“Kau dapat darimana pria manis ini Hen?”
“Aku menemukannya di depan gang.”
“Ah, kita akan mendapat santapan lezat untuk malam ini.”
“Ya, sudah cukup lama tubuhku tidak melakukan gerakan yang panas,” ujar salah satu di antara para lelaki lainnya, menatap Yuri dengan penuh hasrat.
“Hahahaha, tentu saja aku mengetahuinya. Untuk itu, aku berbaik hati untuk berbagi bersama dengan kalian,” balas lelaki yang membawa Yuri kemari.
“Nah, kamarilah kelinci kecil,” panggil salah satu di antara mereka yang tentu saja tidak diindahkan oleh Yuri.
“Hey, apakah kau tuli?!”
“Tenanglah Fer, dia hanya sedang bingung dimana ini.”
“Baiklah, cepat bawa dia kemari. Aku sudah tidak tahan ingin mencicipi dirinya.”
“Apa? Tentu saja aku dulu yang pantas mencobanya. Bagaimanapun juga, pria manis ini aku yang mendapatkannya.” Ujar orang yang kini berada di samping Yuri. Sungguh, Yuri sesungguhnya tidak terlalu mengerti mengenai apa yang tengah mereka bicarakan. Namun, tentunya Yuri tahu bahwa mereka akan melakukan suatu hal yang salah padanya.
Brukk…!
Tubuh mungil Yuri dihempas cukup keras ke sebuah ranjang berdecit yang memang terdapat di ruangan tersebut.
“M-mau apa kamu?!” tanya Yuri yang sudah benar-benar panik saat ini.
“Tentu saja ingin menikmati tubuh indahmu malam ini sayang,” ujar lelaki tersebut sembari melepaskan gesper celana yang tengah ia pakai saat ini.
“Tidak! Kumohon jangan apa-apakan Yuri,” balas Yuri yang mulai memberontak dan segera bangkit dari posisinya yang tadi terlentang sempurna.
“Diam, atau ku potong lehermu sekarang juga,” ancam lelaki itu sembari meletakkan pisaunya tepat di depan leher Yuri.
“Tidak, kumohon jangan… hikss… tolong lepaskan Yuri….”
“Tentu tidak bisa sayang, kamu sudah menjadi milik kami malam ini.” Lelaki tersebut, kini mulai mengecupi leher jenjang Yuri yang sangat putih itu. Ia, sesekali juga mengeluarkan lidahnya guna menjilati kulit manis itu.
“T-tolong hentikan… a-ahh… jangan sentuh Yuri. Yuri mohon jangan lakukan itu… hikss… ahhh!”
“Diam dan nikmati saja sayang.” Lelaki itu, kemudian semakin menjadi saat mendengar desahan samar Yuri.
“A-ahhh!! Tidak! Jangan—“
Braakkk…!!
Belum sempat Yuri menyelesaikan perkataannya, pintu ruangan dibuka paksa dengan sangat kencang oleh seseorang yang tentu saja membuat orang yang tengah berada di sana termasuk Yuri pun tersentak kaget.
“Lepas.” Lelaki yang mendobrak pintu itu menyuruh dengan tegas.
“Heh, siapa yang sedang kau suruh bocah?” tanya orang yang saat ini tengah berada di atas tubuh Yuri.
“Kutegaskan, lepas.” Tak mengindahkan pertanyaan orang tersebut, lelaki itu malah menegaskan sekali lagi dengan sangat menekankan kata dari kalimat singkat yang ia ucapkan.
“Kau ini sedang mencari mati ya? Hey kalian, cepat urusi bocah itu! Biar aku menuntaskan kegiatanku dulu,” ujar orang itu menyuruh teman-temannya dan kemudian ia pun kembali melanjutkan kegiatannya yang tertunda.
“T-tidak! Nii-chan!! Tolong Yuri!” pekik Yuri saat orang tersebut mulai membuka bajunya.
Srekk…!
“P-perih… Nii-chan… kumohon tolong Yuri….” Mohon Yuri pada sang ‘kakak' yang tengah menghadapi para lelaki brutal itu. Ya, orang yang telah mendobrak pintu tersebut tak lain tak bukan merupakan Sean.
“Lepaskan dia!” bentak Sean dengan raut wajahnya yang mengeras.
“Diam sayang, jangan seperti itu. Jangan memanggilnya, panggil saja namaku. Ayo, sebut namaku, Hendri.” Pria yang tengah berada tepat di atas tubuh Yuri itu menggeram saat fokus Yuri teralihkan. Kemudian, ia mulai menjilati seluruh penjuru tubuh putih nan mulus Yuri dengan sangat sensual.
“Aahh… i-itu geli… hentikan….” Yuri mendesah, tatkala Hendri menciumi sekitar perutnya.
“Sshh… sudah kukatakan untuk tetap diam. Teruslah mendesah, namun singkirkan tanganmu dari tubuhmu sehingga aku dapat mencicipi tubuhmu lebih—”
Brugghh!!
Sean dengan keras melayangkan sebilah kayu ke arah Hendri yang sontak membuat pria itu seketika ambruk tak berdaya.
“Cepat.” Sean, langsung menarik lengan Yuri begitu saja ke luar ruangan yang tentu membuat sangat empunya sedikit risih.
“Nii-chan, Yuri malu… baju Yuri sudah robek,” cicit Yuri sembari menyembunyikan tubuhnya di belakang tubuh Sean ketika keduanya sudah berada di ujung gang.
“Ck.” Sean mendecak, namun ia tetap berbalik dan kemudian menggendong tubuh Yuri layaknya anak kecil. Ya, posisi keduanya saat ini adalah, Yuri yang digendong oleh Sean dari depan yang membuat Yuri dapat menenggelamkan serta menutupi tubuh polos bagian depannya di d**a bilang Sean.
“Terima kasih banyak Nii-chan,” ujar Yuri berterima kasih pada lelaki dingin yang kini tengah membawanya masuk ke dalam mobil.
***
Saat ini mobil Sean sudah terparkir sempurna di depan apartemen miliknya. Ah, cukup kalian ketahui, Sean memanglah mempunyai apartemen lebih dari satu. Dan apartemen yang tengah ia datangi ini, merupakan apartemen terfavoritnya dan tentunya tidak diketahui oleh siapapun. Baik kedua orang tuanya, maupun kekasihnya.
Saat menoleh ke samping, Sean menghela nafas panjang seolah melihat sosok mungil yang kini tengah tertidur dengan amat pulasnya sembari berusaha menutupi tubuh bagian depannya yang terekspos dengan kedua tangan mungilnya.
“Ck.” Sean mendecak, namun setelahnya ia pun keluar kemudian menggendong tubuh Yuri masuk ke dalam apartemen miliknya.
***
Setelah berhasil membaringkan tubuh Yuri di atas ranjang miliknya tanpa harus membuat pemuda manis itu terbangun dari tidur lelapnya. Namun, saat Sean hendak beranjak ke kamar mandi, Yuri lebih dulu menahan tangannya.
“Apa?” tanya Sean dengan alis berkerut. Sungguh, ia benar-benar yakin bahwa pemuda itu sudah tertidur.
“Nii-chan ingin kemana?” tanya Yuri dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka.
“Kamar mandi,” jawab Sean yang memang benar adanya.
“Jangan tinggalkan Yuri. Nii-chan di sini saja, Yuri takut….” Yuri, berbicara pada Sean dengan matanya yang hampir berkaca-kaca. Ya, Yuri memang benar-benar takut saat ini. Ia tidak ingin ditinggal oleh ‘kakak’ nya itu.
“Tunggu,” ujar Sean sembari memutar kedua bola matanya malas.
“Nii-chan, Yuri ingin ditemani saat ini. Bisakah? Yuri mohon, untuk malam ini saja Nii-chan,” balas Yuri yang memohon pada Sean dengan raut wajah memelas.
“Tunggu.”
“Tapi Nii-chan… Yuri—”
“Diam!” Sean membentak pada akhirnya, berharap agar Yuri mau menurut. Namun sayang, sepertinya Sean melakukan kesalahan di sini.
Brukkk…!
Cup…!
Lengan Sean ditarik dengan kekuatan penuh oleh Yuri yang membuat kedua belah bibir tersebut kini bertemu. Tidak, Yuri tidak terbelalak. Karena, memang dialah yang mengharapkan hal itu terjadi. Justru di sini, Sean yang tengah terbelalak atas apa yang telah Yuri lakukan padanya.
“Nii-chan?” panggil Yuri yang kini tengah berada tepat di bawah kukungan Sean yang berada di atasnya.
Sean menatap Yuri dengan lekat sejenak. Pandangannya, menyusuri nulis putih nan mulus Yuri yang terekspos
Cup…!
Bibir keduanya kembali bertemu dalam sekejap. Bukan, bukan Yuri yang memulai. Kini, Sean yang memulainya lebih dulu. Bahkan, lelaki dingin tersebut tak hanya mengecup bibir ranum Yuri. Melainkan, memagut dan menyesap lembut bibir mungil tersebut.
~~ Bersambung ~~