Bagian Empat (Revisi)

1026 Kata
Devian keluar dari mobil lalu masuk  ke tempat karaoke. Kali ini tidak ada pengawal yang masuk maupun Mr. Hann. Devian berjalan dengan santai sambil sesekali melihat kesana kemari.  "Hay Pak CEO baru, ckck kemarilah." Erdogan membawa Devian menuju sebuah tempat karaoke. Di sisi lain "Kemana Devian." Kata Daniel sambil menunggu di tempat karaoke. Ruang karaoke memiliki dua tempat, mudahan saja Devian tidak salah. *** Devian melangkahkan kakinya di sebuah karaoke, di sana ia langsung di sambut dengan musik yang menggema dan minuman alkohol, tidak ada perempuan yang ada hanya zafir, Erdogan dan dirinya. "Kemana yang lain?" Tanya Devian. Erdogan tersenyum "Belum datang sepertinya, ayolah kita nikmati sambil menunggu mereka. Erdogan mendudukan Devian dan memberikan lelaki itu saphire segelas lalu duduk. *** Baru dua gelas Devian meminumnya tapi kepalanya sakit dan matanya terasa kantuk. Devian berdiri tubuhnya tiba- tiba saja limbung langsung ditangkap oleh Erdogan. Erdogan tersenyum dan bermain mata dengan zafir. "Sepertinya kau butuh istirahat. Aku ada tempat untukmu." Erdogan memapah Devian hingga sampai di sebuah pintu kamar. Erdogan langsung mendorong Devian dan menutup pintu. "Kau sudah mencampurkan perangsan bukan?, tadi?" Bisik Erdogan seraya berjalan dengan Zafir. Zafir menganggguk walau tidak menjawab.  Saat berbelok Erdogan tidak sengaja berpapasan dengan Adrian, Rendy dan Daniel. Erdogan langsung kikuk saat mereka berhenti di hadapannya. "Apa Devian bersama kalian? Jika iya, lantas dimana dia sekarang?" Tanya Adrian biasa tapi penuh intimidasi. Erdogan langsung tertawa pelan. ia mencoba bersikap biasa. "Dia sudah pulang, katanya ada urusan." Jawab Erdogan bohong. Adrian menatap Daniel, Daniel seolah mengerti ia mengambil smartphone dan menelfon pengawalnya. Daniel menjauh untuk mencari keberadaan Devian, Rendy melakukan hal yang sama. Ia menjauh dan berlari menuju parkiran. Adrian tetap tenang ia melewati Erdogan begitu saja. *** Nai memegang kepalanya ia jatuh tapi rasa di dorong. Nai memegang sebuah tumpuan yang ia dapat. Tapi tumpuan itu terasa terbeda, Nai mencoba melihat tapi suasana gelap. "Siapa kau?" Tanya Devian saat tubuhnya di sentuh oleh Nai. Nai langsung berdiri dan mencari ceklekan lampu Clek. Lampu tiba- tiba menyala dengan cepat Nai berbalik dan di belakangnya ada seorang pria. Pria itu nampak menahan tubuhnya agar tidak roboh. Nai menuju pintu ia menarik tuas handle tapi tidak bisa terbuka, Nai panik ia menggedor-gedor pintu. "To... tolong..." kata Nai terbata. Omongannya menjadi tidak jelas karena takut. Nai terus menarik bahkan menendang pintu itu, Ia takut. Devian melangkah maju tiba- tiba saja dirinya menarik Nai dan membawanya di atas ranjang. "Apa kau p*****r yang di sewakan untukku?" Tanya Devian di sela mabuknya. Nai menggeleng ia menutup dadanya dengan tangan. Devian kemudian tersenyum saat menaiki Nai. Nai mencoba untuk menendang memukul bahkan menggigit bahu Devian yang masih terbalut jas. "Jangan, aku mohon.'' Pinta Nai menggunakan bahasa isyarat, Devian melihat tangan Nai. "Kau cacat? Kau seorang tuna wicara.?" Tanya Devian. Nai mengangguk ia berusaha lepas dari kukungan Devian dan berhasil. Nai mundur ia melipat kakinya hingga sudut ranjang. Devian merangkak ia menarik kaki Nai dan menaiki kembali, Nai tidak diam ia menendang Devian hingga mengenai d**a lelaki tersebut dan sontak saja Devian terjatuh dari kasur. Devian berusaha bangun dan membuka seluruh pakaiannya. "Kau cantik sekali, walaupun cacat... bolehkah aku mencicipimu hm?" Tanya Devian setelah melepas celana dalamnya. Devian kembali merangkak dan menarik kaki Nai dan dinaiki kembali. Devian mencumbu leher Nai sebelah kiri lalu beralih ke tengah dan sebelah kanan setelah selesai cumbuan itu turun ingin ke d**a Nai tapi terhalang oleh pakaian Nai bewarna ping. Nai menolak ia memukul bahu devian dan mencoba menggerakan tubuhnya ke kanan dan ke kiri. "Sttt ini akan enak, walaupun awalnya sakit." Bujuk Devian di bawah minuman. Devian membuka pakaian Nai dengan sekali hentakan lalu celananya, hingha menyisakan sepasang underware. Nai menangis ia menggeleng sambil meringkuk "Jangan... tolong.." ucap Nai tanpa bahasa isyarat. Devian tidak mengenal belas jika di bawah pengaruh alkohol ia menarik Nai dan mencumbunya kembali. Nai tidak dapat melawan karena tubuhnya benar- benar terkunci. Devian mencium bibir Nai dan mengigitnya pelan setelah puas ia beralih menciumi seinci demi inci tubuh Nai. Hingga sampai di gundukan kenyal. Devian tidak langsung merasakan melainkan di tatap dan mengelusnya. "Cantik dan putih, boleh aku merasakannya?"Devian mengangkat sedikit tubuh Nai agar dapat menjangkau kaitan di belakangnya. Nai sesekali memberontak tapi tidak bisa. Devian dapat melihat jelas setelah kaitannya terbuka. Ia tidak langsung mengulum n****e Nai melainkan mencumbu terlebih dahulu di sekitarannya ibarat jika kita makan biskuit. Biskuit itu akan ia gigit sedikit demi sedikit lalu banyak sampai habis. Nai mengigit bibirnya sambil sesekali memukul kepala Devian berulang kali. Devian tidak bergeming justru dia asik bermain dengan d**a Nai hingga menghisap niple dan menjilatnya. "Sudah" Nai mencoba bangun tapi Devian menindih Nai lebih erat. ''Sstt... gakpapa, gak akan sakit kok... kau kan p*****r yang di bayar... jangan gitu ah." Bisik Devian lembut. keningnya ia letakan di kening Nai kemudian melumat bibir itu  kedua tangannya memegang d**a Nai. Nai hanya menangis dan meronta sebelum akhirnya lemah dan pasrah. "It's not hurt..." kata Devian. Pertama Devian menggesekan miliknya ke belahan milik Nai menggosoknya lembut dan sesekali menekannya  beberapa kali hingga milik Devian  masuk  walaupun baru setengah. Nai bangun tapi Devian langsung kembali menindih Nai dan mengalungkan tangan wanita itu di lehernya. Nai meremas rambut Devian "Sakit... hiksss sakit..." ringis Nai. Devian mengeluarkan miliknya lalu memasukannya secara setengah- setengah sebelum akhirnya di masukan semua. Untuk meredam rasa sakitnya Nai. Devian mencumbu bibirnya sambil membiarkan miliknya merasakan nikmatnya surga. Membiarkan agar milik Nai terbiasa dengan miliknya. Setelah beberapa saat Devian mulai bergerak  cukup cepat dan sangat cepat. Nai hanya bisa pasrah merasakan apa yang dirasakannya untuk pertama kali. ** Tubuh Devian ambruk saat cairan miliknya keluar di dalam rahim Nai. Nai menarik selimut dan membelakangi Devian. Ia meremas bantalnya dan menangis, Devian memegang kepalanya dan menengok Nai. Devian mendekat dan menarik Nai dari belakang dan memeluknya. "Besok pagi kita bicara..." ujar Devian sambil menutup matanya. *** Mamah dan papah Nai sibuk melihat keluar. Sampai saat ini Nai belum pulang kerumah membuat mereka berdua khawatir. Jello sudah sepuluh kali bolak balik rumah dan hotel untuk mencari kakaknya tapi tidak ada. Danielpun selaku paman ikut mencari. "Mudahan saja dia tidak apa- apa." Doa Kayla. Kayla masuk ke dalam rumah dan berdoa agar anaknya tidak memiliki nasib yang sama seperti dirinya.   
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN