Usai bicara dengan Aidan, ia malah menangis. Kenapa? Ya ditolak Aidan secara langsung. Hahahaha. Aidan mengaku kalau ia memamg bukan gay. Tapi ia bilang kalau ia menyukai perempuan lain. Tebakan Soraya sih mantannya. Karena yang ia tahu ya Aidan itu punya mantan yang juga cinta pertamanya. Katanya Aidan juga pernah mengemis agar bisa balikan dengan mantannya tapi tetap ditolak. Gosip itu tentu saja sudah menyebar satu fakultas. Ya sudah lama juga menyebarnya jadi banyak yang tahu.
"Tapi aku bilang sih kalo aku gak nyerah."
"Terus apa katanya?"
"Terserah katanya. Huaaaaaa."
Yang penting Aidan sudah jujur. Kejujuran Aidan memang melukainya sih. Meski tahu sulit namun nyatanya ia memang tak mau menyerah. Ia masih dan akan terus mengejar Aidan. Penolakan bukan berarti gak jodoh. Ia tak memaksa kok. Hanya kini mau memulai dengan perlahan. Mungkin Aidan tak suka dengan cewek agresif ya?
Jadi ia akan memulai untuk berteman. Tapi bagaimana ia bisa masuk ke lingkungan Aidan? Aidan tak punya teman dekat perempuan yang ke mana-mana selalu bersamanya. Adanya juga tiga temannya itu yang selalu menemaninya ke mana-mana. Ia menghela nafas. Mendekati Aidan memang tak mudah. Teman-temannya juga jadi ikut berpikir.
"Kalo gak, coba biasa aja sama kak Aidan. Mungkin pelan-pelan gitu Sor. Jangan terlalu nunjukin kalo kamu suka sama dia pakek banget. Bersikap biasa aja biar bisa jadi temen deketnya. Gak ada salahnya kan?"
"Ya aku juga mikirnya gitu. Tapi piye tho caranya?"
Yang lain terkikik. Yang penting itu memang cara mendekatinya. Hal yang membingungkan.
"Kamu tanya-tanya soal perkuliahan aja gimana? Kan dia udah di angkatan atas tuh."
Ide bagus juga. Walau ia juga tak tahu apakah akan berhasil atau tidak.
"Ada ide lain gak?"
Ia perlu banyak ide. Karena ia sednag berhubungan dengan lelaki yang tak bisa ditebak sama sekali.
"Apa tanya temen deketnya aja?"
Yang lain mendadak terpikir ide seperti itu. Maka tak butuh waktu lama bagi mereka untuk mencegat salah satu teman Aidan yang sedang berjalan sendirian. Yang satu geng dengan Aidan dan selalu bersama lah. Sempat dikira gay beneran juga gara-gara gosip yang Aidan kembangkan sendiri waktu itu. Hahahaha.1
"Kak Warno!"
Yang mukanya paling tua di antara teman-teman Aidan yang mereka panggil. Hahaha. Bukan tanpa alasan. Karena memang hanya dia yang terlihat siang ini. Mana sendirian pula kan. Ya sudah. Anggap ini waktu yang sangat tepat.
Waeno yang dipanggil tentu saja menoleh. Mendadak ditarik pula oleh cewek-cewek. Wah jarang-jarang nih ia dikerubungi begini. Hahaha. Mukanya jadi merah. Dipegang-pegang begini kan jadi deg-degan meski mereka gak ada maksud. Cuma asal narik saja. Tapi untuk cowok sepertinya, ini jelas hal langka. Hahaha. Kapan lagi coba?
"Kita mau nanya-nanya soal kak Aidan dong, kaaaak."
Yaaah. Ia kira memang ada perlu dengannya eeh ternyata masih soal Aidan. Hahaha. Ya kecewa sih tapi sadar diri juga. Untuk apalagi ia dipanggil kalau bukan karena Aidan? Ya kalau bukan Aidan pasti Zayn. Karena Zayn yang paling ganteng diangkatan mereka dan tentunya satu geng dengannya dan Aidan. Ada Angga juga.
@@@
Yang ribut itu kan Rain dan suaminya tapi yang suka jadi ribet itu ya Aidan. Hahahaha. Entah kenapa ia selalu terseret. Kini ia baru phlang dari kampus dan suaminya kakak sepupunya ini kembali meneleponnya. Untuk memastikan istrinya sudah makan apa belum jadi diminta untuk membelikan makanan. Ia geleng-geleng kepala. Udah dapat yang bagus begini buat jadi suami tapi malah banyak ributnya. Hahaha. Ia tak paham dengan kakak sepupunya yang satu itu karena rumah tangga yang lain tampaknya tentram saja kok. A'aknya dan teteh ipar juga aman-aman saja tuh. Ya mungkin. Hahaha. Ia juga tak tahu sih.
Ia membeli beberapa makanan. Kalau untuk Rain itu ya tak cukup satu. Harus banyak karena ia tahu kalau Rain banyak makannya. Jadi ia membeli beberapa makanan dari makanan berat, cemilan, sampai cuci mulut. Begitu selesai, ia baru pulang ke apartemen dan.....
"Alhamdulillah lo bawa makanan!"
Ia terkekeh. Memangnya gak ada duit ya ini kakak sepupunya? Hahahaha. Ia tahu bukan itu alasannya sih.
"Ini bukan pakek duit dia kan?"
Pertanyaan sensi itu keluar dari mulutnya ketika ia hendak memasukan makanan ke dalam mulutnya. Padahal sudah hampir masuk loh.
"Enggak. Pakai duit gue ini. Lo kan banyak makannya, kak."
"Awas ya lo kalo angkat telepon dia!"
Ia terkekeh. Apa salahnya coba? Kan suami sendiri. Ia geleng-geleng kepala.
"Lo gak mau balik emangnya? Entar yang marah tuh malah om, kak."
Maksudnya om Fadli tentunya. Ayah kandung Rain sendiri.
"Awas lo kalo bocor!"
Karena menurutnya, suaminya gak akan mungkin memberitahu orangtua mereka. Kalau bocor ya pasti dari Aidan. Hahaha. Karena sebelumnya Aidan pernah keceplosan. Ya namanya juga tak sengaja. Yang dimarahi tentu saja Rain. Kan menantu selalu dibela. Hahaha. Tapi menurut Aidan ya wajar juga kalau Rain tak dibela. Karena menurutnya juga ya Rain memang salah. Memang benar kalau kakak sepupunya ini belum dewasa. Ia sudah menjadi saksinya selama bertahun-tahun belakangan kok.
"Siapa pun kalo dapat suami kayak suami lo kak, yang ada nih bakal bersyukur banget. Masa lo enggak sih?"
"Enggaaaaaak!"
Tuh kan. Lihat saja kelakuannya. Hahahaha. Ia geleng-geleng kepala. Tak habis pikir deh isi kepala Rain. Ya memang tak akan pernah bisa dimengerti.
"Suami lo udah baik begitu. Istri kalo udah nikah ya ikutnya suami. Kalo lo pergi gak ada izin suami lo itu namanya istri durhaka tahu, kak."
"Kata siapa?"
"Kan barusan gue bilang. Dosa tahu."
Rain mendengus. Ya namanya juga Rain anaknya Fadli Adhiyaksa ya bebal. Hahahaha. Apapun tak akan masuk ke dalam kepalanya saat ini. Kenapa? Rain ingin berpisah. Rain tidak bisa hidup dengan lelaki yang yaah ah sudah lah. Ia tak mau membahasnya karena hanya akan membuatnya marah. Tapi semua sudah terlanjur terjadi. Bahkan ia saja tak mau mengakui kalau salahnya juga sejak awal. Bukan kah ia yang meminta sendiri pada ayahnya. Tapi dari sekian banyak lelaki, kenapa harus lelaki itu? Itu yang tak bisa ia terima. Namun berbicara dengan ayahnya? Ia juga tak berani. Padahal biasanya ia bebal ya? Namun entah kenapa kakau urusannya rumah tangga itu berbeda. Tidak seperti dulu ketika ia merengek meminta mobil, hape baru atau ya studio baru. Tidak begitu. Ini bukan sesuatu yang bisa ia minta dengan begitu mudahnya. Itu yang membuat batinnya juga bergejolak parah.
@@@
"Cait!"
Tulisannya memang Cait atau ya nama panjangnya Caitlyn. Tapi cara menyebutnya Keitlin. Jadi tadi Cait tapi sebenarnya menyebutnya Keit. Ia baru saja keluar dari salah satu toko merk ternama di mall besar yang ada di Singapura ini. Gadis yang dipanggilnya melambaikan tangan. Tak disangka akan bertemu teman semasa S2 di London di sini.
Dia, Caitlyb Zvonimira. Kakak tirinya Diana yang berprofesi sebagai dokter juga. Hingga sekarang masih dokter residen spesialis bedah. Akan segera selesai tahun depan. Hubungan keluarganya dan Diana memang cukup rumit dan ya berakhir buruk. Walau begitu, hubungannya dengan Diana masih baik-baik saja kok. Bahkan sangat dekat hingga sekarang.
Nama Caitlyn sebenarnya sangat dikenal masyarakat Indonesia. Karena beberapa tahun lalu untuk pertama kalinya, Indonesia bisa menyabet gelar Miss Universe untuk pertama kalinya dan yaa Caitlyn yang membuat itu menjadi nyata. Seharusnya yang mewakili Indonesia kala itu bukan Caitlyn melainkan Shabrina. Yaaa Shabina. Tapi karena suatu masalah, Shabrina dikeluarkan dan Caitlyn yang akhirnya terpilih karena runner up pertamanya juga tak jadi maju saat itu. Ia tak tahu apa masalahnya, yang jelas, akhirnya ia maju meski hanya runner up ke-3. Walau ya banyak omongan juga saat itu karena sejak awal, seharusnya ia lah yang memenangkan kontes kecantikan bergengsi itu sebagai juara pertama. Namun yaaa karena beberapa kecurangan yang dilakukan dua kontestan lain dan sebenarnya hal yang biasa karena pemenangnya memang selalu sudah ditentukan. Asala bekingannya kuat. Ia yang memang tak memilih untuk mencari bekingan alias memilih jalur jujur yaa ternyata yang namanya rezeki tak ke mana ya?
Tak heran kalau karirnya cemerlang hingga sekarang dan sebenarnya sudah punya klinik sendiri. Tapi ia sedang fokus untuk menyelesaikan residennya. Lalu bertemu pula dengan teman seumurannya, Ellery Yashvi, yang waktu itu juga S2 di London bersamanya. Kalau gadis ini sih berprofesi sebagai dosen muda di salah satu kampus swasta terbaik di Jakarta dan sedang S3 di kampus yang sama juga. Lalu bisa bertemu di sini?
"Gue ada acara konferensi."
Aaah pantas saja. Ia mengangguk-angguk. Keduanya sempat mengobrol sebentar sampai akhirnya berpisah karena Caitlyn tak punya banyak waktu. Ia harus mengejar penerbangan menuju Jakarta.
Selain ikut konferensi juga, ia memang sengaja mampir ke Singapura untuk bisnis yang sudah ia geluti sekitar 2 tahun belakangan. Ya sejak namanya kian populer dan banyak pemasukan, ia memutar uang untuk bisnisnya. Ya dimulai dari barang-barang mewah ini.
Baru sampai di bandara, tahu-tahu ada yang menepuk bahunya. Siapa? Ia menjulingkan matanya. Ahaha. Lelaki yang sempat koma dan terbakar hebat akibat sebuah mobil yang meledak. Yang meledak itu adalah mobilnya sendiri. Kabarnya heboh karena ia adalah seorang anak konglomerat. Dan kini yang diincarnya adalah dirinya. Sebetulnya baik sih. Lebih tua setahun lah dibandingkan dengannya. Tapi ia hanya tak tertarik saja. Melihat kedua orangtuanya berpisah itu bukan sesuatu yang indah baginya. Jadi ia tidak berpikir untuk menikah. Bukan hanya ia kok. Yang tadi tak sengaja bertemu dengannya juga berpikir hal yang sama. Yaaa tapi akan terjadi keributan kalau sudah bertemu dengan dua teman lamanya, Hyuna Thandie, si warga Korea Selatan yang sudah tinggal lama di Indonesia. Ada juga Jennie Surayya yang kisah cintanya menghebohkan publik beberapa bulan lalu lah.
"Baru mau nyariin kamu," ujarnya lantas berdeham dan duduk di sebelahnya tanpa izin. Hahaha. Tapi setidaknya lelaki ini sopan karena tak berani memegang apalagi merangkulnya. "Aku tahunya dari Darren sih. Katanya dia sempet ke rumah sakit terus ketemu kamu."
"Yaaa. Emang."
"Gitu doang nih jawabannya?"
Hahahaha. Ngarep lebih? Nehi...nehi....ala India. Hahaha.
@@@
"Hahaahaha!"
"Ya dari pada dia ngerusuhin gue. Pusing juga kepala gue."
Ferril dan yang lain tertawa. Tentu saja mereka menceritakan soal usaha Arya mendekati perempuan setelah hampir setahun di rumah sakit karena kasus ledakan dan luma bakar, setidaknya ia masih semangat hidup karena bertemu dengan salah satu dokter yang sebetulnya tidak merawatnya. Tapi karena perempuan itu selalu ikut dokter senior yang kebetulan merawatnya, ia jelas jadi sering bertemu bukan? Sejak itu ia suka dan hingga sekarang belum berhasil mendapatkannya. Kalau Darren?
Setelah gagal menikah dengan seorang perempuan biasa, ia seperti kehilangan arah untuk mencari perempuan lagi. Padahal waktu itu sudah bagus loh. Caranya juga bagus dengan taaruf kan. Sudah hampir menikah namun gagal karena si perempuan kabur. Mendadak tak ingin menijah dengannya. Ia tak pernah tahu jelas apa alasannya. Kalau keluarganya si cewek sih bilangnya si cewek itu ada yang guna-guna. Mungkin seseorang yang pernah suka dengan cewek itu. Jadi sempat memaksa untuk Darren tetap menikahi cewek itu. Namun tak jadi. Karena teman-temannya melarang. Karena tampaknya keluarganya tak baik kalau jalannya sampai harus memaksa seperti itu bukan?
"Tuh juga tuh. Dicomblanginnsama cewek gak mau."
Ferril menyebut Juna yang baru masuk. Cowok itu hanya geleng-geleng kelala.
"Ya kali sama Vani."
Ia merujuk pada anak tunggalnya Regan. Ia sih memang tak tertarik saja. Mungkin lebih enak kalau hanya berteman dan seperti keluarga. Ya seperti hubungan pertemanan mereka di sini. Teman rasa keluarga.
"Bukan Vani lah. Yang lain. Ada tuh temennya si Ferril," sebut Adit.
Darren langsung terbahak. "Dia nyarinya pasti yang berkerudung."
Ya juga sih. Ferril juga punya sih teman-teman yang berkerudung. Tapi Ferril akui kalau tingkahnya tak jauh berbeda dengan teman-temannya yang tak berkerudung, yang kalau berpacaran ya pegangan tangan dan berangkulan. Bahkan ada yang berpelukan hingga ciuman. Yang seperti itu tampaknya memang tak akan cocok dengan Juna sih.
"Udah lah, kerja aja."
Begitu ucap Ardan yang membuat mereka semua terbahak. Jelas saja ia dilempari bantal. Yang mengucapkan saja belum tentu bisa menjalaninya dengan mudah. Hahahaha.
Mereka makan bersama dan sesekali masih tertawa karena menerima pesan dsri Arya yang padahal baru saja tiba di Singapura eeh langsung terbang lagi ke Jakarta karena Caitlyn mau oulang.
"Nyokapnya Arya pasti makek tas-tas gitu kan? Kenapa gak beli aja dari Caitlyn? Gue yakin kalo Caitlyn bakal diterima tuh jadi calon menantu," tukas Ferril.
Ya ada benarnya juga sih tapi masalahnya....
"Masalahnya si Cait mau sama Arya?"
Adit bertanya sangsi. Mereka malah terbahak bersama. Ya ada benarnya juga sih. Hahaha.
"Lo, Jun, udah. Mendingan cari cewek lain aja. Yang lama gak usah digalauin."
Ia terkekeh. "Siapa yang galauin?"
Mereka terbahak. Adit menunjuk ke poster-poster oppa-oppa Korea yang ada di sekitar mereka. Meski maksudnya bukan oppa-oppa itu tapi kan Juna ada masalah juga dengan oppa-oppa itu. Hahahaha. Hal yang mengundang tawa mereka.
@@@