Adrel kembali berjalan menuju meja makan. Mengabaikan pemikirannya yang bergerak semakin jauh karena terus terbayang dengan perbuatan Dira.
Tidak, jika Darel bersikap aneh, Mesya akan merasa curiga. Wanita itu saja sekarang sudah mengernyitkan dahinya ketika melihat Dira makan dengan kedua tangannya padahal Mesya dan Adrel sejak tadi menunggu wanita itu turun, tapi begitu dia turun, Dira langsung makan tanpa menunggu yang lain.
Penglihat Adrel tentu tidak bisa ditipu karena dia mengetahui beberapa hal yang tidak diketahui oleh Mesya. Adrel tentu tahu pengaruh apa yang sedang membuat Dira bersikap seperti ini. Sungguh, untuk kali ini Adrel berharap jika pemikirannya salah.
“Mbak Dira nggak menggunakan sendok saja?” Tanya Mesya.
Sekalipun merasa bingung dengan tingkat Dira, Mesya jelas lebih memilih untuk mengabaikannya sebentar. Sudahlah, mereka harus makan lebih dulu.
“Tidak”
Mesya memang terlihat bingung, tapi Adrel segera mengalihkan perhatian wanita itu dengan cara meminta agar Mesya segera mengambilkan dia makanan di piring. Entahlah, sejak mereka pertama menikah, Mesya selalu mengambilkan makanan untuk Adrel.
Adrel baru menerima uluran piring dari Mesya ketika Dira bangkit berdiri lalu berjalan meninggalkan meja makan begitu saja. Adrel melihat jika dari langkahnya saja Dira terlihat seperti orang yang tidak sehat.
Mesya berusaha untuk memanggil Dira yang bersikap aneh dengan meninggalkan makan malam begitu saja. Tapi, Dira sama sekali tidak mendengar. Dengan langkahnya yang gontai Dira terus berjalan meninggalkan mereka.
Adrel menghembuskan napasnya dengan gusar. Tidak, jangan sampai apa yang Darel takutkan benar terjadi.
Dira akan membawa masalah besar kalau memang benar wanita itu masih melakukan kesalahan yang sama sejak mereka masih remaja.
Astaga, jika sudah seperti ini, Adrel jadi merasa sangat menyesal karena telah membiarkan Dira datang. Wanita itu bisa saja membuat kekacauan besar yang belum pernah Adrel ketahui sebelumnya.
“Kenapa dengan Mbak Dira?” Mesya terlihat sangat kesal setelah berusaha memanggil kakaknya tapi sama sekali tidak didengar oleh wanita itu.
Dira tidak menyahut, tidak juga berhenti melangkah. Wanita itu seakan tidak mendengar apapun yang dikatakan oleh Mesya.
Mesya yang merasa tidak didengar tentu saja merasa sangat kesal. Wanita itu sampai menatap tajam ke arah lorong tempat Dira menghilang.
Adrel menghela napas. Jika memang Dira membawa masalah yang mungkin saja bisa membahayakan Mesya, Adrel yang akan turun tangan sendiri.
Ini bukan masalah yang bisa Adrel bagi dengan Mesya untuk mencari solusi bersama. Tidak, ini adalah masalah yang berbeda. Adrel tidak akan memberi tahu Mesya, dia yang akan mencari penyelesaiannya sendiri dan setelah itu Adrel juga harus memikirkan bagaimana cara agar Dira bisa segera meninggalkan Mesya. Tampaknya memang lebih baik jika Mesya dan Dira tidak saling berhubungan.
Untuk orang seperti Mesya, Dira tentu bukan hal yang baik. Wanita itu bisa saja malah memberikan masalah pada Mesya.
Tidak, sebagai orang yang sangat mencintai Mesya, Adrel jelas tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
“Sudah, biarkan saja dia pergi. Dia mungkin sudah kenyang” Adrel menarik kursinya untuk duduk di samping Mesya. Mencoba untuk membuat Mesya lebih tenang karena tampaknya wanita itu sangat kesal dengan tingkah Dira.
Tidak.. mungkin saja dia bukan Dira.
Adrel berharap jika ini hanya pikirannya saja, tapi melihat tingkah laku Dira yang aneh, Adrel jelas tidak bisa menahan kecurigaannya.
Dengan matanya yang masih berusaha untuk fokus menatap Mesya sementara pikirannya bergerak dengan cepat, Adrel tersenyum sambil mengusap punggung Mesya. Wanita itu tampak mengernyitkan dahinya sambil terus menatap ke arah lorong. Hal yang langsung membuat Adrel mengikuti tatapan Mesya. Dira memang sudah tidak ada di sana, lalu apa yang sedang dilakukan oleh Mesya?
“Adrel?”
Sesaat kemudian Mesya mengalihkan tatapannya ke arah piring Dira yang tampak kotor karena wanita itu tidak makan dengan benar. Tunggu dulu, Dira bisa menghabiskan makanan miliknya dengan sangat cepat sekalipun terlihat sangat berantakan. Sama sekali tidak terlihat seperti manusia yang sedang makan. Bahkan, Adrel melihat dengan jelas jika ada bekas cakaran di piring keramik milik Dira.
Tidak, ini sangat tidak mungkin. Siapa yang bisa menggores piring itu hingga terlihat bekas cakaran bahkan hampir retak?
Dira.. apa yang dilakukan wanita itu sehingga dia bisa makan sedemikian cepat?
“Apa yang dilakukan Mbak Dira?” Mesya tampaknya sangat terkejut melihat apa yang terjadi di depan matanya.
Adrel menolehkan kepalanya dengan cemas. Melihat raut wajah Mesya yang dipenuhi dengan rasa penasaran yang juga bercampur kengerian.
Apa saja yang sudah Mesya lihat sebelum Adrel datang ke meja makan?
Apa Dira membuat kekacauan lain?
Ya ampun, tidak mungkin seorang wanita biasa bisa melakukan itu semua.
“Sya, dia mungkin hanya—”
“Kamu lihat apa yang dia lakukan?”
Mesya menatap Adrel dengan mata yang menuntut. Tidak, Mesya tidak seharusnya terlibat dalam masalah Dira yang sudah rumit sejak awal. Astaga, harusnya Adrel tidak mengizinkan Dira datang ke sini.
Bertahun-tahun yang lalu, saat hubungan mereka masih baik-baik saja, Dira pernah mengatakan jika dia sudah terlepas. Tapi apa yang baru saja Adrel lihat jelas tidak menunjukkan jika Dira sudah lepas. Wanita itu pasti berbohong.
Sekarang masalahnya semakin besar karena Mesya juga bisa saja ikut terlibat. Tidak, istrinya itu tidak boleh tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Sya, dia pasti—”
“Adrel kamu benar melihat, kan?”
Sungguh, jika sudah seperti ini, apa yang bisa Adrel katakan?
Mesya seperti orang yang gelisah karena tingkah Dira yang tidak terlihat seperti orang normal.
Dira.. Adrel harus meminta penjelasan pada Dira mengenai kelakuan perempuan itu yang terlihat seperti orang linglung. Bahkan tatapan Dira juga menjelaskan jika wanita itu tidak benar-benar sadar.
“Boleh aku bicara dengan kamu setelah ini?”
Mesya mengajukan pertanyaan sambil menatap Adrel dengan serius. Biasanya, jika tidak sedang masalah yang serius, Mesya tidak akan memberikan tatapan seperti ini.
Adrel menghela napas. Apapun yang terjadi, Dira tidak boleh mengacaukan hubungan Adrel dan Mesya. Sepertinya secepatnya mereka harus pulang ke desa karena Adrel tahu, hanya di sana Adrel bisa membuat Dira kembali.
***
“Aku rasa ada yang salah dengan Mbak Dira”
Adrel yang awalnya sedang sibuk menatap layar laptop terpaksa harus mengangkat kepalanya. Menatap Mesya yang baru saja masuk ke dalam kamar mereka sambil membawakan segelas s**u coklat hangat.
Sejak awal menikah, ada beberapa kebiasaan yang dilakukan Mesya. Ya, itu adalah kebiasaan yang dulunya sering Mesya lakukan saat masih tinggal di rumah orang tuanya. Selama kebiasaan itu tidak merugikan, Adrel akan tetap membiarkan Mesya melakukan itu semua.
Apapun itu, yang penting Mesya merasa bahagia. Karena jujur saja, tujuan Adrel selama ini adalah untuk membuat Mesya bahagia.
“Adrel!” Mesya menyentakkan namanya lagi sambil menatap Adrel dengan kesal. Ya ampun, bagaimana mungkin Adrel bisa melamun setelah mendengarkan kalimat Mesya mengenai Dira.
Tidak, tentu saja Adrel juga merasakan hal yang sama dengan Mesya. Ada sesuatu yang salah yang tentu saja akan mempengaruhi diri Dira. Adrel tahu itu, dia bahkan sudah memikirkan banyak sekali kemungkinan yang bisa saja menjadi penyebab kelakuan Dira yang aneh.
Tapi Mesya tentu tidak tahu bagaimana keadaan kakaknya yang sebenarnya. Baiklah, selama Adrel masih bisa menangani semua ini, Adrel yang akan menyelesaikannya. Mesya tidak perlu tahu karena selain tidak ingin Mesya merasa terbeban, Adrel tentu juga tidak ingin Mesya mengetahu sebuah rahasia lama yang mungkin akan menyakiti wanita itu.
“Mbak Dira, ya? Aku pikir nggak ada yang aneh dengan dia”
Mesya berjalan mendekati Adrel lalu duduk di sampingnya, Terlihat dengan jelas jika wanita itu seperti ketakutan. Tunggu dulu, apa yang terjadi hingga Adrel bisa melihat dengan jelas kalau tangan Mesya sedikit gemetaran.
“Aku mendengar dia menangis lalu berbicara di dalam kamar. Aku mendengar dia kaya bicara sama dirinya sendiri..” Mesya mendekatkan dirinya ke arah Adrel dengan pandangan yang khawatir.
Dira.. dia benar-benar melakukan semua itu?
Astaga, sebenarnya apa lagi yang Dira lakukan kali ini?
Wanita itu benar-benar tidak bisa dimengerti.
Adrel jadi merasa kebingungan jika sudah seperti ini. Dira kembali bertindak di luar batas, untuk sekarang adrel jadi semakin percaya dengan kecurigaannya. Sejak dulu Dira memang tidak bisa dimengerti. Wanita itu bisa melakukan apapun yang dia mau tanpa tahu konsekuensi apa yang bisa dia terima.
“Dia mungkin lagi telepon sama orang, Sya. Lagian, apa juga kamu ke kamarnya?” Tanya Adrel sambil menarik Mesya untuk duduk di dekatnya. Lebih dekat dari yang sebelumnya.
Sebagai orang yang sudah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk hidup bersama dengan Mesya, Adrel tentu tahu jika saat ini Mesya sedang merasa sangat cemas. Wanita itu pasti memikirkan sesuatu yang mungkin saja mengganggu pikirannya.
Tidak, Mesya tidak boleh sampai merasa terganggu dengan sifat Dira saat ini.
Dira mungkin memang sudah berada di pengaruh lain yang tidak akan bisa dengan mudah dijelaskan. Adrel tahu hal itu, tapi dibanding memberi tahukan pada Mesya, Adrel jelas lebih memilih untuk mencari solusinya sendiri.
“Enggak. Dia nggak lagi teleponan sama orang. Aku dengar sendiri dia yang lagi bicara lalu dijawab sendiri..” Mesya semakin mendekatkan tubuhnya.
Oh tidak, apa saja yang sudah dilihat oleh Mesya?
Jangan sampai wanita itu mengetahui sesuatu yang tidak seharusnya dia ketahui.
Adel memutar otaknya, berusaha untuk mencari alasan yang tepat agar Mesya tidak terus memikirkan Dira.
Malam ini juga Adrel akan pergi ke kamar Dira dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada wanita itu. mungkin tidak akan mudah berbicara dengan Dira, tapi Adrel akan berusaha. Setidaknya, mungkin akan lebih baik jika Dira lebih cepat pergi dari rumah ini.
Adrel bukan tidak suka ketika Mesya kembali rukun dengan saudaranya sendiri. Tidak, tentu saja bukan begitu. Tapi, jika kedatangan Dira hanya akan membawa masalah yang mungkin akan mengganggu rumah tangga Adrel dan Mesya, bukankah tidak salah jika Adrel segera membuat Dira pergi?
Sejujurnya juga Adrel merasa sangat kasihan dengan keadaan Dira saat ini. Adrel masih mengingat bagaimana Dira terus mengejar Damar hingga akhirnya mereka bisa menikah. Sayangnya, saat ini rumah tangga mereka tidak bisa bertahan. Adrel sangat tahu jika Dira jelas sedang bersedih. Wanita itu tertekan, bahkan juga kebingungan. Ada banyak sekali hal yang mungkin sedang dipikirkan oleh Dira.
Iya, Adrel merasa simpati pada wanit itu. Tapi kembali lagi, jika menolong Dira bisa membuat rumah tangganya jadi didatangi oleh masalah, maka saat ini juga Adrel tidak akan segan untuk meminta Dira kembali menjauhi keluarganya.
“Kamu tahu sendiri kalau dia lagi ada banyak masalah. Mungkin dia cuma lagi sedih aja” Adrel mengusap puncak kepala Mesya. Mencoba menenangkan Mesya yang sepertinya sangat ingin tahu mengenai apa yang terjadi pada Dira.
Sebagai seorang saudara, memang sangat wajar jika Mesya ingin tahu keadaan kakaknya. Tapi mungkin akan lebih baik jika Mesya tidak tahu.
Ya ampun, Adrel benar-benar menyesal karena telah membuat Mesya terlibat dalam masalah Dira.
Mereka sudah tidak saling berhubungan selama bertahun-tahun. Saat melihat Dira sedang dalam musibah dan ingin kembali menjalin hubungan dengan Mesya, sebagai seorang suami yang memang tugasnya adalah membimbing istrinya, tentu saja Adrel akan mendukung Mesya untuk kembali berhubungan dengan Dira. Tidak disangka jika pada akhirnya akan seperti ini.
“Justru itu yang bikin aku takut. Aku takut kalau dia mengalami gangguan mental karena masalah ini..”
Gangguan mental? Jadi itu yang ada di pikiran Mesya?
Untuk saat ini, mungkin tidak masalah jika Mesya mengira kakaknya terkena gangguan mental.
Huh, Adrel rasa dia harus segera menyelesaikan masalah ini. Dira tidak bisa terus menerus dibiarkan begitu saja.
Wanita itu berjalan terlalu jauh. Dia mungkin saja tidak taku arah kembali ke jalan yang benar.
Bertahun-tahun mengenal Mesya, Adrel tentu tahu jika wanita itu selalu diajarkan untuk taat pada agama sejak kecil. Orang tua Mesya adalah tipe orang yang selalu taat pada perintah Sang Kuasa. Oleh sebab itu, ketika mulai mendekati Mesya, Adrel juga membiasakan diri untuk sama seperti Mesya. Rajin berdoa dan mulai memperbaiki dirinya.
Mesya membawa banyak pengaruh baik untuk dirinya.
Sekalipun dulu juga sebenarnya Mesya lebih sering mangkir dari kegiatan keagamaan, wanita itu tetap tidak seburuk Dira. Hal yang masih wajar jika Mesya melarikan diri dari rumah ibadah untuk pergi ke pasar malam bersama dengan teman seusianya. Memang hanya itu.
Tapi seiring berjalannya waktu, bersama dengan Adrel, Mesya juga semakin mendekatkan diri kepada Sang Kuasa. Mesya kembali memperbaiki dirinya.
Adrel sangat senang dengan kemajuan itu. selain itu, Adrel juga bisa semakin memperbaiki dirinya juga. Meminta ampun atas segala kelakuannya yang secara sadar sudah melanggar aturan agamanya. Iya, Adrel tahu jika dia pernah melakukan kesalahan yang fatal.
Masa lalunya tidak begitu baik sekalipun Adrel juga bukan tipe pemuda yang buruk. Tapi sejak mengenal Mesya, Adrel semakin merasa jika dia harus semakin mendekakan diri ke Sang Pencipta.
Ada beberapa hal yang tetap tidak bisa Adrel dapatkan sekalipun dengan cara meminta pada penguasa lain.
“Kita nggak boleh berprasangka buruk gitu. Mungkin Dira memang sedang tertekan, tapi lebih baik kita jangan terlalu ikut campur sama masalah dia. Dengan membiarkan dia ada di sini, itu pasti adalah bentuk bantuan yang sudah sangat besar”
Adrel berharap jika Mesya tidak lagi memikirkan masalah Dira. Karena jujur saja, Mesya tidak akan pernah mengerti jika Adrel tidak menjelaskan semuanya sejak awal.
Adrel akan menyelesaikan ini semua dan tetap menjaga rahasia mereka sampai kapanpun.
Salah satu cara yang saat ini bisa dilakukan oleh Adrel adalah dengan mendatangi kamar Dira tanpa sepengetahuan Mesya dan bertanya pada wanita itu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi jika memang tidak mendapatkan penyelesaian, mungkin Adrel harus mengambil cuti selama satu minggu untuk pergi ke desa tempat kelahiran Dira dan Mesya. Mungkin hanya di sana Adrel mendapatkan penyelesaian. Ya, itu harapan Adrel.
Tapi masalah seperti ini tentu tidak akan mudah untuk diselesaikan. Tidak, Adrel mengingat bagaimana sulitnya dia terlepas dari hal itu.
Melihat keadaan Dira saat ini, mungkin melepaskan Dira akan menjadi hal yang sangat sulit.
“Apa Mbak Dira perlu dibawa ke psikiater atau psikolog?” Tanya Mesya lagi.
Tidak, tidak akan ada ilmu kedokteran yang bisa menyelesaikan masalah ini. tapi, menolak usulan Mesya hanya akan membuat wanita itu jadi tambah cemas.
Mau bagaimana lagi? Dira memang sedang memiliki banyak sekali masalah. Bukankah akan sangat sulit untuk berbicara dengan wanita itu?
“Buat apa?” Tanya Adrel.
Mesya tampaknya juga memikirkan saran yang dia katakan.
Setiap orang memiliki kapasitas yang berbeda dalam menerima datangnya masalah. Dira adalah tipe orang yang lebih sering mencari solusi dengan gegabah tanpa tahu apa yang harus dia hadapi di kemudian hari.
Usianya mungkin tidak lagi muda. Tapi, sejak kapan usia menjadi patokan kedewasaan manusia?
Adrel menghela napas pelan. Setelah mengenal Mesya, Adrel sudah tidak pernah mau mengurusi masalah wanita lain. Hanya Mesya yang menjadi pusat perhatian Adrel. Apapun yang wanita itu lakukan, Adrel akan selalu ingin membantu. Tapi sekarang, ada wanita yang dulunya adalah temannya, dia sedang mengalami masalah yang bagi Adrel adalah masalah yang besar. Dira tidak hanya menghadapi masalah mengenai perceraiannya, tapi juga tentang kehidupannya. Wanita itu tidak tahu apa saja akibat yang bisa dia terima jika dia mengambil langkah yang salah.
Jadi, karena Dira sekarang juga adalah kakak iparnya, mungkin Adrel juga harus turun tangan untuk menyelesaikan masalah wanita itu.
“Dia kaya begitu, Adrel. Kamu lihat sendiri tingkahnya yang aneh. Aku Cuma merasa takut..” Mesya melirihkan suaranya ketika dia mengucapkan kalimat terakhirnya. Wanita itu sepertinya memang benar-benar takut.
Ekspresi Mesya yang sepertinya menyembunyikan sesuatu, membuat Adrel menatapnya lama. Mencoba mencari tahu hal apa yang mengganggu pikiran istrinya. Karena selama menikah, baik Adrel maupun Mesya sangat jarang menyimpan masalah sendirian. Mereka selalu berbagi masalah dan juga pemikiran yang sama. Kali ini menyadari jika dirinya sedang menyembunyikan sebuah rahasia besar, Adrel jadi menundukkan kepalanya. Untuk sejenak Adrel memang merasa bersalah. Tapi, Adrel juga bertanya-tanya, apa yang disembunyikan oleh Mesya?
Apakah ada yang mengganggu pikiran Mesya hingga membuat wanita itu lebih mmeilih menyembunyikan sesuatu dari dirinya?
“Apa kamu nggak merasa dia akan tersinggung kalau kita ajak ke psikiater?”
Adrel mencoba untuk memberikan alasan yang logis. Hanya itu yang bisa Adrel lakukan untuk membuat Mesya berhenti berusaha membawa Dira ke pengobatan medis.
Tidak, sebaiknya untuk beberapa saat ini Mesya berhenti berhubungan dengan Dira dulu. Dira, dia jelas tidak akan bisa mengendalikan dirinya sendiri. Adrel takut kalau nantinya Mesya akan dilukai oleh Dira.
Ah, atau Adrel perlu mengambil cuti saja mulai dari sekarang?
Mesya tidak boleh berada di rumah sendirian.
“Terus harus bagaimana? Aku juga takut kalau dia ngomong sendiri begitu, Adrel..”
Lagi-lagi Mesya merapatkan dirinya ke arah Adrel. Tidak, ada sesuatu yang Mesya sembunyikan. Apa.. apa wanita itu sudah melihat keanehan Dira yang lain? Yang lebih merujuk pada hal negatif dibanding dengan keanehan karena gangguan mental?
“Takut bagaimana?” Adrel bertanya sambil menatap wajah Mesya yang seketika itu juga berubah menjadi cemas. Apa yang sebenarnya wanita ini sembunyikan?
“Sya, kamu tahu kalau aku paling nggak suka sama rahasia di antara kita berdua”
Adrel sangat tahu jika saat ini dia sedang menjilat ludahnya sendiri. Dia juga menyembunyikan sesuatu yang sangat besar. Bahkan jauh lebih besar dari rahasia yang sedang dipikirkan oleh Mesya. Tapi, jika harus melihat Mesya merasa tersiksa dengan rahasianya sendiri, Adrel tentu tidak akan sanggup.
“Aku nggak lagi..”
“Sya, jangan khawatir. Kamu bisa cerita apapun ke aku..” Adrel menatap mata Mesya seakan ingin meyakinkan wanita itu.
Adrel harus selalu menjadi orang yang tepat untuk membuat Mesya bisa mengatakan apapun yang wanita itu rasakan. Apapun, baik masalah atau kebahagiaan wanita itu.
Entah bagaimana Adrel bisa terjatuh terlalu dalam pada diri Mesya. Menurut beberapa orang, ada banyak kelebihan di diri Adrel yang tentu saja bisa membuat Adrel mendapatkan banyak wanita yang jauh lebih baik dari Mesya. Tapi, Adrel tidak mau yang lain. Sejak dulu hanya Mesya yang bisa membuat dirinya bertekuk lutut bahkan rela melakukan apapun. Setelah mendapatkan Mesya, tidak seperti pria pada umumnya yang akan bertindak sesuka hati, Adrel justru sebaliknya. Sebisa mungkin Adrel akan selalu memperlakukan Mesya dengan sangat baik. Selama menikah dengan Adrel, Mesya harus selalu merasa bahagia.
Memang tetap ada banyak masalah yang timbul di rumah tangga mereka, tapi Adrel akan selalu berusaha untuk membuat Mesya bahagia. Dalam sebuah hubungan, pertengkaran adalah hal yang sangat wajar.
Adrel tidak akan bisa menghentikan masalah yang mendatangi mereka, tapi Adrel tentu sangat bisa mengatasi masalah itu agar tidak berlarut-larut.
“Aku harus bagaimana? Kakakku bertingkah sangat aneh. Nggak mungkin kalau aku nggak takut, Adrel”
Adrel meraih Mesya untuk masuk ke dalam pelukannya. Mungkin memang benar jika Mesya hanya takut melihat tingkah Dira yang tidak sama dengan saat wanita itu baru datang tadi pagi. Entahlah, bagaimana mungkin ini terjadi di hari yang sama dengan kedatangan Dira?