Hari sudah beranjak sore, saat King menyadari jika Amora belum juga balik dari pesta lajang Monica semalam.
Dari tadi siang si tampan bermata biru itu sudah berusaha menghubungi Amora, adik perempuannya, karena pagi tadi kedua orang tua mereka pulang dan mencari keberadaan putrinya, karena kemarin King juga mengatakan jika Amora sudah berada di mention, tapi sampai sore begini Amora tidak menjawab panggilan darinya dan sekarang ponsel itu justru tidak bisa di hubungi sama sekali.
"Bagaimana King? Apa Amora sudah bisa di hubungi?" Tanya Kiray saat turun dari lantai atas mention nya dan bertemu pandang King, putranya.
"Belum Mommy. King heran ma tu anak. Padahal semalam King hanya meninggalkannya sebentar, dan kata Monica dia pergi bersama laki-laki yang katanya juga kekasihnya!" Jawab King apa adanya, tapi Kiray justru berdecak kecewa. Pasalnya, mereka sudah tidak bertemu hampir dua bulan dan sekalinya gadis itu pulang, sekarang dia justru tidak bisa dihubungi.
Amora adalah satu-satunya anak perempuan Kirey Agustin dan Zain Herlambang, dan Amora juga merupakan anak kesayangan dari ayah dan kedua kakek neneknya. Kiray sudah pernah meminta Amora untuk mulai mengelola bisnis keluarga mereka, hanya saja gadis cantik itu menolak dan ingin mendirikan bisnisnya sendiri mulai dari nol. Tentu Kiray tidak bisa mencegah keinginan putrinya itu, terlebih lagi Amora juga mengatakan sedang menjalani misi pencarian jodoh yang tepat untuknya dengan menyembunyikan identitas asli dirinya.
Kiray tahu apa maksud dari semua itu. Tentu tidak sulit mencari laki-laki yang mau menikahi seorang Amora Agustina Herlambang, mengingat jika gadis itu adalah satu-satunya putri dari pasangan billioner yang juga sangat disegani, akan tetapi bukan pernikahan seperti itu yang Amora inginkan melainkan cinta sejati yang tidak akan memandang siapa Amora, terlebih lagi status dan kasta dirinya.
"Apa gak sebaiknya kau mencari adikmu ke tempat Tante Shopie mu? Mommy khawatir jika dia justru tidak pulang bersama laki-laki itu." Ucap Kiray dan King langsung bangkit dari duduknya dan meraih kunci mobilnya. Semalam Monica juga menceritakan jika Amora sedikit mabuk hingga meminta laki-laki yang merupakan kekasih Amora itu untuk membawa Amora keluar dari pesta. Monica mengatakan terpaksa melakukan itu agar Amora tidak mempermalukan dirinya dengan segala sikap konyolnya , hanya saja mereka tidak tau kemana laki-laki itu membawa Amora.
"Daddy kamu belum tau ini, Mommy takut jika dia tau Amora belum balik dari pesta kalian, yang ada panjang urusannya. Kau tau sendiri bagaimana Daddy kamu!" Ucap Amora lagi dan King langsung mengangguk, lalu meraih pipi sang ibu untuk dia cium sebelum dia benar-benar pamit ke rumah Shopie, ibunya Monica.
Lain Kiray, lain pula dengan keluarga Daniel, Luci dan David. Mereka malah senang saat putranya tidak pulang-pulang setelah tadi Galuh menghubungi mereka jika Daniel sedang berada di rumahnya, dan bocah tengil mereka datang dengan membawa kekasihnya. Luci bahkan sampai harus datang ke rumah Galuh untuk memastikan kekasih putranya , tapi sayang, saat Luci sampai di rumah itu, Daniel dan wanita itu sudah pergi ke dermaga.
"Kau tidak bohong kan Galuh?" Tanya Luci saat duduk di sofa dan melihat beberapa sisa gelas minuman di atas meja ruang tengah rumah itu.
"Ngapain aku bohong. Gak ada gunanya, Luci. Lagian jika kau tidak percaya, tanya saja sama Can!" Jawab Galuh saat memindahkan keranjang mainan putranya yang baru saja bocah itu kumpulkan.
"Oh, apa dia cantik? Siapa namanya? Apa dia,,,!"
"Namanya Amora. Aku nggak tahu siapa nama lengkapnya tapi yang pasti dia gadis yang sangat cantik dan nilai plus-nya, dia wanita barbar yang tidak akan segan-segan menyerang lawannya ketika merasa diintimidasi." Jawab Galuh saat mengingat sikap barbar Amora tadi pagi ketika menyerang Daniel hingga laki-laki itu tersungkur di lantai.
"Wanita bar-bar?" Kutip Luci dengan dahi berkerut menandakan ketidakmengertiannya, dan Galuh langsung mengangguk.
"Iya. Dia tipe wanita keras yang gak akan mudah di intimidasi. Dan sepertinya mereka cocok." Jawab Galuh berdasarkan sudut pandangnya sendiri. "Dan apa kau tahu Luci? Bocah tengil kita itu tidak bisa mengeluarkan rayuan gombalnya pada wanita itu dan sepertinya dialah tipe wanita yang sudah Papamu prediksikan untuk menaklukkan bocah tengil itu." Sambung Galuh saat mengingat ucapan mendiang suaminya dulu ketika memprediksikan seperti apa wanita yang akan bisa menaklukkan cucu kesayangannya itu.
"Akan ada wanita dengan karakter keras kepala dan tidak mudah diintimidasi. Dia adalah wanita mandiri yang tidak butuh kata-kata manis untuk meyakinkan hatinya dengan yang namanya cinta. Dan saat Daniel bertemu dengan wanita seperti itu, percayalah dia bahkan tidak akan bisa mengeluarkan jurus gombalannya di hadapan wanita ini. Maka yakinlah, itu adalah wanita yang tepat untuk Daniel." Ucap Teo lima tahun lalu saat bocah itu kembali mengutarakan keinginannya untuk menikahi Galuh di hadapan kakeknya langsung.
"Oh sungguh aku berharap jika ini adalah akhir dari penantian kita Galuh. Sekarang dia sudah dua puluh tujuh tahun , dan sungguh aku mulai resah jika dia tidak kunjung menikahi seorang gadis!" Ucap Luci benar-benar penuh harapan.
"Tenanglah Luci. Dia tidak seperti yang kau pikirkan. Dia laki-laki normal yang masih menyukai lawan jenisnya, bukan menyukai sejenisnya seperti yang kau tuduhkan selama ini!" Tolak Galuh karena memang seperti itulah ketakutan Luci pada putranya itu, dan Luci langsung terlihat menghela nafas dengan sangat dalam kemudian menghembuskannya dengan sangat pelan dan panjang.
Daniel sudah berusia dua puluh tujuh tahun , dan Lucas tahun ini akan menyelesaikan studinya, dan putra keduanya bahkan sudah merencanakan untuk menikah dan langsung memegang salah satu bisnis keluarga mereka , tapi Daniel, dia tidak sekalipun memperkenalkan seorang wanita sebagai kekasihnya pada mereka, dan sejauh pengamatan Luci, dilihat dari beberapa akun sosial medianya, Daniel kerap terlihat mengambil pose nyeleneh dengan seorang pria bahkan beberapa foto mereka terlihat tengah berpelukan secara vulgar, dan hal yang wajar jika Luci justru berpikir yang tidak-tidak tentang putranya. Luci sempat menuduh Daniel gay, karena setiap kali dia mencoba mempertemukan Daniel dengan seorang wanita, laki-laki tampan itu selalu punya alasan untuk menghindar, dan terakhir dia malah kabur dengan teman laki-lakinya, dan sungguh Luci sudah merasa putus asa.
Di lain tempat.
"Kenapa kau tertawa? Apa kau tidak percaya padaku?" Kesal Amora saat Daniel justru tertawa usai dia mengatakan jika dia tidak pernah tidur dengan Brian.
"Tidak. Bukan seperti itu Amora. Sungguh!" Tolak Daniel berusaha terlihat tenang tapi Amora justru berbalik dan meninju Daniel hingga mereka berakhir terguling dari atas kapal dan jatuh dengan posisi yang sangat intim.
Tangan Daniel masih menahan pinggang Amora dan bibir Amora yang menempel di pipi Daniel. Amora tidak bisa bergerak cepat, karena jika dia bergerak sekarang, bisa di pastikan jika dia akan jatuh ke laut.
Diam. Amora terdiam, begitu juga dengan Daniel. Amora merasa tubuh bagian bawah Daniel terasa mengeras di sebelah pahanya, sementara tangan Daniel memegang erat tali baja agar mereka tidak benar-benar terjatuh, dan tanpa mereka sadari, tali itu justru menarik kemudi kapal itu untuk berputar dan melaju tanpa sepengetahuan mereka.
"Kau benar-benar bar-bar Amora. Bagaimana kau akan mendapatkan kekasih jika sedikit-sedikit kau ingin menghajar kekasihmu!" Sarkas Daniel dengan terkekeh dan Amora justru kembali mencubit d**a Daniel dimana tangannya yang sedang menahan bobot tubuhnya agar tidak melekat sempurna di tubuh Daniel.
"Kau yang suka memancing. Dan jujur aku tidak pernah keberatan jika pun tidak dapat kekasih, jika dia sekelas kamu!" Tolak Amora tapi Daniel justru terlihat mencerbikkan bibirnya.
"Yakin?" Daniel terkekeh. "Aku ini tampan lho, dan nilai plusnya milikku berukuran di atas rata-rata orang Indonesia, dan satu lagi, aku bisa membuatmu mendesah berkali-kali di atas panjang!" Sambung Daniel dan Amora langsung merasa jijik dan buru mendorong tubuh Daniel untuk menyingkir dari tubuhnya dan buru-buru bangkit dari rebahnya, namun baru saja Amora akan beranjak ke tepian, kaki Amora justru terperangkap di jaring kapal itu dan seketika tawa Daniel langsung pecah melihat aksi penolakan Amora yang justru terlihat sangat menggemaskan di matanya.
"Hahaha. Kenapa Sayang?" Ejeknya tapi Amora semakin menggigit giginya sendiri karena kesal.
"Dasar kuda Nil Ompong. Kenapa yang ada di pikiran mu gak jauh-jauh dari hal kotor itu." Tolak Amora sinis.
"Hidup itu harus dinikmati Sayang. Selama kita masih mampu, kenapa tidak!" Jawab Daniel yang semakin terlihat anteng dari rebahnya bahkan kali ini dia sudah melepas tali yang sudah dari tadi dia genggam dan menjadikan kedua lengannya sebagai bantalnya, menyaksikan bagaimana Amora yang begitu kesal dengan pikirannya sendiri.
Amora terus saja berusaha melepaskan kakinya dari jaring-jaring itu , tapi semakin Amora berusaha melepaskan kakinya semakin kuat pula jaring-jaring itu melilit kaki putihnya.
"Hidup itu indah Sayang, jadi jangan di buat susah!" Sambung Daniel saat bangkit dari rebahnya dan melihat Amora yang tengah berusaha menarik kakinya dari jaring-jaring kapal itu.
"Indah, indah, palalu. Bantuin. Ini kakiku gak bisa keluar dari jaring siaalan ini!" Kesal Amora tapi Daniel semakin terkekeh menanggapi ucapan Amora, tapi meski begitu, dia juga tetap membantu wanita itu untuk terbebas dari jaring itu.
Setelah kakinya terlepas, Amora buru-buru naik ke dak kapal, mengambil baju singlet dan kardigannya, lalu memakainya lagi, begitu juga dengan Daniel, meraih celana dan kemejanya lalu memakainya lagi.
"Sudah jam empat Niel. Lebih baik kita kembali ke dermaga." Ucap Amora saat melihat jam tangan Daniel di samping pakaian miliknya. Daniel hanya mengangguk dan menyelesaikan sisa pakaiannya, lalu berjalan ke arah kemudi melihat titik koordinat lokasi mereka, tapi layar monitor pemandu itu justru tidak menyala.
Daniel mengecek kabel di sepanjang monitor itu, berharap salah satu kabel itu hanya terlepas dari colokannya dan monitor itu akan kembali menyala setelah dia memperbaikinya, tapi saat Daniel berhasil mendapatkan colokan beserta saklar dari monitor itu ternyata monitor itu sudah tercolok sempurna, akan tetapi monitor itu pun tidak menyala dan itu artinya monitor itu sudah tidak berfungsi dari tadi.
"Sial." Umpat Daniel dalam hati. Kembali dia memeriksa beberapa saluran kabel di belakang monitor itu, tapi dia tidak menemukan kerusakan apapun di sana dan ini jelas jika kerusakannya ada di bagian lain yang tidak Daniel mengerti.
Kembali Daniel melirik jam di lengan kirinya lalu mengingat jam keberangkatan mereka sebelumnya. Daniel ingat dengan sangat jelas mereka berangkat dari rumah Galuh jam 09.00 pagi dan sampai di dermaga jam 10.00 pagi. Sementara mereka menghabiskan berjalan-jalan di pantai sekitar lima belas menit dan sekarang jam di lengan kirinya sudah menunjukkan angka lima sore dan itu artinya mereka sudah berada di tengah laut hampir enam jam.
Kompas di depan kemudi kapal itu pun tidak berfungsi dan sekarang Daniel benar-benar kehilangan arah di tengah laut.
"Monitor petunjuk arah mengalami kerusakan Amor!" Ucap Daniel tapi Amora tidak begitu menanggapi, dia kembali mengambil gambar dengan ponselnya sementara Daniel tetap fokus pada kemudi kapal itu meskipun tanpa arah.
Langit mulai tampak gelap, tapi kapal yang Daniel kemudikan belum juga melihat daratan, dan entah kenapa sekarang Daniel mulai was-was.
"Daniel. Kenapa kita tidak sampai-sampai di dermaga?" Tanya Amora yang mulai bosan duduk di dak kapal itu karena angin laut mulai terasa dingin, tapi Daniel justru terdengar menghela nafas dalam diam. Dia sedang duduk di kursi belakang kemudi.
"Sepertinya kita tersesat Amor. Monitor GPS kapal ini error. Aku tidak tahu apa penyebabnya tapi monitor ini benar-benar tidak berfungsi sama sekali!" Jawab Daniel apa adanya dan baru setelah itu Amora menoleh ke arah Daniel dengan wajah tidak percayanya.
"What,,,?" Syok Amora. " Are you kidding me?" Amora bangkit dari duduknya lalu menatap keseriusan Daniel ketika berbicara tapi Daniel hanya kembali menghela nafas kemudian menghembuskannya dengan sangat kasar, karena itulah faktanya, jika saat ini mereka sedang tersesat.
"No. Aku tidak bercanda, Amor. Kita memang sedang tersesat di tengah laut, dan sekarang kita harus benar-benar mendarat untuk bisa kembali pulang." Jawab Daniel terdengar pasrah. "Entah di mana kita akan mendarat itu tidak penting yang pasti kita harus menepi, dan langkah selanjutnya nanti kita pikirkan bagaimana cara kita untuk sampai di rumah." Sambung Daniel dan Amora mengerti apa maksud Daniel.
Tentu hal itu bukanlah perkara sulit untuk Daniel ataupun Amora. Sekalipun mereka mendarat di pulau lain selama mereka menginjak daratan semua masih bisa mereka atasi.
Amora melihat layar ponselnya. Hanya tersisa 8% daya di ponsel itu. Buru-buru Amora mencari nomor kontak saudara laki-lakinya lalu menghubunginya sebelum daya ponselnya benar-benar habis tapi sayang panggilannya tidak bisa tersambung ke salah satu saudaranya karena ponselnya justru tidak mendapatkan sinyal.
"Oh sial. Ponselku tidak mendapatkan sinyal Daniel!" Ucapan Amora sambil menggoyang-goyangkan ponselnya ke arah atas berharap cara itu bisa mengembalikan sinyal di ponselnya, tapi nihil koneksi jaringan di ponsel itu tetap tidak bisa terdeteksi.
"Mana ponselmu?" Tanya Amora menodongkan tangannya ke arah Daniel dan Daniel langsung menyerahkan ponsel miliknya pada Amora.
Amora lebih dulu melihat daya ponsel itu dan sama seperti ponsel Amora, ponsel Daniel juga hanya menyisakan 12% daya. Buru-buru Amora mengetik nomor ponsel kakaknya di ponsel Daniel lalu mencoba menghubungi sang kakak lewat ponsel itu, sayang , usahanya kali ini juga gagal total karena ponsel Daniel juga tidak bisa menangkap sinyal.
"Sial. Ponselmu juga tidak ada sinyaknya Daniel!" Gerutu Amora dan detik yang sama terdengar suara aneh di bagian belakang kapal itu. Daniel juga Amora langsung menoleh ke arah sumber suara dan entah kenapa Amora justru merasa takut sekarang, bahkan saking takutnya, dia tidak sadar jika sekarang Amora yang spontan memeluk lengan Daniel.
"Suara apa itu Daniel?" Tanya Amora lirih tapi Daniel langsung menggeleng.
"Aku gak tau. Sebentar. Aku cek dulu!" Ucap Daniel melepas tangan Amora di lengan atasnya tapi Amora justru menggenggam lengan Daniel karena tiba-tiba dia merasa takut sekarang. Pasalnya dia justru berpikir jika itu adalah suara hantu laut. "Tunggu disini Amor. Aku akan coba ke bawah dan melihat suara apa itu!" Sambung Daniel tapi Amora langsung mengeleng.
"Enggak. Aku gak mau. Bagaimana jika,,,!" Amora melihat sekelilingnya yang mulai terlihat berkabut.
"Amor. Jangan mikir yang enggak-enggak. Aku pikir ini hanya suara ikan lumba-lumba!" Tolak Daniel tapi Amora tetap menggeleng.
"Enggak. Pokoknya aku ikut!" Amora benar-benar takut saat melihat kabut itu terlihat semakin tebal dan Daniel hanya kembali menghela nafas lalu membiarkan Amora mengikutinya ke bawah ruangan kapal itu. Daniel membuka pintu ruangan itu , lalu berjalan ke arah ruangan yang lebih kecil dari ruang utama kapal itu, dan Daniel yakin itu adalah bagian dari mesin kapal ini.
"Aaaaaaaaa,,,,,,!" Teriak Amora dan Daniel secara bersama
an, karena baru saja Daniel membuka pintu paling belakang kapal itu saat tiba-tiba mereka di kejutkan dengan,,,,