43

930 Kata

Sejenak aku berpikir mungkin benar apa yang dikatakan mereka. Bahkan, Ningsih pun menyarankan hal yang sama. Setelah puas nongkrong dengan mereka, aku pun memutuskan pulang. Pukul 04.30 sore aku sampai di kos, segera kudirikan salat ashar. Kemudian mencari makan ke depan. Aku berjalan seorang diri, itung-itung jalan-jalan sore. Menyusuri tepi jalan yang dipenuhi pedagang kaki lima. Martabak telor menarik perhatianku. Aku jadi ingat saat minta maaf pada Ningsih tempo hari karena ulah Tari. Ah, bahkan aku melupakan bagaimana kedekatan Ningsih dengan Iqbal saat ini. Aku pesan satu porsi untuk kemudian aku makan bersama Ningsih. Gegas aku kembali ke kos setelah selesai mendapat pesananku. Saat hendak memasuki gang dekat kosan Iqbal, aku melihat Kak Iman tengah berbincang dengan Iqbal. Entah

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN