Kata pepatah, tak kenal maka tak sayang, kalo udah sayang lama-lama juga jadi cinta.
Sama satu lagi. Kata pujangga , cinta dan benci itu jaraknya sangat tipis, lebih tipis dari selembar kertas. Auh akh, gak pernah ukur. pokoknya,
Ikan hiu nabrak kaca, i love you buat yang baca.
"Aaaaaaaaa,,,,,,!" Teriak Amora dan Daniel secara bersamaan, karena baru saja Daniel membuka pintu paling belakang kapal itu saat tiba-tiba mereka di kejutkan dengan ledakan kecil di mesin kapal itu, dan ledakan kecil itu berhasil melumpuhkan kapal itu dan secara otomatis semua fungsi dari bagian kapal itu seketika konslet,___ bahkan lampu kapal itu juga ikut padam seketika.
Beruntung ledakan itu tidak sampai melukai mereka karena saat mesin kapal itu meledak Daniel langsung berbalik dan menyembunyikan wajah Amora dengan tubuhnya hingga ledakan itu hanya sampai di belakang punggung Daniel namun tidak sampai melukai Daniel.
"Apa yang terjadi Daniel?" Tanya Amora saat merasa kapal itu semakin terlihat gelap.
"Naas Amor. Mesin kapalnya meledak. Sekarang kita gak bisa lagi mengemudikan kapal ini sampai ke tepi!" Jawab Daniel dengan cara sederhana tapi Amora justru sangat syok dengan pernyataan Daniel tadi.
"Apa maksudnya? Apa ini artinya kita akan terombang-ambing di tengah laut?" Tanya Amora dan Daniel langsung mengangguk.
"Iya. Sepertinya memang begitu." Jawabnya santai.
"Oh sial. Kau benar-benar memberiku kesialan Daniel. Sejak di pesawat kemarin hingga saat ini, hanya kesialan terus yang menghampiri ku!" Kesal Amora saat mengingat rentetan kesialan dia setelah bertemu laki-laki ini. Dia yang harus terjebak sepanjang malam dan harus memijit Daniel di pesawat, lalu di susul pengkhianatan Brian dengan rencana pernikahannya dengan Monica, kemudian Amora yang harus terpaksa meminta Daniel menjadi kekasih pura-puranya, hingga semalam Amora yang harus mempermalukan dirinya karena mabuk meskipun itu tidak sepenuhnya salah Daniel, dan kesialan tidak hanya sampai di situ saja, sekarang mereka justru terjebak di tengah lautan karena kecerobohan Daniel yang sebelumnya mengatakan bisa mengemudikan kapal itu tanpa nahkoda dan sekarang ditambah lagi dengan meledaknya mesin kapal itu. Sial gak sih.
Entah kesialan apa lagi yang akan Amora dapatkan besok atau lusa jika dia terus berdekatan dengan Daniel, dan sepertinya dia memang harus benar-benar mengubah strategi dan status mereka saat ini. Kekasih pura-pura.
"Lho ,,, lho,,, lho. Kenapa malah aku yang disalahkan sekarang?" Protes Daniel tidak terima saat Amora mengatakan jika dia yang membawa kesialan untuk wanita itu. "Bukankah kau yang menawariku untuk menjadi kekasih pura-pura mu kemarin?" Sarkas Daniel setelahnya tapi Amora langsung berbalik meninggalkan Daniel yang masih ingin protes. "Seharusnya aku yang lebih pantas mengatakan itu padamu. Kau menyeretku dalam situasi ini dengan menjadi kekasih pura-pura mu hingga kesialan demi kesialan juga turut menimpaku!" Sambung Daniel tapi Amora justru berdecak dengan segala bentuk protes laki-laki itu.
"Hellooow Mr Daniel Fabiano. Kau pikir aku mau menawarimu untuk menjadi kekasih pura-pura ku? Enggak. Jika saja hari itu aku menemukan laki-laki lain selain kamu di tempat itu, sudah pasti aku akan memilih laki-laki itu dibanding kamu, kuda Nil!" Balas Amora sengit dan detik yang sama terdengar suara petir di langit gelap itu dan spontan Amora melompat ke arah Daniel sembari memeluk Daniel karena takut dan Daniel juga spontan menahan tubuh Amora yang memeluk nya seperti cara Angelina saat gadis remaja itu sedang ingin bermanja.
Diam. Keduanya sama-sama diam dalam keterkejutannya. Amora dengan rasa takutnya, dan Daniel dengan rasa kesalnya, dan detik yang sama hujan turun dengan bulir yang cukup besar. Daniel langsung membawa Amora masuk ke dalam kapal, menurunkan Amora dari gendongannya lalu menutup pintu dan jendela kapal itu agar air hujan tidak masuk. Amora terus mengikuti langkah Daniel , memegang lengan Daniel seolah akan ada teroris yang akan mencekal lengannya, padahal Amora tahu jika di sana mereka hanya berdua saja, tapi namanya juga takut, dan jika rasa takut itu sudah lebih mendominasi, hal se sepele apa pun bisa jadi sangat menyeramkan untuknya.
Langit semakin gelap, hujan juga turun semakin deras, dan rasa dingin semakin kentara mereka rasakan. Jam sudah menunjukan angka sebelas malam tapi hujan tidak juga mulai surut, justru semakin lebat. Amora masih terjaga karena dia tidak bisa tidur di kegelapan, sementara Daniel sudah terlihat memejamkan matanya di ranjang kecil yang ada di ruangan itu, seolah laki-laki Playboy itu sudah terbiasa tidur di sembarang tempat.
Pandangan Amora kembali ke arah rintik hujan itu , melihat air itu merembes membasahi kaca jendela kapal dan seketika Amora menjerit dengan rasa takut dan terkejutnya.
"Aaaaaaaah,,,"
Amora merapat naik di tempat Daniel tidur, membangunkan laki-laki itu untuk meminta perlindungan.
"Ada apa lagi Amor?" Daniel juga spontan terkejut dan bangun dari rebahnya.
"Aku takut Daniel!" Seru Amora dengan sangat cepat.
"Takut apa?" Tanya Daniel tapi Amora hanya menatap ke arah jendela kapal itu yang terlihat semakin menyeramkan seiring aliran air hujan.
"Itu,,,," tunjuk Amora asal dan menyembunyikan wajahnya di belakang punggung Daniel, dan Daniel hanya kembali menghela napas saat melihat sikap tidak sinkron Amora sebelum dengan sikapnya saat ini.
Jika sebelumnya Amora yang dia tahu adalah wanita bar-bar dan keras kepala, kali ini wanita bar-bar itu justru terlihat seperti wanita cengeng dan lemah yang takut dengan hujan dan petir, dan karena rasa takutnya itu dia justru pilih terjaga sepanjang malam saat Daniel sendiri bahkan sudah sangat mengantuk.
"Amora. Tidak ada apa-apa di sini. Hanya kita berdua di tempat ini!" Ucap Daniel tapi Amora tetap hanya diam sembari mencengkram kemeja Daniel. "Sudah, lebih baik kamu tidur sekarang dan biarkan kapal ini membawa kita sampai ke daratan. Dan saat kita benar-benar sampai di daratan kita akan langsung menghubungi seseorang untuk menjemput kita. Jadi kau tenang lah." Sambung Daniel dengan suara yang sedikit melemah karena bagaimanapun Daniel juga mengerti rasa takut yang saat ini Amora rasakan karena sejatinya Angelina juga seperti itu.
"Tapi kau,,,?" Amora.
"Kau tenang saja. Aku tidak akan melakukan apa-apa." Jawab Daniel yang langsung tahu kemana arah pembicaraan Amora.
"Aku tidak percaya padamu Daniel. Bagaimana jika tiba-tiba kau justru melecehkan ku saat aku terlelap nanti? Aku gak mau!" Tolak Amora dengan sangat cepat tapi Daniel justru terlihat menghela nafas dengan sangat dalam kemudian menghembuskannya dengan sangat kasar.
"Tidak akan Amor." Tegas Daniel. "Aku memang laki-laki b******k yang suka main manis di atas ranjang, tapi percayalah, aku tidak pernah bermain seorang diri. Aku tidak akan bermain jika lawan mainku tidak menikmati permainan kami. Dalam artian aku tidak akan menyentuh wanita yang tidak ingin disentuh." Sambung Daniel dengan menekan setiap kalimatnya karena begitulah kenyataannya, tapi meski begitu Amora tetap tidak bisa asal percaya begitu saja dengan apa yang saat ini Daniel coba jelaskan, meski begitu Amora juga tidak lagi mendebat ucapan Daniel, setidaknya sampai Amora benar-benar di daratan dan bertemu warga yang sekiranya bisa dia mintai pertolongan , meski untuk sekedar mengisi daya ponselnya.
"Sekarang lebih baik kau tidur saja, Amora. Aku akan menjagamu. Siapa tau saat kita terbangun nanti, kita sudah menepi di daratan!" Ucap Daniel dengan sungguh-sungguh tapi Amora tetap tidak bisa untuk sekedar merebahkan tubuhnya di sana. Dia tetap masih belum percaya jika laki-laki ini tidak akan mencuri kesempatan dalam kesempitan dengan situasi seperti saat ini.
Entah jam berapa semalam Amora mendapatkan tidurnya, karena saat dia terjaga, hari sudah pagi dan matahari sudah sangat terik menyinari bumi, bahkan rasa panas akibat cahaya yang masuk di kaca jendela kapal itu pun ikut Amora rasakan dan saat dia mendapatkan kesadarannya, Amora melihat Daniel masih terlelap dengan posisi duduk di sisi dia berbaring.
Pakaian Amora masih sangat lengkap, tidak terlihat ada jejak di buka , bahkan saat ini kemeja Daniel ikut menutupi tubuhnya, dan sepertinya Daniel yang menyelimutinya seperti itu.
"Daniel. Daniel." Amora membangunkan Daniel dengan menggoyangkan lengan Daniel, dan Daniel hanya bergumam dari lelapnya. "Daniel . Bangun . Ini sudah pagi." Ucap Amora dan Daniel langsung mengucek matanya agar bisa mendapatkan kesadarannya.
Daniel langsung bangkit dari duduknya saat sudah melihat cahaya, lalu menarik pinggangnya yang ternyata terasa pegal karena semalaman Daniel tidur dengan posisi duduk. Daniel menarik kedua tangannya ke atas kepala hingga pinggang dan punggungnya ikut tertarik ke atas untuk merenggangkan persendiannya.
Amora lebih dulu membuka pintu ruangan kapal itu, kemudian keluar dan naik ke atas dak depan kapal.
"Daniel. Coba lihat ini!" Seru Amora dengan suara yang terdengar sangat ceria dan Daniel mengikuti langkah Amora yang keluar dari ruangan kapal itu lalu mengikuti pula arah pandang Amora. "Katakan padaku. Apakah itu daratan?" Seru Amora lagi dengan pandangan yang benar-benar fokus pada bibir pantai dan Daniel langsung mengangguk.
"Apa aku bilang semalam. Lebih baik kita tidur dan saat bangun, kita sudah sampai daratan!" Ucap Daniel dan Amora langsung tersenyum sangat manis ke arah Daniel. Daniel mengambil satu botol air mineral ukuran satu koma lima liter di bagasi khusus kapal itu, meminumnya sedikit lalu berkumur, kemudian menyerahkan botol minuman itu pada Amora agar Amora bisa menyejukkan rongga dadanya usai bangun tidur dan iya, Amora menerima botol itu, meminumnya, lalu berkumur seperti cara Daniel tadi.
Mereka berdiri di dak kapal, menunggu kapal itu menepi terbawa angin, karena saat ini Daniel tidak bisa membuat kapal itu menepi dengan mesin yang semalam meledak.
Hampir satu jam mereka menunggu kapal itu menepi dengan sendirinya, tapi kapal itu seolah diam di tempat, bahkan Daniel merasa kapal itu justru kembali ke tengah.
Jarak mereka dari bibir pantai sekitar lima ratus meter , dan jika mereka tidak mengambil tindakan sekarang, bisa di pastikan kapal itu akan kembali ke tengah laut, terbawa angin laut dan itu artinya mereka akan semakin jauh dari bibir pantai.
Jangkar. Daniel langsung berpikir untuk menurunkan jangkar untuk menghentikan pergerakan kapal itu semakin ke tengah, dan iya , Daniel langsung bergegas ke arah belakang kapal dan memutar alat penurun jangkar. Daniel juga membuka layar kapal itu dengan posisi berlawanan dengan arah angin agar angin membawanya ke tepi, dan berhasil, kapal itu kembali bergerak ke tepi , namun baru sampai dua ratus meter, kapal itu tiba-tiba berhenti dan Daniel yakin jika jangkarnya sudah tertanam di dasar laut.
"Amor. Apa kau bisa berenang?" Tanya Daniel pada Amora dan Amora langsung menatap ke arah Daniel.
"What,,,?" Tanya balik Amora.
"Aku sudah menurunkan jangkar dan sepertinya kapal ini tidak akan bergerak lagi ke tepi ataupun ke tengah jadi jika kita ingin sampai di daratan kita harus berenang ke tepi pantai!" Jelas Daniel karena mereka memang tidak punya pilihan lain saat ini. Menunggu seseorang di bibir pantai menolongnya rasanya itu sangat tidak mungkin melihat bibir pantai itu terlihat sangat sepi.
"Aku bisa berenang, Tapi aku tidak yakin bisa berenang sampai ke bibir pantai sejauh ini!" Jawab Amora saat menyadari jika mereka masih cukup jauh dari bibir pantai.
"Aku akan membantumu, karena kita memang tidak punya pilihan lain." Jawab Daniel saat mengambil satu kantong kresek ukuran sedang di bagasi khusus untuk menyimpan ponsel mereka lalu membuka sepatu dan celananya untuk dia masukkan ke dalam kantong plastik karena tidak mungkin dia akan berenang dengan celana panjang juga dengan sepatu boots. Daniel juga menutup kembali layar kapal itu agar tidak terseret angin.
Daniel meminta Amora untuk melepas cardigan nya juga celana jeans sepaha nya, untuk mempermudah gerakan renang dan ia Amora tidak protes saat Daniel memintanya begitu, dan baru setelah itu mereka benar-benar melompat ke air dan berenang sampai di bibir pantai dengan Daniel yang terus memperhatikan Amora di belakangnya.
Berhasil. Mereka berhasil sampai di bibir pantai dengan selamat meski napas mereka terasa ngos-ngosan.
Daniel mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru pantai, sepi. Tidak ada satu orang pun yang bisa dan dilihat di sepanjang mata dia memandang.
"Apa ada orang di sana?" Teriak Daniel tapi tidak ada jawaban sama sekali, yang ada justru burung-burung di sana kompak terbang saat Daniel berteriak seolah mereka takut dengan suara Daniel.
"Hello. Apa ada orang di sana?" Kali ini Amora yang berteriak dan,,,,,,