Paginya.
Amora merasa kepalanya pusing dan sangat berat. Rasa nyeri dan mual masih mendominasi otak dan perutnya. Rasa ingin muntah juga kini turut Amora rasakan tapi coba dia tahan dengan memijit kuat kening dan tengkuknya sendiri berharap cara itu bisa meringankan rasa pusing yang tengah mendominasi kepalanya, dan perlahan Amora mengingat kejadian di club semalam, saat dia dengan begitu berani meneguk minuman beralkohol itu lagi dan lagi.
Amora ingat saat dia bertemu dan mengobrol dengan Beto juga Nicky, ingat ketika kedua sahabat Brian itu menjelaskan keberadaan mereka di Indonesia saat ini, lalu ingat juga saat Daniel datang menyelamatkan dia dari kekacauan yang dia ciptakan malam itu, akan tetapi dia tidak ingat kapan dia sampai di rumah dan sudah tidur di ranjangnya.
Amora masih memijat keningnya dengan sebelah tangannya saat tiba-tiba sebuah tangan melayang memeluk pinggangnya. Pikir Amora mungkin saja itu King atau Sky, saudara laki-lakinya, karena kadang kedua laki-laki tampan itu kerap merecoki tidurnya seperti ini.
Amora menarik nafasnya dengan sangat dalam kemudian menghembuskannya dengan sangat pelan , kembali melakukan hal yang sama berharap cara itu bisa sedikit mengembalikan kekuatan dan tenaganya yang hilang karena mabuk semalam.
Perlahan mata Amora mengerjap, berusaha mengembalikan kesadarannya dan menangkap siluet cahaya yang mengintip di celah gorden kamar itu. Menoleh ke arah sebelah tempat tidurnya, dan melihat rambut kepala yang sedikit menyembul di balik selimut bedcover itu. Amora jelas melihat rambut hitam legam yang lebat , namun pikir Amora masih tertuju pada King dan Sky. Diam sejenak sambil menatap langit-langit kamarnya, dan Amora baru sadar jika kamar ini berbeda dengan kamar dia di rumah orang tuanya.
"Di mana aku?" Tanya Amora pada langit-langit kamar itu lalu kembali menoleh ke arah laki-laki yang tengah tidur di sampingnya, lalu menatap baju tidur yang dia gunakan, itu jelas bukan baju miliknya, Amora ingat dengan sangat jelas semua barang miliknya dan ingat pula jika dia tidak pernah merasa punya baju tidur seperti yang dia gunakan saat ini.
"Oh ayolah sweetie. Ini masih sangat pagi, tidurlah lagi!" Suara itu mengalihkan pikiran Amora , terlebih lagi saat tangan laki-laki itu kembali menarik pinggangnya untuk tidur dan merapat ke tubuhnya.
"Oh apa ini?" Seru Amora saat laki-laki itu menariknya dalam pelukannya. Amora menyingkap selimut yang menutupi tubuh mereka dan "fuuuck,,,,. Brengseeek, apa yang kau lakukan?" Syok Amora saat melihat siapa laki-laki yang tengah tidur dengannya di ranjang itu. Dia adalah Daniel. Si kuda Nil yang sok kegantengan dan brengseeek nya gak ada lawan.
Amora langsung bangkit dari tidurnya, menarik selimut itu dan langsung menyerang Daniel dengan kemarahannya, terlebih lagi saat melihat laki-laki itu tidur tanpa busana dan hanya menggunakan celana bokser yang bahkan sangat tipis dan tidak pantas untuk Amora lihat , karena meskipun Daniel masih menggunakan celana tipis itu, Amora masih bisa melihat bagian inti tubuh Daniel yang bergelantungan di balik bokser sialan itu.
"Brengseek. Apa yang kau lakukan padaku? Aku belum pernah melakukan ini sama siapapun dan kau malah meniduri ku dengan bejatnya!" Murka Amora sambil memukul tubuh dan kepala Daniel dengan bantal guling, keset, selimut, dan apapun yang bisa dia jangkau dengan tangannya, karena sungguh dia tidak rela kesuciannya direnggut dengan cara tidak manusiawi seperti saat ini.
Daniel langsung menepis pukulan Amora dengan sebelah lengannya, melindungi kepalanya dari amukan wanita barbar itu.
"Hey apa yang kau lakukan? Kenapa malah memukul ku!" Daniel masih melindungi kepalanya dengan sebelah lengannya tapi Amora seperti orang kesetanan saat tau jika Daniel sudah menjamah tubuhnya , dan melecehkan nya saat dia mabuk dan tidak sadarkan diri.
"b******n, brengseeek, laki-laki biadab, penjahat kelamin. Kau melecehkan ku! Kau menodai ku, kau,,,!" Teriak Amora dengan sangat kencang dan kali ini ada tangis yang ikut mengiringi rasa kecewanya.
"Hey , apa yang kau katakan? Siapa yang melecehkan mu? Siapa yang menodai mu? Siapa yang,,,,?"
"Kau. Kau yang melecehkan ku brengseeek. Kau sudah menodai ku, aku benci kamu, aku akan menghabisi kamu, aku,,,,!" Amora kembali menyerang Daniel, menjambak rambut lebat Daniel dan memukul kepala itu berkali-kali dengan teriakan yang terdengar murka dan penuh kemarahan, dan Daniel menahan tangan Amora yang terus menjambak rambutnya, berusaha menjelaskan apa yang sudah terjadi di antara mereka karena semalam semua memang terjadi begitu saja.
"Amor tenang dulu, aku bisa jelasin semua ini, aku gak bermaksud untuk melakukan itu tapi aku khilaf. Aku,,,!"
"Bedebaah. Aku akan membunuhmu." Amora berucap sambil menangis tapi Daniel masih berusaha melepaskan tangan Amora di rambutnya, tapi bukannya melepaskan tangannya, Amora justru menendang tubuh bagian bawah Daniel , tempat di bagian sensitif nya hingga Deniel langsung meringkuk di lantai sambil menahan bagian itu.
"Aduh,,,, Amor. Kau benar-benar,,,!" Daniel menekuk lutut dan tubuhnya , merasakan sakit yang luar biasa di bagian paling penting seorang laki-laki, tapi bukannya tenang, Amora justru kembali meraih vas bunga untuk dia gunakan menghajar Daniel , tapi aksi Amora tadi belum sempat terjadi saat sebuah tangan menghentikan pergerakan tangan Amora yang ingin memukul kepala Daniel.
"Hay, apa yang terjadi?" Suara itu menyapa indera pendengaran Amora tapi Amora pilih mengabaikannya karena saat ini dia hanya ingin menghabisi laki-laki b******n yang sudah menodainya itu.
" Lepaskan aku. Aku harus menghabisinya. Dia sudah melecehkan ku. Lepaskan aku!" Balas Amora masih dengan kemurkaannya tapi orang tidak membiarkan Amora melakukan apa yang baru saja Amora ucapkan.
"Hey. Kau bisa membunuhnya jika seperti ini!" Ucap orang itu lagi tapi Amora tidak peduli , karena itulah yang dia inginkan.
"Ya. Aku akan membunuhnya. Aku akan membunuhnya. Aku akan membunuhnya!" Jawab Amora tapi tangan itu justru memeluk Amora dari arah belakang dan mendorong Amora ke arah sisi dinding kamar itu hingga tubuh Amora membentur dinding.
"Apa kau sudah gila. Oh Daniel, dimana kau menemukan wanita barbar seperti ini? Dia bahkan tidak segan-segan untuk membunuhmu di depan mata Nana!" Ucap orang itu yang tidak lain adalah Galuh.
Ya, semalam Daniel tidak jadi membawa Amora ke hotel karena pikir Daniel itu terlalu beresiko. Pihak resepsionis hotel pasti anak menanyai identitas mereka berdua , sementara Amora , tidak membawa apapun kecuali tas kecil yang isinya hanya ponsel mahalnya, dan yang kedua , gairah seexx Daniel kerap kali bangkit tidak tepat waktu ,dan sekalipun Daniel berhasil membawa Amora menginap di hotel semalaman, Daniel tidak bisa menjamin jika dirinya akan bisa menahan gairahnya saat sudah berada di kamar yang sama dan di atas ranjang yang sama, terlebih lagi situasi sepi mendukung mereka, maka dari itu Daniel memutar otaknya agar tidak berbuat biadab , dan pikirannya jatuh pada rumah Nana-nya. Tidak mungkin pula Daniel akan membawa Amora pulang ke rumah orang tuanya, Luci dan David, karena itu sama saja artinya bunuh diri.
"Nana. Milik Daniel sakit Nana, sepertinya kali ini akan bengkok!" Ucap Daniel sambil menahan rasa nyeri yang luar biasa di bagian inti tubuhnya namun Galuh membiarkan pemuda matang itu tetap di lantai dan meringkuk seperti itu.
"Oh Daniel. Apa yang harus Nana lakukan? Nana gak bisa,,,!" Galuh bingung melihat kondisi cucunya, tapi Daniel justru semakin mendorong tubuhnya untuk sampai di sisi ranjang.
"Wanita itu, wanita itu,,,!" Suara Daniel terbata karena menahan sakit dan baru setelah itu Galuh melihat kearah wanita yang semalam cucunya bawa pulang dalam keadaan tidak sadarkan diri, dan wanita itu sedang memijat bahu yang tadi terbentur tembok karena dorongan kuat Galuh.
"Oh apa kau tidak apa-apa? Maaf aku gak bermaksud untuk menyakiti mu, tapi kau bisa saja mencelakai cucuku!" Ucap Galuh membantu Amora bangkit dari bersimpuhnya lalu membawa Amora duduk dengan baik.
"Tapi dia melecehkan ku, dia menodai ku, dia,,,!" Suara Amora terdengar bergetar tapi Galuh buru-buru menggeleng karena itu tidak seperti yang wanita itu pikirkan.
"Tidak. Dia tidak melecehkan mu, dia tidak sampai menodai mu, percaya sama aku!" Tolak Galuh menenangkan kekhawatiran gadis cantik dengan iris terang yang sangat menawan itu.
"Tapi dia tidur di samping ku tanpa busana dan ini,,,!" Amora menunjuk pakaian yang saat ini dia pakai pada Galuh. "Dia menjamah tubuhku, melepas pakaian ku, dan,,,!"
"Ini bajuku. Aku yang melakukan itu semalam. Bukan dia. Aku terpaksa harus melepas pakaian kotor mu yang penuh muntahan agar tidak mengotori tempat tidurku, juga agar kau bisa mendapatkan tidur terbaikmu. Si tengil ini gak melakukan apapun padamu , karena semalam aku yang tidur bersama mu!" Jelas Galuh lagi.
"Tapi tadi dia jelas ada di ranjang dan tengah meme,,,!" Amora menggantung kalimatnya saat Daniel ikuti menyaut dari arah duduknya.
"Aku tidak melakukan itu Amora, aku gak melakukan apa yang kau pikirkan!" Timpal Daniel .
"Tapi tadi kau,,,!"
"Yes. Aku memang tidur di sebelah mu, itu karena aku merasa pegal tidur di sofa, tapi kau malah mengganggu tidur ku dengan aksi barbar kamu yang justru menuduhku melecehkan mu!" Potong Daniel lagi dan Amora langsung terdiam.
"Tapi kau,,,!"
"Sudah sudah sudah. Ini hanya kesalah pahaman. Am,,, siapa tadi nama kamu?" Galuh memotong perdebatan kedua orang itu , dia belum tau siapa nama wanita yang semalam Daniel bawa pulang.
"Amora!" Amora menyebut namanya sendiri.
"Iya Amora. Percaya sama aku, dia tidak melecehkan mu, dia justru menjagamu dengan membawamu kemari. Kau tenanglah." Galuh menenangkan wanita itu tapi Daniel masih meringkuk menahan miliknya.
"Dan kau Daniel. Kau ini kenapa? Semalam Nana minta kamu tidur di kamarmu, kenapa malah tidur di sofa!" Sarkas Galuh karena semalam dia memang memerintahkan Daniel untuk tidur di kamar pemuda itu.
"Daniel ketiduran Nana. Capek seharian nemenin dia juga di pantai timur, Nana. Ditambah dia bikin ulah di club' dan Daniel harus membawa si pemabuk yang baru belajar mabuk ini pulang dengan segala kekonyolannya!" Jawab Daniel dan Amora langsung terlihat kikuk sekarang.
Galuh menatap ke arah Amora , dan Daniel secara bergantian, kemudian menghela nafas dengan sangat dalam sebelum akhirnya kembali menghembuskan dengan sangat pelan. Bangkit dari duduknya, lalu meraih lengan Amora untuk mengikuti langkahnya.
"Ikut aku. Kau harus minum dan sarapan dulu biar tenang. Dan kau Daniel , kembali ke kamarmu dan pakai kembali pakaianmu. Nana malu liat kamu seperti ini!" Kesal Galuh dengan sikap cucunya.
Daniel memang tidak bisa tidur dengan pakaian lengkap, meski sudah sering melihat Daniel seperti itu, nyatanya Galuh tetap kesal ketika pemuda itu justru menakuti seorang gadis dengan tubuh sexinya yang begitu menggoda.
Galuh membawa Amora keluar dari kamar , menuruni anak tangga dan berbelok ke arah dapur, memintanya untuk duduk di kursi meja makan dan asisten rumah tangga langsung menawarkan teh hangat pada Amora dan pandangan Amora justru bertemu dengan manik mata tampan bocah yang tengah menatap ke arah dirinya, bahkan bocah itu sampai menghentikan gerakan menikmati sarapannya.
"Mama, dia siapa?" Tanya bocah tampan itu dan Galuh langsung tersenyum.
"Oh dia?" Galuh menatap ke arah Amora sejenak. "Dia Amora. Teman wanitanya Daniel." Jawab Galuh apa adanya.
"Pacarnya Niel ya, Ma?" Kutip bocah itu dan Galuh kembali menatap ke arah Amora, meminta Amora yang menjawabnya sendiri. Meskipun semalam Daniel sudah menjelaskan siapa Amora padanya, jika wanita ini adalah kekasihnya, nyatanya Galuh tidak mau jika dia justru salah memberikan penjelasan pada putranya yang belakangan ini selalu ingin tahu banyak tentang apapun.
Amora langsung tersenyum, kemudian mengulurkan tangannya di depan bocah itu.
"Hey aku Amora. Iya aku temannya Niel!" Amora memperkenalkan diri pada bocah yang kira-kira berusia enam tahun itu.
"Can gak mau, Can maunya ketemu sama pacarnya Niel!" Cannon menolak uluran tangan Amora dan menyembunyikan tangannya di bawah meja. Galuh langsung menatap tajam pada putranya karena merasa Cannon tidak sopan pada Amora.
"Can, kok ngomongnya gitu. Gak sopan ah. Ayo kenalan dulu sama,,,!"
"Udah Nana, gak apa-apa kok!" Amora memotong kata-kata Galuh dan membagi senyum pada bocah tampan di depannya. Kembali mengulurkan tangannya berharap kali ini bocah itu mau menerima jabat tangannya.
"Iya. Aku Amora. Dan aku kekasihnya, Daniel!" Kali ini Amora memperkenalkan dirinya sebagai kekasih Daniel , seperti yang bocah itu inginkan dan Galuh justru tersenyum menanggapi.
"Kekasih itu apa Mama?" Tanya Cannon dengan sangat polosnya, dan Galuh kembali tersenyum.
"Kekasih itu sama kayak pacar , Can. Tapi dengan bahasa yang lebih halus." Jawab Galuh dan baru setelah itu Cannon tersenyum, menerima jabat tangan Amora dan mereka langsung terlihat akrab. Daniel mendengar percakapan mereka dari arah tangga dan sepertinya Amora cukup pandai memainkan perannya.
Daniel ikut turun dari lantai atas dan langsung bergabung di meja makan, setelah mendaratkan satu ciuman di pipi Amora dan Amora sempat terdiam dari terkejutnya saat Daniel melakukan hal itu.
"Bagaimana Can , aku udah bawa pacar kan? Cantik pula, meskipun dia sangat payah kalo mabuk!" Sarkas Daniel sambil memeluk punggung Amora dan Amora semakin merasa kaku.
Daniel benar-benar pandai memanfaatkan situasi dan kondisi. Dia langsung menekan Amora dengan ciuman demi ciuman sambil terus memepet tubuh wanita itu. Dia tidak membiarkan Amora melakukan penolakan sebagai hukuman atas rasa sakit pada junior nya tadi, dan Galuh hanya bisa tersenyum, meyakini jika Amora benar-benar wanita yang cocok untuk cucunya yang tengil.
Bak buaya ketemu sama pawangnya, yang satu suka merayu dan menggombal, dan yang satunya lagi barbar dan berjiwa teroris. Sungguh mereka benar-benar bak sisi positif dan negatif, sangat berlawanan, tapi bukankah perbedaan itu indah, dan karena perbedaan itulah yang akan menyempurnakan keduanya.