Aroma yang tertinggal

1698 Kata
Sesuai keinginan Mia, Maya masuk ke apartemen Allen dan memenuhi kulkas dengan makanan makanan yang sehat. Dia juga memasak dan memasukannya ke dalam container makanan supaya Allen tinggal memanaskannya. Maya ingin bertindak agresif dan mengatakan kalau dirinya menyukai sosok itu, tapi dia harus tetap bersikap polos dan seolah tidak memahami apapun; bahkan tentang skinship antara Wanita dan juga pria. Maya diperintahkan untuk memasak sebelum Allen datang, dan di sinilah dia sekarang menatap apartemen yang kosong. Setelah selesai masak, Maya melangkah untuk masuk ke kamar Allen dan membaringkan tubuhnya di sana. Ahh, aroma tubuh Allen membuatnya kecanduan. Maya tengkurap dan menghirup dalam dalam aroma sprei itu; yang didominasi oleh aroma Allen. Hingga mata Maya terpejam, dan tanpa sadar ada seseorang yang masuk dan mendapati apa yang dia lakukan. BUK! BUK! BUK! “Aw! Astaga!” maya kaget saat seseorang tiba tiba memukul-mukulnya dengan bantal. “Anak gak tau malu, disuruh buat beresin apartemen sama siapin makanan buat Allen malah tiduran di sini! Bangun!” Maya kaget saat sadar kalau itu ternyata Mamanya. “Mama? Ngapain di sini?” tanya Maya. “Ngapain? Mia bilang kali kalau dia mau minta bantuan kamu, dan Mama gak akan ngebiarin kamu hancurin apartemen orang. Tidur di kamar Tuan rumah? Kamu gak tau malu ya?” “Bukan gitu, Mah. Maya niat mau beresin kamer ini, tapi tadi Maya pusing dan berbaring sebentar.” Tanpa berfikir Panjang lagi, Mamanya itu memelintir telinga Maya dan menariknya agar keluar dari kamar. “Aw! Sakit, Ma! Sakit!” “Jijik tau gak? Gimana kalau Allen tau kamu tidur di ranjang dia? Udah sana pulang, Mama bakalan bilang sama Mia biar mercayain semuanya sama Mamah.” “Jangan, Mah. Biarin sama Maya aja. Mama kan sibuk, gak masalah Maya ke sini sebelum kerja magang.” Maya panik. Namun Mamanya tidak pernah mendengarnya, sosok itu tetap mendorong tubuh Maya hingga akhirnya keluar dari pintu apartemen. “Kamu pikir Mama gak tau kalau kamu diem diem ngendus ngendus sprei Allen? Kamu itu gak normal, May. Makannya Mama malu punya anak kayak kamu, mana gak ada pinter pinternya. Gak ada yang bisa dibanggain dari kamu.” BRAK! Mamahnya menutup pintu apartemen dengan kasar, setelah mengatakan kalimat menyakitkan pada Maya. Namun belum juga Maya beranjak, pintu kembali terbuka secara tiba tiba dan menampilkan Mamanya yang mengacungkan pisau padanya. “Jangan tularkan ketidaknormalan kamu sama Allen, sama Kakak kamu juga. Jauh jauh, pergi dan bikin Mama bangga, baru kamu bisa lakuin apa yang kamu mau.” BRAK! Pintu kembali tertutup. Mengepalkan tangannya sambil melangkah menjauh, tetesan air mata jatuh di pipinya. Menarik napasnya dalam, dan berjanji akan mendapatkan Allen bagaimana pun caranya. Karena Maya akan membuktikan kalau dirinya bisa mendapatkan Allen dan menjadi penyelamat dari keluarganya. BRUK! Maya tidak sengaja menabrak seseorang di koridor. “Maaf,” ucapnya dengan suara parau. “Kamu nangis, May? Kenapa?” tanya Allen yang kaget, dia memegang kedua bahu Maya. Dan Maya benar benar kaget dengan keberadaan Allen yang ada di depannya. “Kamu kenapa?” tanya Allen. “Gak papa, Mas.” Maya bergegas menghapus air matanya. “Aku udah masakin buat kamu kok. Ada Mamah juga di sana, tapi aku pulang duluan.” Dan seolah tau apa yang terjadi, Allen menghela napas. Dia memang melihat bagaimana perlakuan berbeda dari orangtua Maya dan Mia pada kedua putrinya. “Kita ke cafee yuk, beli ice cream di sana.” ***** Disinilah Maya sekarang, berhadapan dengan Allen sembari meja diatas ice cream diantara mereka berdua. “Dimakan ice creamnya, May.” “Makasih, Mas.” Maya mulai memakan miliknya sendiri. “Um, Mas kalau mau pulang gak papa. Aku udah baik baik aja kok.” “Masa main tinggal aja, ice cream punya Mas juga belum abis,” ucap Allen sembari memakan miliknya, tatapannya tidak lepas dari wajah Maya yang menampilkan jejak habis menangis. benar benar jelas sekali. Hidungnya yang merah, mata yang sedikit bengkak dan pipi yang merona. Siapa saja bisa tau kalau Maya baru saja menangis. “Kamu gak mau cerita?” Maya menggeleng. “Gak ada apa apa kok.” Kasihan sekali, batin Allen berkata. Padahal tidak ada yang salah dengan Maya, dia terlihat cantik. Meskipun tidak sesempurna kakaknya, tapi Maya punya sesuatu yang dia jaga. Pergaulannya yang tidak bebas. “Kakak kamu bilang buat masakin Mas tiap hari?” Maya mengangguk. “Aku bakalan pergi sebelum Mas datang kok. Tapi buat kedepannya mungkin Mamah aku yang dateng.” “Loh kok? Bukannya Mia nyuruh kamu?” “Tadi Mamah bilang sama Mamah aja, gak mau ganggu aku yang lagi kerja,” ucap Maya memaksakan senyumannya. “Tapi Maya gak ngerasa keganggu kok, malah seneng bisa masak.” Semakin memahami apa yang terjadi, memang jelas jika kedua orangtua mereka membedakan kasih sayang diantara keduanya. Allen melihatnya dari cara mereka menatap Mia, dan dari cara mereka menatap Maya. Jauh berbeda sekali. “Kamu itu sempurna dengan cara kamu sendiri, May. Gak perlu sama dengan Kakak kamu. Kamu punya cahaya kamu sendiri, Cuma gak semua orang bisa melihatnya.” Jujur saja Maya sangat senang, tapi sekarang dia hanya tersenyum dengan tipis guna Allen lebih peduli padanya. “Hei, Mas serius sama perkataan Mas.” “Makasih, Mas.” “Hari ini kamu berangkat kerja jam berapa?” “Jam 6, Mas.” “Pulangnya?” “Sekitar jam 11an.” “Gak capek, May?” Maya menggeleng. “Kan kuliah juga siang, Cuma nyampe jam 3 lagi. Jadi pagi bisa banyak istirahat.” Ketika Maya melihat jam, dia kaget. “Mas, aku harus berangkat sekarang.” “Baru juga jam lima, May.” “Katanya untuk hari ini ada yang harus aku kerjakan sendiri, makasih buat ini.” “Tunggu, May.” Allen menahan tangan Maya. “Mas anterin ayok.” “Gak perlu, Mas.” “Gak papa, ayo kan deket.” Sejujurnya Allen ingin selalu menghindari Maya, tapi melihat bagaimana sosok rapuh dan perlu perlindungan itu melakukan semuanya seorang diri, Allen jadi kasihan karenanya. berbeda dengan Mia, Allen tidak akan ragu meninggalkannya sendiri mengingat Mia bisa melindungi diri sendiri. berbeda jauh dengan Maya yang rentan, polos, Allen khawatir ada pria diluar sana yang memanfaatkan keadaan Maya yang polos. “Kalau kamu capek, gak usah datang tiap hari buat masakin Mas ya. Nanti Mas telpon kamu aja kalau makanan udah abis. Lebih baik kamu banyakin istirahat.” “Tapi buat selanjutnya bakalan Mamah yang datang, Mas.” “Mas makin gak enak kalau Mamah kamu yang datang. Lagian kan yang disuruh sama Mia itu kamu, dan kamu udah setuju. Masa gak mau tanggung jawab? Ya? Nanti kamu masak apa aja yang kamu mau.” Maya mengangguk kuat, membuat Allen bisa melihat senyumannya dengan jelas. Ya, dia tau kalau Maya suka memasak, dan sepertinya cara inilah dirinya bisa membuat Maya Bahagia. Berbeda dengan Maya dan pemikirannya, dia akan membuat rencana agar Allen semakin iba padanya, dan menganggapnya Wanita yang polos dan juga butuh perhatian lebih. ****** Saat Allen kembali ke apartemen, disana masih ada calon mertuanya yang sedang membereskan kulkas. “Eh, Nak Allen sudah pulang?” “Mama di sini?” tanya Allen pura pura terkejut. “Iya, ini Mama tadi mau ngecek Maya masaknya enak apa enggak. Ibu tau dari Mia kalau misalkan dia minta bantuan Maya buat masakin kamu. Tapi masakan Maya gak ada bandingannya sama masakan Mama. Jadi lebih baik Mama aja yang mastiin makanan kamu baik ya? Lagian Maya kan harus kerja, kuliah juga. Kasian dia.” Allen hanya tersenyum canggung. “Gak papa, Allen gak mau repotin.” “Eh, nggak repotin kok.” “Karena Allen ada rencana untuk pindah apartemen, jadi mungkin akan jarang pulang ke sini. Sayang makanannya kalau kebuang.” “Kan kalaupun pindah apartemen, tidurnya tetep di sini kan?” “Untuk beberapa minggu ini di kantor, karena banyak pekerjaan.” “Oalaaah, kalau gitu kasih tau Mama aja ya kalau mau dimasakin, soalnya masakan Maya mah gak ada apa apanya.” Allen mengangguk sambil tersenyum, dia menawarkan diri untuk mengantarkan sosok tersebut. Tapi dia menolak dan memilih untuk pulang sendiri saja. setelahnya Allen menyandarkan punggung di pintu. Dia memang sedikit tidak nyaman dengan keberadaan keluarga Mia yang terlihat jelas kalau mereka itu hanya menginginkan uang miliknya. Namun hal itu sebanding jika dirinya mendapatkan Mia; Wanita pujaannya. Ah, bagaimana kabar sosok tersebut. Allen memilih untuk menghubunginya sambil merebahkan diri di atas ranjang. Menunggu panggilan terjawab, Allen mencium sesuatu yang tidak asing. Parfume dari Maya, kenapa menempel di sprei nya? “Hallo, Mas?” “Hallo, Sayang. lagi sibuk? Udah pulang belum?” “Ini lagi dijalan, udah mau istirahat kok. Jangan khawatir, kamu juga harus istirahat loh.” Allen terkekeh. “Mama kamu tadi malah ke sini, dia yang beresin kerjaan Maya.” “Loh? Emang Maya kemana?” “Maya disuruh pergi deh. Jujur aja, Mas gak nyaman kalau tiap pulang ada Mama kamu. Kalau Maya kan beda, dia lebih pulang cepet karena harus kerja. Mama kamu tadi nunguin aku secara sengaja.” Mia tertawa di sana. “Nanti aku bilangin deh biar Mama gak usah datang. Lagian aku gak nyuruh dia datang, tapi maksa. Maaf ya bikin kamu gak nyaman.” “Santai aja, Sayang. mas juga gak mau repotin keluarga kamu.” “Tapi Maya jangan disuruh berhenti. Jujur aja, Mas. aku itu kasian sama Maya yang selalu gak dikasih kasih sayang yang sama kayak aku. Jadi satu satunya jalan buat dia melepas stress, pasti dengan masak. Jadi jangan disuruh berhenti ya?” Allen mengengguk. “Gak masalah sih, kalau dia. Jadi, kapan kamu pulang?” tanya Allen. “Um, Mas… kayaknya aku nambah sebulan lagi deh di sini. Maaf ya.” Dan malam itu, Allen berakhir dengan kekecewaan yang diberikan oleh Mia. Hingga saat panggilan terputus, Allenn langsung tengkurap dan menenggelamkan wajahnya di Kasur. Aroma ini benar benar aroma Maya, bagaimna bisa kasurnya beraroma baby lotion dan minyak telon? Tapi jujur saja, aroma ini begitu menenangkan. Dan Allen pria yang normal, di telinganya terus saja berdengung kalimat yang dikatakan oleh sahabatnya; “Maya perawan deh, gak penasaran gimaana rasanya perawan? Pasti rapet, apalagi bayangin wajahnyaa yang kesakitan, Al.” Sial sekali, itu membuat batang milik Allen langsung mengeras seketika. “Shiit!” umpatnya dan berjalan ke kamar mandi untuk menuntaskan hasratnya. *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN