Empat belas

1314 Kata
"Chilla!!!" teriak Shasa histeris ketika melihat seorang cewek yang sedang duduk bersama Rahayu di ruang tamu rumahnya. Dia berjalan mendekati cewek itu dan memeluknya erat. "Shilla bukan Chilla," protes cewek itu pura-pura cemberut. "Itu kan panggilan spesial gue buat lo dari dulu," balas Shasa. Shilla tersenyum mendengarnya. “Baru pulang kuliah?" tanyanya. "Iya nih, capek banget.” "Gue dengar suara motor, lo pulang bareng siapa?" "Temen gue," jawab Shasa sambil senyum-senyum. "Temen lo? Cowok?" "Iya." "Wah, ada peningkatan nih sepupu kesayangan gue satu ini!" seru Shilla. "Iya tuh, lagi kasmaran dia!" timpal Rahayu, mamanya Shasa. "Lagi dekat sama cowok deh kayaknya," sambungnya lagi membuat Shasa melototkan matanya. "Mama ih!" Shasa memonyongkan bibirnya. "Udah ah, mama tinggal ke dapur dulu yah!" ujar Rahayu cekikikan, puas meledek sang anak. "Oh, jadi lo udah punya pacar nih sekarang? Cowok yang nganterin lo barusan? Ganteng nggak?" goda Shilla menaik turunkan alisnya. "Tau ah!" jawab Shasa cemberut. "Cielah gitu aja ngambek, sini peyukkk!" Shilla mengembangkan kedua tangannya. Shasa pun langsung menyengir menampakkan deretan giginya yang putih dan rapih. "Kamar yuk, kangen banget pengen cerita-cerita." "Jadi lo udah 5 hari di Jakarta dan baru datang hari ini ke sini?" tanya Shasa kesal, begitu tau sepupunya itu pulang dari Paris tidak langsung ke rumahnya, malah menginap di hotel. "Gue gak enak sama keluarga lo, takut ngerepotin kalau kelamaan di sini nantinya." "Ya gak lah, kita malah senang banget lo di sini, jadi rame." "Om dan tante apa kabar? Gak kerasa, udah empat tahun aja kalian tinggal di sana. Mereka gak pulang?" "Enggak, gue cuma sendiri. Ada urusan." "Gue tau nih, yang sering lo omongin waktu ditelfon kan?" tebak Shasa. Shilla mengangguk. "Mumpung gue udah libur, jadi sekalian aja. Jujur, masih kepikiran dia. Gue rasanya belum bisa ngelupain dia. Gue benar-benar nyesal udah khianatin dia,m." Shilla menundukkan kepalanya. Air matanya pun mulai menetes. "Yang sabar Chillaku! Gue yakin, kalau jodoh lo bakalan bisa balikan lagi sama dia." Shilla menggelengkan kepalanya disela tangisannya. "Dia enggak mau maafin gue, udah berkali-kali gue mohon minta maaf tapi dia tetap acuh aja." Shasa memijit keningnya. Sumpah, dia belum pernah berpacaran, jadi bingung mau memberikan solusi apa untuk sepupunya itu. "Lo udah ketemu dia lagi sejak datang ke Jakarta?" "Belum. Gue susah hubungin dia, nomornya udah nggak aktif. Waktu gue coba datang ke rumahnya, satpam di sana bilang kalau dia sekarang jarang balik ke rumah sejak lulus SMA. Tinggal di apartemen katanya.” "Tau alamat apartemenn? Biar gue anterin," kata Shasa antusias. Lagi-lagi Shilla menggeleng. Shasa menghela nafasnya. "Punya fotonya nggak? Coba sini lihatin gue, siapa tahu pernah ngeliat atau kenal.” "Bentar.” Shilla mengambil ponselnya dan mencari foto mantan kekasihnya itu di galeri. "Shasa, Shilla, makan dulu yuk! Mama udah siapin nih!" panggil Rahayu yang sudah berdiri di depan kamar Shasa. "Makan dulu, Chil! Nanti kita lanjut lagi. Lo masih beberapa hari di sini kan?" "Iya," Shilla meletakkan ponselnya di atas nakas. Dia menghapus air matanya dan mengikuti Shasa ke ruang makan. *** "Hari ini nggak ada kuliah?" tanya Shilla pada Shasa. Mereka sedang sarapan bersama. "Ada, entar jam 10. Praktikum doang.” "Oh, gue kira lo libur." "Kenapa? Lo bete ya, di rumah?" Shilla mengangguk. “Eum... gue boleh ikut lo ke kampus nggak?" tanyanya ragu. "Seriusan mau ikut? Gak papa sih, gue praktikum pengauditan cuma dua jam-an, mau nunggu?" "Enggak apa-apa, Sha! Gue mau nunggu kok, entar gue bisa di kantin," jawab Shilla semangat. "Oke deh, jam 9-an kita jalan. Lo siap-siap dulu aja.” "Siap!" Jam 10 kurung 15 menit, mobil Shasa memasuki area kampus. Setelah memarkirkan mobilnya, dia pun turun mengajak Shilla. "Gue nggak lama kok, lo tungguin gue di kantin aja. Yuk, gue anterin ke sana!" ajak Shasa menarik pelan tangan Shilla. "Eh, nggak usah deh. Lo masuk aja, entar telat. Setelah gue pikir, gue mau keliling aja liat-liat kampus lo." "Oh, ya udah. Hati-hati entar nyasar!" ledek Shasa. "Kalau ada apa-apa, hubungin gue aja." Shilla mengacungkan dua jempolnya." Gih sana ke kelas, nggak usah khawatirin gue." Shasa lalu pergi meninggalkan sepupunya itu sendirian, karena sebentar lagi kelasnya akan segera dimulai. "Besar juga kampusnya Shasa. Gue mau keliling dulu ah, siapa tahu ada yang gue kenal di sini," gumam Shilla. Shilla pun berjalan sambil memperhatikan setiap bangunan yanh dilewatinya. Hingga dia tak sengaja menabrak seseorang. Shilla pun terjatuh, dia meringis memegang pantatnya yang menyentuh lantai. "Maaf, gue nggak sengaja!" terdengar suara seorang cewek meminta maaf padanya. Shilla mendongakkan kepalanya. "Arumi?!" "Shilla?!" Shilla langsung berdiri dan memeluk cewek itu. "Ya ampun Shilla, lo ke mana aja?" seru cewek yang bernama Arumi itu. Dia merupakan teman sekelas Shilla sebelum dirinya pindah ke Paris. "Gue pindah ke Paris, ini baru beberapa hari di Jakarta.” "Jauh amat. Lo tiba-tiba aja pindah sekolah, waktu itu kita sekelas pada kaget dengarnya." Shilla tersenyum. "Duduk dulu yuk di sana," tunjuknya pada sebuah bangku panjang. "Lo ngapain di sini? Mau kuliah di sini juga?" tanya Arumi. "Enggak, tadi gue cuma ikut sama sepupu gue yang kebetulan kuliah di sini. Dia lagi ada kelas.” "Oh, kirain mau kuliah di sini juga." "Lo kuliah ambil jurusan apa?" Arumi menyengir. "Desain grafis, lo tahu sendiri gue hobinya apa." "Ternyata masih belum berubah.” "Enggak bakal lah, hobi dari kecil itu. Harus dilanjutkan!" ujarnya bersemangat. "Rum, lo masih sering komunikasi sama teman-teman SMA kita?" tanya Shilla. Sebenarnya dia ingin menanyakan kabar tentang mantan kekasihnya, siapa tau Arumi mengetahuinya. "Masih, kenapa emang?" "Nggak apa-apa, nanya aja." Arumi mengerutkan keningnya. "Ah, gue tau nih! Lo mau nanyain dia, ‘kan?" "Shil, woy!" Arumi melambaikan tangannya di depan Shilla. "Eh, kenapa?" "Yah, malah ngelamun. Kenapa?" "Eum... enggak kenapa-napa," elak Shilla. "Mantan lo, dia kuliah di sini juga." "Apa? Lo serius?" Shilla langsung antusias mendengar perkataan Arumi. "Serius lah, ngapain juga gue bohong. Ayo... lo gamon, ya?" ledek Arumi. Pipi Shilla langsung memerah. "Sok tau, ah!" "Dia kuliah ambil jurusan Teknik Elektro, area Kampus Anggrek ini juga. Tapi gue jarang lihat dia sih belakangan ini," jelas Arumi lagi. "Fakultas Teknik di mana? Anterin gue ke sana yuk!" ajak Shilla langsung memegang pergelangan tangan temannya itu. "Ngapain?" "Mau ketemu dia, ada perlu.” "Tuh kan, udah gue duga.” Arumi terkekeh. “Tapi hari ini kayaknya nggak ada deh, Shil. Anak semester enam tuh jarang ada kuliah hari Jum’at, palingan kalau ada karena mata kuliah pengganti atau praktikum aja." Shilla menghela nafasnya kecewa. "Ya udah deh, nanti hari senin gue ikut sepupu gue lagi ke sini. Oh ya, gue minta nomor ponsel lo dong!" Arumi pun menyebutkan nomor ponselnya kepada Shilla. "Gue duluan ya, Shil! Lo gak papa kan sendirian?" "Nggak apa-apa kok, tenang aja." Tak lama, Shasa pun keluar kelas dan menghampiri Shilla yang duduk menunggunya di taman. “Mau langsung pulang?” “Terserah lo aja deh!” “Oke. Apa ke mall?” “Yess!” Mereka lun memasuki mobil Shasa. Di perjalanan, Shasa yang sedang menyetir sesekali melirik Shilla. Dia mengerutkan keningnya melihat sepupunya yang dari tadi senyum-senyum sendiri. "Wah, ada apa lo senyum-senyum gaje dari tadi? Kesambet di kampus gue?" tanyanya heran. "Enak aja lo! Gue lagi seneng tau." "Kenapa emang?" "Tadi gue ketemu teman SMA gue dulu di kampus lo. Lo mau tau nggak?" "Apa?" "Kata dia, ternyata mantan gue kuliah di sana juga," kata Shilla sumringah. "Oya? Bagus dong, lo bisa ketemu dia nanti kalau mau ikut gue lagi ke kampus." Shilla mengangguk senang. "Lo kuliah lagi hari Senin?" "Iya. Ayo kalau mau ikut lagi, gue ada kuliah jam 8 pagi sampai jam 11, gak lama kok." "Yap, gue ikut lagi," ucap Shilla mantap. "Teman lo bilang gak, mantan lo itu jurusan apa?" "Katanya mantan gue itu ambil jurusan Teknik Elektro." "Kebetulan, gue ada kenal beberapa orang anak teknik, entar gue bantu cariin juga deh!" "Makasih, Sha! Semoga gue bisa ketemu dia dan minta maaf lagi yah. Syukur-syukur dia mau diajak balikan," harap Shilla. "Optimis dong, Chil! Gue do'ain yang terbaik buat sepupu gue yang paling cantik ini."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN