Bab 4

2203 Kata
Mesya melangkahkan kakinya dengan pelan. Melihat beberapa perabotan rumah tangga yang menarik matanya untuk mengamati lebih lagi. Sebagai seorang wanita, sangat wajar jika Mesya mudah tertarik dengan benda yang menurutnya bagus. Beberapa kali Adrel hanya mendengus dan tersenyum geli setiap kali Mesya menghentikan langkahnya hanya untuk mengamati beberapa perabotan dapur yang menurutnya sangat indah. Sebagai wanita yang hanya tinggal di rumah setiap hari, perabotan dapur tentu adalah sahabat terbaik bagi Mesya. “Kamu ke sini jadi beli apa? Kok dari tadi berhenti-berhenti begitu..” Adrel mendekati Mesya yang sedang menyentuh sebuah meja makan kayu yang terlihat sangat indah. Warnanya coklat terang. Seperti ada kilau cahaya yang memantul dari kayu itu. Membuat Mesya tidak bisa mengalihkan tatapannya dan terus menatap kagum ke benda tersebut. Ada banyak ukiran indah yang menghiasi meja itu. Ah, Mesya jadi ingat dengan meja makan yang ada di rumah orang tuanya. Meja makan kokoh yang terbuat dari kayu jati. Dengan ukiran rumit yang terlihat sangat indah dan juga cat pelitur yang menambah kesan mewah pada meja itu. Tidak terasa, sudah satu tahun Mesya tidak main ke desa. Mungkin nanti ketika Adrel sedang libur bekerja Mesya akan mengajak Adrel untuk pulang kampung. Mengunjungi beberapa sanak saudara yang masih menetap di desa. “Rencananya beli tempat tidur sama lemari aja. Tapi ini meja makannya bagus banget..” Karena Adrel sudah ada di sini, Mesya tentu tidak bisa menutupi apapun. Pria itu selalu tahu apa yang dinginkan oleh Mesya. Mesya dan Ardel rencananya akan memberi tempat tidur dan juga lemari yang lebih bagus untuk kamar tamu. Di kamar itu memang sudah ada lemari, tapi karena jarang ada yang menempati, Mesya akhirnya memindahkan lemari itu ke kamarnya. Semenjak menikah dengan Adrel, Mesya jadi memiliki baju lebih banyak. Suaminya sering pulang dengan membawa hadiah yang tidak terduga. Kadang baju, kadang sepatu, kadang juga tas dan make up. Oleh karena itu, Mesya memerlukan tempat tambahan untuk menyimpan barangnya yang mulai membeludak. Pada akhirnya Mesya memilih memanfaatkan lemari di kamar tamu untuk dia bawa ke kamar. Sekarang karena Dira akan datang dan pasti akan menginap selama beberapa lama, Adrel dan Mesya sepakat untuk membelikan lemari baru untuk kamar itu. juga tempat tidur baru agar Dira merasa jauh lebih nyaman. Tempat tidur yang lama sudah Mesya berikan pada pembantunya beberapa bulan lalu. Mesya merasa kasihan karena ketika dia mengunjungi rumah pembantunya yang sedang sakit, Mesya melihat wanita itu tidur hanya dengan beralaskan karpet tipis. Mesya yang memang sejak awal adalah wanita yang mudah tersentuh hatinya jadi merasa kasihan. Pada akhirnya, kamar tahu jadi tempat kosong. Tidak ada lemari dan juga tempat tidur. Untung saja selama ini tidak pernah ada tamu yang menginap di rumah mereka. Rumah kecil mereka memang hanya terdapat dua kamar saja. Mesya dan Adrel sepakat untuk tetap tinggal di rumah mungil itu sampai mereka memiliki anak. Mungkin nanti, suatu saat nanti ketika mereka akhirnya dipercayakan untuk memiliki seorang anak, mereka baru akan membeli rumah yang lebih luas dengan kamar tidur tambahan. Untu sekarang, rumah kecil dengan dua kamar saja sudah lebih dari cukup. Adrel adalah anak tunggal dari keluarga dokter yang tinggal di kota ini. kedua orang tuanya adalah seorang dokter. Begitu juga dengan kakek dan neneknya. Dulu, karena Adrel sering merasa kesepian dengan keluarganya yang sibuk, pria itu memutuskan untuk pergi ke desa. Mencari suasana baru dengan tinggal bersama dengan nenek dari pihak ibunya yang adalah seorang petani sukses di desa Mesya. Setelah lulus SMA Adrel memutuskan kembali ke kota untuk melanjutkan sekolahnya. Tidak seperti keluarganya yang mayoritas adalah seorang dokter, Adrel lebih memilih jalannya sendiri. Pria itu kuliah di bidang hukum dan sekarang dia sedang bekerja di salah satu firma hukum ternama di kota ini. Sekalipun kehidupan Mesya dan Adrel sama-sama berkecukupan sejak mereka kecil, mereka sepakat untuk tidak terlalu menghambur-hamburkan uang untuk hal yang tidak terlalu penting. Karena itulah mereka memilih tinggal di rumah yang kecil. Lagi pula, jika hanya untuk ditinggali oleh dua orang, kenapa juga harus membeli rumah besar? “Meja makan di rumah mau ditaruh mana kalau kamu beli yang ini?” Adrel ikut menyentuh meja itu. Melihat apakah kualitas meja ini sebaik tampilannya. “Aku Cuma lihat-lihat saja, sih.. nggak ingin beli..” Adrel tertawa pelan. Selama lima tahun menghabiskan sebagian besar waktunya bersama dengan Mesya, pria itu tentu tahu apa saja yang diinginkan oleh Mesya. “Jadi bagaimana? Mau beli yang mana saja?” Adrel kembali bertanya. Untuk sesaat Mesya merasa ragu. Baiklah, ini adalah janjinya.. nanti jika dia sudah punya anak, mereka pasti akan pindah ke rumah baru yang lebih luas. Saat itu Mesya akan membeli meja makan ini.. ya, setidaknya yang seperti ini. untuk sekarang, Mesya belum terlalu membutuhkan meja itu. untuk apa juga dia membeli barang yang belum dia butuhkan? Meja makan di rumah masih bagus dan mungkin juga masih layak untuk digunakan sampai beberapa tahun ke depan. “Cuma ranjang dan lemari pakaian aja. Aku nggak mau beli meja ini.. aku cuma lihat-lihat aja..” Mesya mulai melangkahkan kakinya untuk menjauhi meja makan yang menarik perhatiannya. Begitulah wanita, jika sudah ada yang membuat mata tertarik, tidak akan mudah untuk beralih begitu saja. Padahal Mesya sendiri juga sudah sadar jika maja itu belum dia butuhkan untuk saat ini, tapi rasanya sulit sekali jika harus pergi begitu saja.. “Kalau memang mau meja makan juga, ya sudah.. beli saja. Nggak usah sedih begitu..” Adrel merangkulkan tangannya ke bahu Mesya. Tampak sangat menyadari kegalauan Mesya saat ini. Sebenarnya Mesya juga sedikit sulit untuk meninggalkan meja indah itu. tapi sudahlah, hanya akan membuang-buang uang jika Mesya bersikap egois. “Enggak perlu sekarang kayak. Kapan-kapan saja, deh yaa?” Mesya menatap Adrel sambil tersenyum. Pria itu ikut tersenyum, meraih puncak kepala Mesya dan mengecupnya sekilas. Ada banyak hal yang selalu Mesya syukuri mengenai diri Adrel. Pria itu selalu membuat Mesya dicintai seperti seorang ratu. Dan sebagai balasannya, Mesya juga akan memperlakukan suaminya sebagai seorang raja. Karena, bagaimana mungkin ratu bisa ada tanpa raja? Atau bagaimana raja bisa hidup tanpa ratu? Dalam sebuah pernikahan, bukan hanya cinta yang dibutuhkan untuk tetap bertahan. Ada banyak sekali permasalahan yang kadang, jika hanya diselesaikan dengan cinta, rasanya sangat tidak cukup. Mesya tahu akan hal itu. maka, sejak awal dia memutuskan untuk menjalani kehidupan bersama dengan Adrel, Mesya mulai belajar untuk menerima semua kebaikan dan keburukan pria itu. dengan menerima, Mesya tidak akan mendapat kesempatan untuk komplain. Untuk memaksakan Adrel menjadi pria yang dia mau. Karena jujur saja, kadang Mesya juga masih sering berbuat egois. Adrel memang mengajarinya untuk menjadi lebih baik, lalu, sebagai balasan, Mesya juga akan melakukan hal yang sama. Manusia tidak ada yang sempurna, sekalipun Adrel banyak mengajarinya untuk menjadi lebih baik, bukan berarti pria itu selalu melakukan apa yang baik. Oleh karena itu, hadirlah Mesya. Mereka berdua, bersama untuk saling melengkapi. Berdua dan terus belajar untuk menjadi yang terbaik. Kadang ada saat dimana Mesya mulai merasa bosan dengan kehidupannya, dia yang hanya menghabiskan waktu di rumah sepanjang hari karena Mesya memang tidak bekerja. Adrel tidak pernah melarang Mesya melakukan apa yang dia mau selama itu tidak merugikan Mesya. Pria itu selalu mendukung Mesya. Tapi kadang, rasa bosan memang sering menyerang. Membuat Mesya jadi kebingungan harus melakukan apa untuk mengusir perasaan itu. Untungnya Adrel selalu mengerti keadaan Mesya, pria itu sering kali meminta Mamanya untuk datang dan menemani Mesya. Kadang mereka akan jalan mengelilingi pusat perbelanjaan untuk membeli baju dan make up. Kadang juga mereka pergi ke bioskop untuk menonton film yang sedang tayang. Melakukan hal yang sering dilakukan oleh ibu dan anak perempuannya. Selain bersyukur karena Mesya memiliki suami seperti Adrel, Mesya juga selalu berterimakasih pada Tuhan karena dia memiliki mertua yang sangat menyayanginya. Mama tidak pernah menganggap Mesya sebagai menantu, dia menganggap Mesya sebagai putrinya sendiri. Membuat Mesya, sekalipun sudah kehilangan ibunya, dia tetap merasakan kasih sayang orang tua. “Kalau memang kamu mau, nggak masalah. Beli aja. Jangan khawatir soal uang, aku kerja selama ini buat kamu. Supaya kamu selalu merasa bahagia. Ya, sekalipun aku juga tahu, kebahagiaan kamu nggak hanya soal uang. Seenggaknya, aku bisa beli benda yang kamu mau..” Untuk saat ini, rasanya Mesya ingin pulang saja. Dia ingin memeluk suaminya dan menciumnya sambil mengatakan terima kasih. Mesya tidak cukup pantas untuk mendapat suami yang sempurna seperti Adrel. Entahlah, dulu.. sering ada yang mengatakan padanya, jika pacar sangat berbeda dengan suami. Selama dia menjadi pacarmu, dia hanya akan menunjukkan kebaikannya saja, hanya memberikan yang terbaik tanpa mau menunjukkan sifat aslinya. Berbeda jika dia sudah menjadi suami. Semua sifat buruknya akan keluar. Dan saat itu, sudah tidak ada jalan kembali. Karena bagi Mesya dan sebagian besar orang lain, menikah hanya untuk sekali seumur hidup. Tapi syukurlah, Adrel tidak seperti itu. Sejak mereka berpacaran, Adrel menunjukkan semua sifat aslinya. Semua kelebihan dan kekurangan pria itu. sehingga saat mereka menikah, Mesya tidak terlalu merasakan perbedaannya. Mungkin hanya hal-hal kecil saja seperti; pria itu yang sangat sering kehilangan satu kaus kakinya, dia juga sering memencet pasta gigi secara asal-asalan. Jika mandi, Adrel sering melupakan handuk miliknya. Juga Adrel yang sering menyalakan televisi tapi ditinggal bermain ponsel. Sudah, hanya hal-hal seperti itu saja. Tidak pernah ada perubahan yang membuat Mesya merasa sangat terkejut dan menyesal karena telah menikah dengan pria itu. “Iya, aku tahu. Tapi kalau mau beli lagi, meja yang di rumah mau diapakan? Nanti saja kalau memang sudah butuh, baru kita beli lagi..” Adrel menganggukkan kepalanya. Pada akhirnya mereka memilih untuk segera pergi ke bagian lain yang menyediakan berbagai pilihan tempat tidur. Mulai berjalan untuk menjari tempat tidur mana yang sekiranya nyaman digunakan dan sesuatu dengan harga yang sudah direncanakan oleh Mesya. Dulu, ketika Mesya mulai beranjak dewasa. Ibunya selalu berkata jika Mesya tidak boleh terlalu memaksakan keadaan. Jika memang kita hanya mampu membeli barang yang masih tergolong biasa, tidak masalah asalkan kita tidak menderita. Gaya hidup harus disesuaikan dengan keadaan keuangan keluarga. Mesya tidak mau terlalu membebani Adrel jika dia memaksa membeli ranjang yang terlalu mahal. Sekalipun Mesya juga tahu, Adrel tidak akan keberatan sama sekali jika memang itu pilihan Mesya. Mesya juga tahu jika jumlah tabungan mereka sudah lebih dari cukup untuk memberi banyak perabotan mahal. Tapi, masalahnya.. untuk apa semua itu? Uang yang banyak tidak harus selalu dihabiskan untuk berfoya-foya. Bukankah lebih baik ditabung dan digunakan seperlunya saja? Tidak masalah jika kita ingin membeli sesuatu untuk menyenangkan diri sendiri, tapi.. jika belum terlalu dibutuhkan, untuk apa? Lagi pula ini adalah ranjang yang akan mereka beli untuk kakaknya. Dira tidak akan selamanya tinggal di rumah mereka, jadi ranjangnya juga tidak perlu dibelikan yang terlalu mewah. Cari yang bagus dan sesuai dengan keadaan. Bukan yang mewah dan memaksakan keadaan. Oleh karena itu, tadi ketika di rumah Mesya sudah memperkirakan berapa anggaran belanja kali ini. Untuk sekedar membeli ranjang dan juga lemari pakaian, Mesya harap tidak lebih dari sepuluh juta. “Jadi bagaimana? Mau pilih yang seperti apa?” Adrel bertanya ketika di depan mereka sudah tampak banyak ranjang dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Tentu saja juga dengan harga yang berbeda. Tergantung dari model juga juga kualitasnya. Mesya tidak suka membeli sesuatu yang tidak berkualitas. Oleh karena itu, hal pertama yang Mesya pertimbangkan selain harga adalah kualitasnya. Mencari barang dengan kualitas baik dan harga yang tidak terlalu mahal adalah hal yang cukup sulit untuk dilakukan. Dimana-mana orang akan mengatakan jika ada uang, maka ada barang. Kalau uangnya banyak, pasti dapatnya juga barang yang bagus. Masalahnya Mesya mencoba mencari cara lain. Dia ingin barang bagus dengan harga yang sedikit rendah.. Kalau beli yang terlalu murah, nanti takutnya cepat rusak atau sebagainya. Mesya tidak menyukai hal itu. jadi, pilihan Mesya adalah ranjang dengan harga yang masih rata-rata tapi memiliki kualitas baik. Yang tidak terlalu murah, tapi juga tidak terlalu mahal. Yang tengah-tengah saja.. “Kalau yang ini bagaimana?” Mesya duduk di salah satu ranjang dengan warna putih bersih. Kasurnya juga sangat empuk. Sepertinya pilihannya saat ini tepat karena pelayan yang sejak tadi mengikuti langkah Mesya dan Adrel segera mengatakan jika ranjang ini memiliki kualitas yang baik. Kasurnya juga begitu. Tidak akan mudah rusak dalam kurun waktu yang cukup lama. Ada garansi selama 7 tahun yang bisa langsung diurung begitu mendapat kerusakan yang bukan karena kesalahan pemilik. Harganya juga tidak terlalu mahal. Masih cenderung biasa untuk ukuran sebuah ranjang sebesar ini. Adrel ikut duduk di sampungnya, merasakan tempat tidur yang dipilih oleh Mesya. “Ini bagus, sih.. kamu mau yang ini saja?” Adrel sepertinya memang selalu setuju dengan pilihan Mesya. Selagi pilihannya memang benar-benar bagus, untuk apa juga Adrel tidak setuju? “Kalau begitu, nanti aku juga ingin lemarinya warna putih. Kamarnya juga ingin aku cat dengan nuansa putih..” Seperti biasanya, masalah warna. Mesya selalu memperhatikan warna yang ada di rumahnya. Bayangkan saja, seluruh bagian rumah mereka, Mesya sendiri yang memilih warna dan juga perabotannya. Mesya juga yang mengatur bentuk dan semua hal dalam pembangunan rumah mereka. Adrel bahkan sampai terkagum-kagum melihat Mesya yang bisa berdiskusi dengan arsitek rumah mereka saat itu. Wanita itu terlihat sangat paham mengenai bangunan padahal Mesya tidak mempelajari hal itu sebelumnya. Adrel yang seorang laki-laki saja masih sering kebingungan ketika sedang berbicara dengan arsitek saat itu. Memang sih, tidak ada standar gender tertentu yang bisa lebih menguasa hal semacam pembangunan rumah. Zaman sekarang, sudah banyak wanita yang berkecimpung dalam hal semacam itu. Tapi, sebagian orang masih percaya jika sebagai pria seharusnya Adrel lebih paham mengenai hal pertukangan dan juga bangunan. Sudahlah, biarkan orang lain masih berbicara mengenai standar mereka sendiri. Satu hal lagi yang sedikit istimewa dari Mesya, ketika rumah mereka baru jadi, Mesya melarang orang-orang yang akan mengecat kamar utama. Mesya sendiri yang turun tangan untuk menghias kamar mereka berdua. Kata Mesya, rasanya lebih puas jika dia tidur di kamar yang dia cat sendiri. Seperti rumahnya yang ada di desa, Mesya sendiri yang mengecat seluruh temboknya. “Iya, boleh.. terserah kamu aja..”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN