Seorang ibu yang melahirkan anak tidak berakhlak adalah satu dosa untuk negara ini. ( Mahfud MD. 2024)
Maafkan Mommy, King, Sky, dan Amora. Karena terlalu mendambakan kalian, mommy sampai harus menempuh jalur bayi tabung karena usia Mommy yang sudah masuk kepala empat saat bertemu Daddy kalian. ( Kiray Agustin)
Maafkan Mommy juga , Daniel , Lucas, dan Engelina. Tidak cukup pandai mendidik kalian. (Luci Mervino)
Amora say, 'dia tidak mau jatuh cinta apalagi menikah dengan Daniel Fabiano, bahkan meskipun di dunia ini hanya tersisa satu laki-laki dan itu adalah Daniel Fabiano, Amora tetap tidak mau memilih si playboy cap kuda Nil ini. NO.'
Cinta itu sebuah misteri, boleh saja kau mengatakan tidak sekarang, tapi tidak untuk besok atau lusa.
Merasa tidak mendapatkan penolakan dari Amora , Daniel justru semakin menikmati ciumannya, menggigit sedikit belah bibir Amora hingga Amora meringis dan membuka sedikit belah bibirnya dan kesempatan Daniel manfaatkan untuk menelusupkan lidahnya ke dalam rongga mulut Amora , karena semakin dalam , semakin nikmat , hingga,,,,
"Oh apa yang kau lakukan, b******k?" Umpat Amora saat mendapatkan kesadarannya dan ternyata Daniel sedang berbuat tidak senonoh padanya.
Amora langsung mendorong dengan sangat kuat wajah Daniel hingga Daniel tersungkur di bibir ranjang.
"Dasar buaya messsum , gak ada akhlak. Bisa bisanya kau memanfaatkan situasi untuk mencium ku, brengseeek!" Umpat Amora dengan suara tertahan karena tidak ingin Galuh mendengar perdebatan mereka.
"Aku sudah memperingatimu untuk tidak menertawakanku tapi kau terus saja seperti itu jadi jangan salahkan aku jika ak,,,,"
Bugk!!!!
Amora langsung meninju perut Deniel hingga Daniel semakin menekuk perutnya yang nyeri karena sepertinya wanita ini, Amora adalah mantan penggulat, titisan Rodriguez.
"Itu tidak bisa kau jadikan alasan brangseek. Kau bisa memintaku dengan cara baik-baik, bukan malah melecehkan ku!" Tolak Amora dengan kemurkaan yang luar biasa.
"Ooh kau benar-benar wanita,,,,!"
"Oh apa yang terjadi?" Seru Galuh yang kembali ke kamarnya dengan membawa mainan Cannon yang sebelumnya dia angkat di anak tangga teratas rumah itu, dan Galuh langsung asal meletakkan mainan itu dan membantu Daniel yang terlihat menekuk perutnya di lantai dengan Amora yang masih berdiri tegak di belakang Daniel.
"Oh, ini sakit sekali Nana!" Keluh Daniel mendramatisir keadaan.
"Amor, apa yang terjadi?" Tanya Galuh mendongak pada Amora tapi Amora justru hanya terlihat menggaruk pelipisnya sendiri.
"Dia melakukan KDRP , Nana!" Jawab Daniel dengan suara terbata yang justru membuat Galuh bingung dengan jawaban tidak masuk akal Daniel.
"KDRP?" Kutip Galuh dan Daniel langsung mengagguk dari tersungkurnya. "Apa maksudnya KDRP, Daniel?" Tanya Galuh yang benar-benar merasa jawaban Daniel itu sangat membingungkan.
"Iya, Amora baru saja melakukan Kekerasan_Dalam_Rencana_Pernikahan kami Nana. Hanya karena Daniel mengatakan akan segera menikahinya setelah pernikahan Nana selesai dia malah meninjuku!" Adu Daniel benar-benar pandai berdusta. Oh, sepertinya pernyataan Galuh tentang Daniel yang tidak pandai membual itu salah besar karena faktanya laki-laki yang mereka cap sebagai Playboy itu tidak hanya pandai menggombal tapi juga pandai berdusta.
"Apa? Itu tidak benar Nana. Dia,,,,!" Amora.
"Daniel baru merencanakan akan menikahinya dan akan memiliki anak dua belas saja dia sudah menyerang Daniel seperti ini Nana, lalu bagaimana kira-kira nanti jika kami benar-benar menikah dan aku kedapatan marayu Nana, bisa di mutiliasasi Daniel, Nana!" Tolak Daniel lagi dan setelahnya Galuh langsung membantu Daniel bangkit dari atas lantai itu lalu meminta Daniel duduk di bibir ranjang, tapi Amora justru terlihat menghela nafas dalam diam lalu memutar bola matanya dengan sangat asal.
"Mutiliasasi itu apa lagi, Daniel?" Heran Galuh saat lagi-lagi Daniel justru mengeluarkan kata yang tidak bisa dia mengerti.
"Itu lho Nana, tubuh yang dipotong-potong menjadi beberapa bagian itu lhoo!" Jawab Daniel serak dan Galuh langsung menghela nafas dengan sangat kasar lalu melepas pegangannya di punggung Daniel.
"Itu MU_TI_LA_SI, Daniel. Bukan mutiliasasi!" Ralat Amora dan Daniel langsung mengangguk.
"Iya, itu maksud Daniel Nana. Muliasasi!" Ucap Daniel yang masih saja salah mengucapkan satu kata itu tapi Galuh sudah tidak lagi peduli dengan apa yang terjadi di antara mereka , dan pilih angkat tangan.
"Jadi ini dia yang melakukannya?" Tegas Galuh sambil menunjuk ke arah Amora dan Daniel langsung mengangguk.
"Iya Nana!" Daniel.
"Tapi Nana, dia,,,!" Amora ingin menjelaskan tapi Galuh lebih dulu mengangkat sebelah tangannya untuk memberi isyarat diam, jangan bicara pada Amora, karena Galuh sudah bisa menyimpulkan apa yang sebelumnya terjadi di antara keduanya.
"Amora. Karena kau yang membuatnya sakit seperti ini, maka sekarang kau juga yang harus menenangkannya. Fix no debat. Itu hukum di rumah Nana!" Potong Galuh dengan sangat tegas dan Daniel langsung mengangguk setuju, tapi tidak untuk Amora sendiri.
"Tapi Nana." Amora ingin protes.
"Gak ada tapi-tapian Amora. Urus bocah besar ini, jangan sampai dia benar-benar stroke gara-gara masalah ini dan tidak bisa hadir di pesta pernikahan Nana besok." Potong Galuh lagi dan Amora langsung terlihat menghela nafas dalam diamnya dan Daniel justru pura-pura semakin memeluk perutnya seolah rasa sakit itu benar-benar kuat dia rasakan.
Galuh pergi dan kini tinggal Daniel dan Amora di kamar itu. Ada banyak negosiasi yang Daniel lakukan pada Amora dan membuat Amora tidak bisa menolak semua keinginan Daniel ,dan salah satunya agar mereka bersikap manis di depan Galuh, layaknya pasangan kekasih sungguhan, karena jika Galuh senang, itu sudah lebih dari cukup untuk mereka jadikan kado pernikahan wanita itu, dan setelahnya, Deniel akan siap melakukan bagiannya seperti bagaimana yang seharusnya.
"Antar aku pulang. Aku yakin saudara laki-laki ku pasti mencari ku. Aku juga mau ganti baju." Seru Amora saat menuruni anak tangga rumah Galuh bersama Daniel dengan Daniel yang mengekor di belakang Amora. "Oh, gak jadi. Aku pulang sendiri aja!" Ralat Amora buru-buru kerena sungguh Amora tidak ingin Daniel tau siapa dia yang sebenarnya.
"Eeh enggak. Aku gak akan membiarkan mu pulang sendiri. Aku akan mengantarmu saja!" Balas Daniel karena sejatinya dia memang harus melakukan itu, mengingat saat ini Amora sedang berstatus kekasihnya, meskipun hanya sebatas kekasih pura-pura.
"Daniel, rumah aku tu jauh. Jauuuuuuuh banget!" Tolak Amora setelahnya tapi Daniel langsung menggeleng tidak peduli.
"Aku gak peduli. Mau rumah kamu di ujung pantai selatan kek, ujung timur kek, aku akan mengantarmu. Lagian aku juga ingin lihat bagaimana respon sepupu dan kekasih tampan mu saat melihat kita pulang bareng!" Jawab Daniel dengan sangat cepat.
"Kami gak tinggal serumah kali. Rumah aku dan dia cukup jauh, dan,,,!"
"Pokoknya aku gak akan membiarkan mu pulang sendiri. Aku akan mengantarmu!" Potong Daniel demgan sangat cepat dan dengan suara yang naik satu oktaf.
"Daniel,,,!"
"Kalo kamu gak mau , sekalian jangan pulang saja, biar aku pesankan pakaian untuk mu!" Potong Daniel lagi dan Amora langsung menggigit giginya karena kesal dengan sikap pemaksa Daniel.
"Daniel,,,!"
"Pulang bersamaku, atau tidak pulang sama sekali!" Ucap Daniel yang kini justru mendahului Amora dan langsung duduk di sofa ruang tengah rumah oppanya , meraih remote televisi dan mengganti cennel televisi itu ke cennel favoritnya dan Amora hanya menatap Daniel yang mulai bersikap semaunya.
"Daniel,,, kenapa diganti. Can masih mau nonton yang tadi!" Bocah enam tahun itu langsung protes saat Daniel asal mengganti tontonan yang sedang dia tonton. "Mana remote nya!" Can kembali merampas remote televisi itu dan menggantinya ke cennel sebelumnya.
"Can, ayolah. Masa kau masih aja demen nonton yang beginian! Malu lah sama pacarku!" Seru Deniel , sepertinya kali ini dia tidak akan segan untuk berdebat dengan bocah enam tahun yang merupakan pamannya.
"Terus. Terus. Anak kecil juga mau di ajak berdebat. Ih dasar kuda Nil ompong!" Seru Amora saat berjalan ke arah sofa sebelah Cannon, lalu duduk. Baru saja Amora akan menarik bantal sofa untuk menyanggahi sikunya, saat tiba-tiba ponsel di atas meja sofa milik Galuh berdering.
Pandangan Cannon langsung teralihkan, meraih ponsel itu lalu menerima panggilan tersebut.
"Ya hallo!" Sapa Cannon lebih dulu.
"Can. Apa itu kau?" Sapa orang di seberang telpon dan Cannon langsung mengagguk.
"Iya. Mama lagi di dapur, lagi buat su su!" Jawab Cannon dan menit yang sama Galuh tampak berjalan ke arah sofa dengan segelas su su coklat untuk putranya.
"Siapa Can?" Tanya Galuh.
"Om Papa, Mama!" Jawab Cannon saat menyerahkan ponsel itu pada sang ibu dan mengambil alih gelas su su di tangan Galuh, dan Galuh pilih menerima panggilan telpon itu.
"Ya hallo. Ada apa Mas?" Sapa Galuh setelah menempelkan layar ponsel itu disisi wajahnya.
"Aku kesulitan menghubungi David atau Luci. Bisakah kau menghubungi dia dan memintanya untuk menjemputku ke proyek selatan. Kapalku kehabisan bahan bakar , dan terjebak di proyek." Jawab orang di seberang telpon dan Galuh langsung mengangguk.
"Disini ada Daniel, apa aku minta bantuan dia aja?" Tanya Galuh dan orang di seberang telpon langsung meminta bicara sama Daniel, dan Galuh langsung menyerahkan ponselnya pada Daniel.
"Niel. Om kamu mau bicara!" Ucap Galuh dan Daniel langsung menerima telpon itu.
"Ya, hallo!" Sapanya dan orang di seberang telpon langsung menjelaskan kondisinya pada Daniel dan Daniel hanya mengangguk paham. Menit berikutnya Daniel langsung mengatakan oke pada orang di seberang telpon. Menutup panggilan telpon itu dan menyerahkan kembali ponsel itu pada Galuh.
"Apa yang dia katakan, Daniel?" Tanya Galuh tapi Daniel hanya terlihat mengangguk.
"Daniel akan ke dermaga. Meminta seseorang untuk menjemputnya di proyek." Jawab Daniel santai. "Nana tenanglah. Dia pasti akan pulang atau dia tidak akan bisa menikahi Nana yang cantik ini, dan Daniel yakin dia gak mau itu terjadi!" Sambung Daniel saat menawarkan telapak tangannya ke arah Amora seolah ingin meminta Amora untuk ikut dengannya.
"Apa?" Amora masih belum mau menerima uluran tangan Daniel.
"Ikut denganku Sayang. Kita akan bersenang-senang. Bukankah tadi aku mengatakan harus berganti baju, jadi ayo, kita sekalian beli." Jawab Daniel sok merasa punya segalanya padahal Amora jauh lebih dari kata mampu untuk melakukan apa yang baru saja Daniel ucapkan, tapi karena disini Amora sedang menyembunyikan identitas dirinya, jadinya Amora pasrah saat Daniel mengajaknya.
"Nana. Kami berangkat dulu." Deniel pamit pada Galuh dan Galuh hanya asal mengangguk.
"Kalian jangan bertengkar lagi. Dan kau Daniel, tolong jaga calon ibu dari penerus keluarga kita. Jangan biarkan dia bosan dan marah hingga berakhir meninggalkan mu yang kadang-kadang songong nya gak ketulungan." Ucap Galuh dengan sangat lembut sembari mengelus punggung Amora dan Amora hanya bisa tersenyum menanggapinya.
"Iya tenang saja, Nana. Seharusnya disini Nana itu khawatir sama Daniel, karena disini Daniel lah yang paling sering di aniayaya sama dia!" Ucap Daniel dan Amora kembali menabok lengan atas Daniel karena sudah menuduhnya yang tidak tidak dihadapan Galuh.
"Apa sih!" Amora.
"Tu kan Nana. Nana bisa lihat sendiri jika disini Daniel yang selalu jadi korban, karena seperti biasa, Daniel mana bisa menyakiti hati seorang wanita, apa lagi jika wanitanya secantik dia.____Sumpah Daniel gak akan tega Nana, karena ternyata hatiku ikut terluka!" Ucap Daniel dan kali ini Galuh juga Amora kompak memutar bola matanya asal dengan sikap nyeleneh Daniel.
Jika Galuh sudah biasa menghadapi sikap nyeleneh Daniel , tentu beda ceritanya dengan Amora yang baru kemarin mengenal Daniel dan sudah langsung menawari Daniel untuk menjadi kekasih pura-puranya, tapi dari sini Amora juga jadi tau jika Deniel memang laki-laki nyeleneh yang kelewatan lebay.
Mereka tidak mendebat ucapan Daniel , karena jika di ladenin, Daniel juga sepertinya tidak akan bosan untuk kembali mendebat setiap pernyataan Galuh atau Amora.
Kini mereka sudah di dalam mobil sport merah milik Daniel, tadi mereka juga mampir di salah tau toko pakaian untuk membelikan Amora pakai santai, baju pantai dan cardigan tipis sesuai iklim, topi besar juga kacamata hitam. Amora tetap memilih menggunakan sepatu hak tingginya, karena dia sudah terlalu nyaman dengan style seperti itu.
Sesampainya di dermaga, Daniel juga langsung meminta seseorang untuk menjemput laki-laki itu, laki-laki yang akan menikahi Galuh besok, dan setelahnya mereka, Daniel dan Amora pilih bersantai di pesisir pantai itu dengan Daniel yang sedari tadi menenteng sepatu hak tinggi milik Amora.
Gadis itu tampak sangat menawan dengan pilihan busananya. Style sederhana, tapi aura glamor seolah tidak bisa hilang dari dirinya meskipun saat ini dia hanya menggunakan celana sepaha , dengan singlet putih dan cardigan putih. Pakaian itu benar-benar sangat sederhana tapi Daniel seolah tidak bisa memalingkan wajahnya dari persona wanita itu.
"Amor, apa kau ingin ikut denganku?" Tanya Daniel dengan sedikit berteriak karena jarak mereka cukup jauh. Kurang lebih di jarak dua puluh lima meter .
"Apa,,,?" Amora juga balas berteriak saat berbalik menghadap Daniel hingga rambutnya terlihat menenuhi wajahnya saat dia berjalan melawan arus angin.
"Aku mau melihat pemandangan tengah laut. Apa kau mau ikut bersamaku?" Tanya Daniel saat berjalan lebih cepat menyamai langkah Amora.
"Bagaimana caranya?" Tanya Amora.
"Kita bisa sewa satu kapal, dan kita akan berlayar ke tengah , menikmati hangatnya matahari siang. Apa kau tidak ingin memiliki kulit coklat?" Tawar Daniel dan Amora langsung terdiam sejenak. "Kita harus menikmati hangatnya Indonesia, sebelum kita kembali ke Paris . Bukankah begitu?" Sambung Daniel dan Amora langsung mengangguk meskipun sebenarnya dia belum sepenuhnya yakin untuk ikut Daniel berlayar , menikmati pemandangan tengah laut.
"Oke. Aku ikut!" Jawab Amora pada akhirnya.
Daniel langsung memesan satu kapal ukuran sedang untuk mereka berdua, sementara Amora menunggu di bibir dermaga. Dan beberapa menit berikutnya Daniel kembali dan meminta Amora untuk naik ke kapal yang dia tujuk.
Amora mengikuti langkah Daniel , naik di dak kapal dan menit berikutnya Daniel menghidupkan mesin kapal dan langsung memutar kemudinya menuju tengah laut.
"Apa kita hanya akan berdua?" Tanya Amora setelah kapal itu meninggalkan dermaga.
"Kau pikir bagaimana? Bukankah ini adalah liburan kita, jadi kita akan menikmatinya berdua!" Jawab Daniel dan entah kenapa Amora justru merasa takut sekarang.
"Jadi apa itu artinya tidak ada nahkoda yang akan bersama kita?" Tanya Amora lagi dan Daniel langsung mengangguk dengan menyunggingkan senyum .
"No. Aku yang akan mengemudikan kapal ini. Kau tenang saja. Percaya sama aku!" Seru Daniel dan kapal itu sudah sangat jauh meninggalkan dermaga , bahkan Amora sudah tidak bisa melihat bibir pantai sekarang. Hanya lautan yang membentang di sepanjang mata memandang.
Amora benar-benar menikmati sengatan matahari tengah laut. Rasanya memang berbeda dengan bibir pantai. Amora pilih merebahkan tubuhnya di depan dak kapal , melepas cardigan dan topinya. Bahkan Amora melepas baju singlet dan celana jeans sepaha nya. Kemudian terlentang hanya dengan setelan bikini merah muda dan kacamata hitamnya.
Daniel sempat menelan salivanya sendiri saat melihat lekuk indah tubuh Amora , tapi buru-buru dia mengembalikan kesadarannya untuk tetap waras dan menjaga sikap di hadapan Amora meskipun dari tadi dia benar-benar kesulitan untuk sekedar berdamai dengan rasanya sendiri.
Daniel juga ikut melepas baju kemejanya, juga melepas sepatu dan celana panjangnya, lalu ikut berbaring menghadap langit hanya dengan kacamata hitamnya.
"Aku yakin tiga jam lagi kau akan memiliki kulit coklat dambaan para wisatawan asing!" Ucap Daniel di sebelah Amora dan Amora hanya berdeham menanggapi ucapan Daniel.
"Jadi katakan, apa yang ingin kau lakukan dengan laki-laki brengseeek yang akan menikahi sepupumu itu?" Tanya Daniel setelahnya dan Amora terdengar hanya menghela nafas.
"Entahlah. Aku sendiri tidak tau." Jawab Amora sembari menghela nafas. "Hanya saja aku kasihan sama Monica jika dia harus mendapatkan laki-laki se brengseek Brian." Sambung Amora tanpa melihat lawan bicaranya dan tetap fokus pada cumbuan matahari siang itu.
"Kau tau jika dia laki-laki brengseeek, tapi kau juga tetap menjalin hubungan dengannya!" Ucap Daniel sarkasme.
"Aku tau. Dan itu adalah satu kebodohanku." Jawab Amora dan Daniel langsung terkekeh menanggapi.
"Kenapa tidak mengatakan kebenaran itu pada Monica, jika kau dan Brian adalah,,,!"
"Jangan ngaco Daniel, itu artinya aku menghancurkan kebahagiaan dia. Mereka sudah sejauh ini, masa iya aku tiba-tiba mengacaukan semua itu dengan cerita anehku. Yang ada aku akan di kira iri!" Tolak Amora dan Daniel langsung mengangguk, karena jika Daniel ada di posisi Amora juga belum tentu dia bisa setenang ini menghadapi kemelut hati karena kecewa.
"CK. Cinta itu memang rumit Amor. Itulah alasanku tidak mau yang namanya jatuh cinta. Aku gak mau jadi orang bodoh hanya karena mencintai!" Balas Daniel lagi dan kembali Amora menghela nafas.
"Monica itu tidak hanya cantik, dia juga baik dan cerdas. Dia satu-satunya mahasiswa kedokteran yang berhasil mendapatkan gelar dokter di usia yang belum genap dua puluh lima tahun, dan dua tahun dia menjabat menjadi dokter, dia sudah berhasil mendapatkan tiga penghargaan. Jika bukan karena kecerdasannya, itu pasti karena kebaikan hatinya." Ucap Amora lagi. "Sayang, dia malah terperangkap dalam jerat cinta seorang Brian Dominic, yang bahkan aku sendiri sering melihatnya membawa wanita ke atas apartemen, dan ranjangnya." Sambung Amora saat mengingat seberapa sering dia melihat Brian membawa wanita ke apartemennya.
"Jadi kau juga pernah menghangatkan ranjang laki-laki itu?" Tanya Daniel terdengar sedikit menohok dan baru setelah itu Amora berbalik menatap keseriusan Daniel saat bertanya.
"Apa kau berpikir seperti itu?" Tanya balik Amora dan Daniel langsung mengedikkan bahunya.
"Ya, kali aja, kan!" Jawab Daniel enteng.
"No." Jawab Amora dengan sangat cepat karena dia dan Brian memang tidak pernah sampai di ranjang. "Aku tidak pernah melakukan itu dengannya. Tidak sama sekali!" Sambung Amora tapi Daniel justru terkekeh menanggapi jawaban Amora.
Deniel dan Amora sama-sama hidup di Paris, dan mereka juga sama-sama tau bagaimana kehidupan dan pergaulan di Paris. Rasanya sangat mustahil jika sampai Amora tidak pernah melakukan itu dengan Brian mengingat laki-laki itu yang memang terkenal sebagai Casanova di sana.
"Kenapa kau tertawa? Apa kau tidak percaya padaku?" Kesal Amora saat Daniel justru tertawa usai dia menyatakan jika dia tidak pernah tidur dengan Brian.
"Tidak. Bukan seperti itu Amora. Sungguh!" Tolak Daniel dan Amora langsung meninju Daniel karena merasa di permainkan. Daniel menghindar , akan tetapi saat Daniel menghindar, tubuhnya justru terguling dari dak kapal , dan tangannya secara otomatis meraih tangan Amora yang sedang memukulnya dan keduanya justru jatuh ke jaring kapal dengan Daniel yang menahan tubuh Amora dengan sebelah lengannya memeluk pinggang Amora dan tangan satunya lagi berpemandangan pada tali yang melingkar di sisi kemudi. Entah sejak kapan tali itu ada di sana , Daniel tidak begitu memperhatikannya, tapi kali ini Amora juga Daniel justru terdiam saat menyadari posisi mereka yang begitu intim.
Tubuh mereka sama-sama tanpa busana, hanya bagian inti tubuh mereka saja yang tertutup, itupun dengan kain yang sangat kecil. Tangan Amora berada di d**a Daniel dengan bibir yang juga menempel di pipi Daniel, dan Daniel juga langsung menyadari jika sesuatu di bagian bawah tubuhnya, sudah terasa keras dan tegak seperti tiang bendera yang ingin di hormati.
Tangannya masih menahan pinggang Amora dan,,,,