Mabuk,,,,

1732 Kata
Malamnya. Persis seperti yang Amora pikirkan tadi siang saat bertemu dengan keempat sahabat Brian. Malam itu Amora kembali bertemu dengan mereka. Amora datang bersama kedua saudara laki-lakinya, King dan Sky, namun kedua laki-laki tampan itu langsung sibuk dengan pasangan mereka masing-masing dan membiarkan Amora yang kala itu mengatakan akan menunggu seseorang. Bukannya Daniel yang menyapa Amora lebih dulu, Amora justru di sapa oleh Nicky, dan Beto. "Amor,,,!" Sapa Beto lebih dulu saat mengambil tempat duduk di depan meja bartender, tepat di sebelah Amora dan Amora hanya balas tersenyum. "Maafkan kami. Kami gak bermaksud untuk menutupi ini darimu, Sayang. Tapi,,,,!" Beto. "Oh no. It's oke. No problem!" Jawab Amora berusaha setenang mungkin tapi dua laki-laki tadi justru terlihat sangat bersalah pada Amora. Pasalnya, Amora sudah banyak membantu mereka selama di Paris, gadis dengan iris terang itu tidak pernah tanggung-tanggung jika membantu mereka , terutama membantu Brian yang notabene adalah kesih Amora. "Sebenarnya kemarin aku ingin mengatakan hal ini padamu, tapi ternyata aku tidak tega,,,!" Ucap Nicky lagi tapi Amora justru mencebikkan bibirnya sembari mengedikkan bahu ,seolah tidak peduli dengan apa yang akan mereka lakukan, toh faktanya mereka ada di situasi ini sekarang, dan ikut membodohi dirinya. Amora memang kecewa, sakit hati, sekaligus muak , tapi semua masih bisa dia kendalikan dengan tetap tersenyum. Pikirnya dunia tidak akan runtuh hanya karena dia dikhianati seorang laki-laki. Tidak. "Tidak apa-apa. Aku bisa maklum itu. Dia adalah sahabat kalian, dan hal yang sangat wajar jika kalian mendukung mereka dengan ikut menutupi keburukannya. Lagian , aku mengenal Monica dengan sangat baik, dia wanita yang cantik, anggun, berpendidikan, dia seorang dokter yang hebat , dan menurutku wajar jika Brian lebih memilih Monica daripada aku yang hanya seorang asisten desainer ini. Setidaknya kehidupan Brian akan baik-baik saja jika bersama Monica yang seorang dokter, tapi sungguh aku tidak yakin dengan kehidupan sepupuku. Akankah dia baik-baik saja jika bersama Brian yang seorang pembual itu." Sarkas Amora dengan nada suara datar cenderung tenang, lalu terkekeh saat melihat laki-laki itu dari arah kejauhan. "Tapi kalian tenang saja, aku tidak akan mengacaukan rencana pernikahan mereka. Aku justru akan mendoakan mereka, semoga acaranya berjalan dengan lancar , karena bagaimanapun Monica adalah sepupuku, sepupu yang sudah aku anggap seperti saudara perempuan ku, aku akan mendoakan semua yang terbaik untuk mereka, so ,, bersantailah!" Sambung Amora benar-benar terlihat tenang tapi sebenarnya dia juga sedang sangat kacau, bahkan dia tidak sadar jika dia sudah meneguk tiga gelas wine dan bersiap untuk gelas keempatnya. "See. Dia begitu cantik bukan? Dan aku yakin siapapun yang melihatnya pasti akan jatuh cinta. Dia tidak hanya cantik tapi dia juga baik, dan nilai plusnya dia wanita yang sangat cerdas!" Ucap Amora lagi dan kembali meneguk gelas keempatnya sambil menatap ke arah Monica dan Brian dari kejauhan, dan Amora mengangkat gelas minumannya agar Monica dan Brian melihat keberadaan dia di sana. Amora ingin menunjukkan pada Brian, jika dia baik-baik saja meski sedang patah hati dengan laki-laki itu dan Monica justru tidak senang ketika melihat sepupu perempuanya mulai mengkonsumsi minuman beralkohol itu. "Amor. Apa kau sadar dengan apa yang kau katakan?" Beto. "Sure. Tentu saja aku dasar. Dia adalah laki-laki brengseeek yang beruntung karena bisa mendapatkan wanita sekelas Monica!" Jawab Amora saat menerima gelas ke-lima nya, namun baru saja Amora akan meneguk minumannya saat tiba-tiba sebuah tangan justru menghentikan gerakan gelas itu untuk mendarat di bibirnya. "Amor. Apa yang kau lakukan?" Tanya Monica tiba-tiba. "Oh Monica. Sepupuku yang paling cantik. Tentu saja aku sedang bersenang-senang. Ini pesta lajang-mu dan aku juga akan menikmati pesta ini seperti cara kebanyakan tamu yang hadir di sini! Bukankah begitu Nicky?" Jawab Amora tapi Nicky hanya terlihat mengangguk meskipun Nicky juga tahu jika Amora sedang tidak baik-baik saja. "Amor. Aku tau ini memang wajar untuk dilakukan, tapi aku juga tidak ingin kau terlalu banyak minum minuman ini." Tolak Monica menyerahkan gelas minuman itu pada Beto dan meminta kedua sahabat Bryan itu untuk menyingkir dari hadapan Amora karena sepertinya Amora sedang kehilangan kewarasannya karena pengaruh minuman , sebab dari tadi Monica diam-diam memperhatikan Amora ketika menerima dan meneguk gelas demi gelas dari bartender. "Monica. Santai saja." Ucap Amora terdengar seperti orang gila, karena Amora bicara sambil terkekeh. "Oh ya, aku ingin mengucapkan selamat atas pernikahan kalian nanti, tapi hanya untuk kau tau, aku tidak menyukai calon suami mu itu. Kau wanita yang cantik, cerdas dan baik, kau berhak mendapatkan laki-laki yang jauh lebih baik dari si b******k itu. Jujur aku lebih rela melihatmu menikah dengan kakak laki-laki ku, terserah mau pilih siapa, King, atau Sky. Mereka sama-sama tampan, eh tapi lebih baik Sky sih, karena King kan sudah punya tunangan jadi,,," ucapan Amora mulai terdengar ngelantur ke sana kemari bahkan dia tidak tanggung-tanggung menawarkan salah satu saudara laki-lakinya kepada Monica dari pada harus menikah dengan Brian yang sudah terlalu banyak menjelajahi ranjang demi ranjang para p*****r. "Amora. Apa kau mabuk?" Tanya Monica menahan lengan Amora tapi Amora justru terkekeh menanggapi pertanyaan dari Monica kemudian tertawa lepas seolah bebannya mulai terasa berkurang seiring reaksi dari alkohol yang dari tadi dia teguk. "Oh no. Aku tidak mabuk. Aku gak mabuk Monica, aku hanya sedang bersenang-senang. Bukankah ini tujuan kita mengadakan pesta lajang malam ini?" Sarkas Amora dan wanita itu kembali tertawa di antara riuhnya suara musik yang mengalun memenuhi aula tempat itu. "Amor ,, Amor. Please jangan minum lagi. Kau sudah mabuk!" Monica mencegah tangan Amora ketika ingin mengambil gelas wine pada pelayan lain. "Oh ayolah Monica. Aku sedang bersenang-senang. Jarang-jarang kan kita melakukan kegiatan seperti ini, bukan jarang tapi hampir tidak pernah, karena selama ini kedua laki-laki tampan itu selalu mencegahku untuk menghadiri pesta lajang para teman-temanku tapi entahlah, khusus malam ini mereka membiarkanku hadir di sini dan apa kau tahu apa artinya itu? Itu karena dirimu Monica , karena mereka berpikir aku juga harus ikut bersenang-senang saat kau bahagia dengan rencana pernikahanmu, dan iya aku sekarang sedang melakukannya, bersenang-senang." Balas Amora benar-benar menunjukkan kebahagiaannya dengan tawa dan senyum meskipun sebenarnya hatinya sedang berduka. 'Oh no. Amora tidak sedang berduka tapi Amora sedang merayakan kebebasannya dari Brian meskipun itu artinya dia juga akan melihat ketidakberuntungan sepupu kesayangannya karena memilih laki-laki itu!' Batin Amora. "Kenapa sayang!" Sapa Brian yang sudah langsung meraih pinggang Monica saat melihat Monica dan Amora terlihat berbicara serius yang justru terlihat seperti sedang berdebat. "Amora mabuk!" Jawab Monica. "No. Aku gak mabuk Monic. Aku hanya minum beberapa gelas saja, dan itu tidak akan membuatku mabuk , kecuali aku minum dua atau tiga botol wine , mungkin iya aku akan mabuk!" Tolak Amora dan Monica menatap tajam ke arah sepupunya itu. Monica sangat menyayangi Amora, dan sungguh dia tidak suka saat melihat wanita itu seperti saat ini. Tidak sama sekali. "Apa yang terjadi?" Suara bareto itu menyapa dari arah belakang punggung Amora dan Amora langsung berbalik untuk melihat siapa pemilik suara itu. "Oh Daniel Fabiano. Kau datang juga Sayang! Aku sudah dari tadi menunggu mu Sayang!" Amora langsung bergelayut manja di lengan Daniel dan Daniel langsung memeluk pinggang ramping Amora yang terlihat sangat cantik dengan dress merah menggoda yang terbelah hingga ke pahanya. "Oh maafkan aku. Ini karena Nana ku yang agak bawel menahanku dengan sederet pertanyaan tentang dirimu Sweetie." Jawab Daniel yang langsung mengambil kesempatan untuk mencium Amora, meskipun hanya sebatas ciuman pipi tapi sikap manis itu justru membuat Brian kebakaran jenggot. "Oh Nana. Tiba-tiba aku juga ingin bertemu dengan dia. Kuyakin dia ,,, hoeek,,, hoeek." Amora akhirnya benar-benar muntah di sana, dan Monica langsung menahan lengannya agar tidak jatuh. "Apa aku bilang , Amor. Kau tidak boleh minum terlalu banyak. Lihat hasilnya, kau mabuk!" Tegas Monica tapi Brian hanya menatap Amora dan Daniel yang masih saling memeluk. "Hoeek,,,, hoeeek,,, " minuman beralkohol itu kembali menyembur , tapi kali ini cairan berbau khas itu justru menyembur ke arah Brian dan sontak hal itu membuat Brian mundur beberapa langkah dari hadapan Amora. "Hoeek,,, hoeeek,,,!" Amora kembali muntah-muntah dan kali ini dia berhasil menjadi pusat perhatian, meski begitu Amora malah ingin kembali mengambil satu gelas wine untuk dia teguk tapi kali ini Deniel yang menghentikan aksi wanita itu dengan mengambil alih gelas minuman itu lalu meminum. "Daniel. Tolong amankan adik perempuanku. Tolong bawa dia menghindar dari minuman minuman ini. Tenangkan dia sejenak!" Ucap Monica pada Daniel , dan Daniel langsung mengagguk lalu membawa Amora keluar dari tempat itu karena jika di biarkan, Amora benar-benar akan membuat kehebohan di pesta itu dan Monica tidak mau jika Amora justru akan menanggung malu jika dia benar-benar kehilangan kontrol diri seperti saat ini. Daniel membawa Amora cukup jauh dari club' itu, ke bibir pantai berharap Amora akan tenang setelah menghirup udara segar, nyatanya Daniel salah, angin pantai justru membuat Amora semakin merasa mual dan Amora kembali muntah hebat, bahkan kali ini tidak hanya alkohol yang keluar dari mulut Amora, tapi makanan yang entah sejak kapan wanita itu makan dan itu benar-benar membuat Daniel kerepotan. Mereka baru sehari jadi pacar, itu pun masih sebatas pacar pura-pura tapi wanita itu sudah sangat membuatnya repot. Daniel membawa Amora ke parkiran, meminta Amora masuk ke dalam mobil dan setelahnya membawa Amora pergi dari tempat itu. Entah kemana tujuan Daniel kali ini, dia benar-benar bingung, terlebih lagi saat wanita itu tiba-tiba sudah tidak sadarkan diri dan tidur karena perasaan mabuk. Sesekali Amora mengigau, lalu mengumpat sambil menyebut nama Brian dan menit berikutnya hening. Amora benar-benar sudah terlelap di sebelah Daniel dan pikirannya dia harus mengantar wanita ini pulang, tapi kemana? "Oh sial. Kenapa aku gak tanya dimana rumahnya, kalo kayak gini kan repot urusannya!" Ucap Daniel sambil memukul stang stir nya lalu menoleh ke arah Amora juga pakaian Amora yang sudah kotor karena muntahan wanita itu. "Hey kuda Niel ompong. Lebih baik bawa aku kabur aja dari hadapan mereka." Igau Amora dan Daniel diam sejenak, melirik ke arah jam di lengan kirinya dan ternyata jam sudah menunjukan angka dua belas malam. Hotel. Pikir Daniel langsung tertuju ke hotel dan sepertinya hotel adalah pilihan terbaik untuk Amora saat ini karena tidak mungkin dia akan membiarkan wanita itu tidur di mobil sepanjang malam. Tiga puluh menit berlalu. Daniel membawa Amora dalam gendongannya, merebahkannya di atas ranjang, menatap kemolekan tubuh itu. Menyingkap rambut coklat yang menutup separuh wajahnya, lalu menatapnya lamat-lamat. Entah kenapa sekarang gairah Daniel justru bangkit. "Oh f**k!" Umpat Daniel pada dirinya sendiri saat tiba-tiba rasa itu mendesak seperti virus yang terus menggerogoti, hati, otak dan pikirannya, miliknya sudah tegak berdiri seperti orang yang sedang berdiri di bawah tiang bendera, menuntut untuk segera dituntaskan dengan cara intim, dan tiba-tiba mereka sudah sama-sama,,,
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN