak boleh membocorkan perihal hubungan keduanya dulu sebelum desas desus tentang pernikahan Fely dan Barra mereda.
"Tapi bakal lama ga Bar?" tanya Jihan.
"Ga akan lama banget mungkin, lo tunggu aja didalem mobil nyalain ac kalo gerah" jawab Barra. Jihan menganggukan kepalanya. Jika Barra yang berbicara, pasti Jihan akan menurutinya.
Kini, Jihan membuka tasnya. Karna, gadis itu menyimpannya rapi didalam tas. Dan, sesuatu hal yang menakutkan datang pada gadis itu.
"Aaaa... uler...." Jihan melempar tas nya dengan cepat saat ia melihat mainan ular yang Fely simpan tadi. Tapi, sialnya adalah Jihan yang memeluk Barra kali ini. Padahal, jaraknya dengan Barra tidak terlalu dekat. Bahkan, Barra saja hampir terjungkal karna Jihan yang memeluknya.
Fely yang ingin mentertawakan Jihan karna keusilannya, justru sekarang malah dirinya yang kesal. Kenapa harus Barra yang gadis itu peluk? Apa ini karmanya yang sudah mengerjai Jihan, jadi Fely sendiri juga yang kesal. Walau Barra tidak membalas pelukan dari Jihan, tetap saja hatinya terasa panas sekarang.
"Ini cuman mainan Jihan" ucap Luthfi yang membawa mainan itu karna keluar dari ransel gadis itu saat Jihan melemparnya. Jihan menoleh pada Luthfi tanpa melepaskan tangannya yang melingkar pada leher Barra. Sementara Barra sedikit mendorong Jihan sekarang, agar gadis itu tidak memeluknya lagi. Karna, tatapan Fely sudah sangat menyeramkan baginya.
"Tapi siapa yang naro itu ditas aku Bar?" tanya Jihan pada Barra.
"Mana gue tau" jawab Barra dengan segera.
"Lo ada masalah apa sih Han sama orang? Perasaan kena sial mulu belakangan ini?" tanya Haykal heran.
"Ngga ada, gue ga ada masalah apa-apa sama siapapun" jawab Jihan.
"Kecuali sama si Fely. Dia dendam kali sama lo, karna lo bisa deket sama most wanted disekolah" ucap Febri memutar balikan fakta. Nyatanya, Fely tidak perlu iri pada Jihan. Karna Barra adalah miliknya.
"Anying, itu mulut. Jangan muter balikin fakta cantik! Lo tuh yang suka sama si Barra, makanya gencar banget deketin si Jihan biar lo bisa satu circle sama si Barra" jawab Fely yang tidak terima difitnah begitu saja oleh Febri. Barra mengurut keningnya pusing. Sekarang, namanya dibawa-bawa disini.
"Kenapa jadi bawa gue?" tanyanya.
"Ya karna dia yang mulai. Cinta gila kali sama lo, udah jelas lo ada cewek. Dasar cewek gila sama halu mau sama cowok orang" jawab Fely lalu masuk kedalam mobilnya.
"Masuk girls" Ucap Fely memerintah pada Clarin, Nindi dan juga Kai. Setelah itu, ia melajukan mobilnya tepat dimana Fely membunyikan klakson mobilnya untuk menyingkirkan Barra dkk dan juga Febri Jihan agar tidak menghalangi jalannya.
"Gue udah telfon bengkel, gue cabut duluan" Ucap Barra yang ingin segera pulang untuk bertemu dengan Fely dirumah.
Perginya Barra juga kini diikuti oleh teman-temannya yang lain. Jadi, tinggalah Febri dan juga Jihan disini. Menunggu orang bengkel langganan Barra. Karna Barra berkata jika pria itu menghubungi bengkel langganannya.
***
Fely memukul stirnya kesal kala ia mengingat Jihan yang seenak jidat memeluk Barra didepan mata kepalanya. Belum lagi Jihan yang tidak mau melepaskan tangannya jika Barra tidak mendorongnya.
"s**t" Umpatnya.
"Kenapa?" Tanya Clarin yang duduk disebelah Fely.
"Kesel gue, seenak jidat aja si Jihan meluk si Barra. Pengen gue colok matanya tau ga tadi" Jawab Fely.
"Lo cemburu?" Tanya Nindi.
"Ngga" Jawab Fely berbohong.
"Halah, ga mungkin. Lo cemburu ya? Lo udah cinta sama si Barra?" Tanya Kai.
"Ngga ish siapa yang cemburu?" Elak Fely.
"Ga usah boong sama kita. Kalo lo cemburu bilang aja" Ucap Clarin.
"Gue kesel aja. So cantik banget meluk-meluk laki gue".
"Ya itu karma buat lo. Lo sih ngerjain dia sampe di ketakutan. Ya jadinya punya kesempatan buat peluk suami lo lah" Jawab Nindi.
"Apapun itu gatel banget itu cewek" Jawab Fely yang masih tidak terima Barra dipeluk Jihan begitu saja.
Clarin, Kai, dan juga Nindi kini terkekeh melihat Fely yang terbakar api cemburu. Mereka yakin jika Fely itu sudah mencintai Barra. Tapi, Fely masih gengsi untuk mengutarakannya. Padahal, wajar saja jika Fely sudah mencintai Barra. Layaknya Barra yang sudah mencintai Fely. Lagi pula, bagus jika sepasang suami istri itu saling mencintai sekarang.
"Lo tinggal bilang aja kalo lo cinta sama si Barra apa susahnya sih? Lagian si Barra aja udah bilang kalo dia cinta sama lo" Ucap Clarin berusaha mengingatkan Fely agar tidak terlalu meneguhkan gengsinya yang sangat besar itu.
"Ngga, gue mau liat dulu perjuangannya dia ke gue. Bisa besar kepala kalo gue jujur soal perasaan gue" Jawab Fely yang tanpa sadar berkata jika dirinya sudah mempunyai perasaan pada Barra.
"Jadi bener lo udah cinta sama dia?" Tanya Kai.
"Ish apaan sih ko jadi cinta-cintaan. Gue lagi kesel sama si Jihan" Ucap Fely yang mengalihkan pembicaraan.
Clarin menggelengkan kepalanya. Ia melihat jelas ekspresi Fely saat ini. Wajah gadis itu juga sudah memerah. Clarin tahu jika Fely sedang berbohong sekarang. Tidak mungkin Fely tidak mencintai Barra. Melihat Barra yang dipeluk oleh Jihan saja membuat Fely sekesal ini sekarang. Belum lagi, kemerahan di wajah Fely akibat salah tingkah karna Fely yang tidak sengaja mengutarakan jika Fely mempunyai perasaan yang sama seperti yang Barra rasakan pada Fely.
"Muka lo tuh udah kaya tomat" Ucap Clarin. Sontak, Nindi dan Kai yang duduk dibelakang kini dengan sengaja memajukan wajahnya untuk melihat bagaimana merahnya wajah Fely sekarang.
"Ish apaan sih kalian, mundur ah ganggu aja yang lagi nyetir" Ucap Fely.
Teman-temannya ini memang paling suka menggoda Fely. Mereka kini memang sudah membenarkan posisi duduk mereka. Tapi, tidak dengan mulut mereka yang masih asyik menggoda Fely. Sampai Fely benar-benar tidak bisa melawan perkataan dari ketiganya.
***
TBC.
I hope you like the story
Don't forget to vote and comment
See you in the next part